SKOR.id – Satu-satunya merek di Kejuaraan Dunia MotoGP yang tidak menggunakan mesin V4 sejak Suzuki menarik diri pada akhir 2022, Yamaha, tiba-tiba memulai penurunan yang panjang ke neraka.
Yamaha YZR-M1, tidak memungkinkan Fabio Quartararo finis lebih baik daripada urutan ke-10 klasemen akhir MotoGP pada 2023 dan ke-13 pada tahun lalu. Padahal, Quartararo merebut gelar juara dunia MotoGP pada 2021, untuk kemudian menjadi wakil juara pada tahun berikutnya.
Yamaha pun langsung mencari berbagai cara untuk meningkatkan mesin empat silinder segaris (inline-4) andalannya selama periode itu, untuk melengkapi sasis YZR-M1 yang selama ini dikenal sangat efisien dan ramah untuk pembalap.
Namun, semua upaya itu tampaknya sia-sia. Lebih buruk lagi, peningkatan kecil pada mesin justru telah merusak kemudahan penggunaan M1. Terkadang motor justru lebih lambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara itu, para pemakai mesin V4 terus mengalami kemajuan. Kekuatannya yang melimpah memungkinkan Ducati, KTM, Aprilia, dan Honda, untuk memanfaatkan elemen aerodinamika yang lebih besar dan lebih efisien.
Oleh karena itu, Yamaha mulai meragukan keabsahan arsitektur mesinnya (inline-4) dan melakukan studi tentang masalah ini. Tidak tanggung-tanggung, Yamaha telah meningkatkan tim teknisnya dengan merekrut sejumlah teknisi dari Ducati dan berkonsultasi dengan ahli mesin Formula 1 Luca Marmorini. Marmorini, yang sebelumnya bekerja dengan Aprilia, menyarankan Yamaha untuk beralih ke konsep mesin V4.
Sebelum tahun 2024 berakhir, kabar yang beredar menyebut Yamaha akan menguji mesin V4 terbarunya pada Desember lalu. “Rencananya kami akan mengujinya saat tes KTM di Jerez, tapi tidak siap pada waktunya,” kata Alex Rins, rekan setim Quartararo di skuad pabrikan Yamaha MotoGP.
Yamaha bermaksud menggunakan dua hari lintasan untuk mengevaluasi M1 yang dilengkapi dengan mesin V4, namun unit tersebut masih belum selesai.
Akhirnya Yamaha mengonfirmasi bahwa tidak akan ada tes lebih lanjut pada 2024. Mesin V4 sekarang diharapkan untuk debut pada uji coba di Sirkuit Sepang, Malaysia yang dijadwalkan pada tanggal 31 Januari sampai 2 Februari 2025.
Membuat mesin MotoGP dari nol memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun untuk pabrikan sekelas dan sarat pengalaman balap seperti Yamaha, melihat situasi dan kondisi yang terjadi, tampak mereka masih ragu dengan pilihan mesin untuk MotoGP 2025.
Apa saja faktor yang membuat Yamaha ragu dalam memilih mesin V4 atau inline-4? Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Perbedaan Mendasar Mesin V4 dan Inline-4
Simon Crafar, mantan jurnalis pembalap dan calon Direktur FIM MotoGP Stewards pada bulan September lalu telah menyimpulkan kelebihan dan kekurangan mesin V4 dibandingkan dengan inline-4.
Mesin inline-4 memiliki desain empat silinder condong ke depan, lebih banyak bobot di depan, lebih banyak sensasi di depan, lebih banyak kecepatan di tikungan. Tetapi, karena lebih sedikit bobot di belakang, terkadang sulit untuk membuka pedal gas dan keluar dari tikungan.
Konstruksi mesin V4 memungkinkan 2 silinder condong ke depan tetapi 2 condong ke belakang. Alhasil lebih banyak bobot di belakang, lebih sedikit sensasi di bagian depan, kecepatan menikung lebih rendah, lebih banyak gaya stop and go, tetapi desain mesin yang lebih sempit mendorong lebih sedikit udara, hingga mampu meraih top speed yang lebih baik di trek lurus.
Tetapi dengan sayap, Anda melihat V4 berbelok dengan bobot bagian depan, dan inline-4 menurunkan bagian belakang untuk keluar dari tikungan dengan cepat. Pencinta MotoGP kini sedang menjalani era teknis baru di MotoGP.
Hal yang Membuat Yamaha Mungkin Ragu
Namun, faktanya mesin V4 memiliki lebih banyak komponen fast moving dan itu sama sekali bukan keuntungan. Bahwa keuntungan yang terkait dengan kesempitannya sebagian besar dilemahkan oleh fakta bahwa saat ini lebar keseluruhan motor MotoGP hanya dikondisikan oleh radiator oli dan air, yang selalu sama besar untuk membuang lebih banyak kalori (panas).
Tanpa menyinggung masalah panas untuk pembalap pemakai V4, di atas kertas mesin inline-4 bisa sama efisiennya dengan V4. Crafar juga telah melaporkan hal tersebut pada pengumuman studi V4 oleh Yamaha, beberapa bulan lalu.
“Semua penelitian yang saya lakukan dalam pekerjaan ini, diskusi dengan para insinyur, telah menunjukkan bahwa tidak ada yang negatif dari mesin inline-4, dalam hal performa murni. Tidak ada apa-apa,” ucapnya.
Alhasil, karena teori tidak benar-benar menunjukkan keuntungan konkret, Yamaha memutuskan untuk bermain di kedua sisi. Oleh karena itu, Marmorini diberi tugas untuk mempelajari V4 di Italia.
Banyak yang meyakini motor dengan mesin V4 bahkan sudah menjalani tes dyno. Bahkan, bukan tidak mungkin motor ini akan berada di Sepang saat tes nanti.
Namun di Jepang, para insinyur Yamaha di Iwata dipastikan masih sangat jauh dari meninggalkan mesin inline-4, terutama karena tahu betul titik-titik lemah mesin mereka saat ini (terutama dari sistem distribusinya).
Patut diingat pengalaman yang dibuat Suzuki. Dengan desain mesin yang lebih baru (sebelum hengkang), mesin inline-4 mereka tak kalah dari sisi tenaga dibandingkan dengan mesin V4.
Sudah jelas Yamaha dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit dan mungkin tidak hanya teknis. Tetapi bagaimanapun juga, jika memilih mesin yang sama sekali baru (V4), Yamaha akan sangat berat menghadapi lawan-lawannya dalam dua tahun sebelum regulasi baru MotoGP digulirkan mulai musim 2027.
Jika diminta memilih atau bertaruh, rasanya Yamah lebih baik fokus pada perbaikan mesi inline-4 sambil mengembangkan mesin V4 untuk regulasi baru nanti, yang salah satu aturannya mengurangi kapasitas dari 1.000 cc ke 850 cc dan mengecilkan ukuran silinder dari 81 mm ke 75 mm.