SKOR.id - MotoGP 2023 menghadirkan momen buruk bagi Yamaha yang hanya diperkuat Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli sebagai pembalap reguler.
Bagaimana tidak, tak ada satu pun rider Yamaha yang mampu meraih kemenangan dari 39 sesi balap (sprint dan main) yang digelar dalam 20 seri sepanjang MotoGP 2023.
Hal ini melanjutkan tren negatif Yamaha yang terakhir kali meraih kemenangan via Fabio Quartararo pada seri ke-10 MotoGP 2022 yang berlangsung di Jerman.
Dengan kata lain, Yamaha sudah menjalani puasa kemenangan dalam 30 seri terakhir di ajang MotoGP.
Terakhir kali pabrikan asal Jepang tersebut sama sekali tak mampu meraih kemenangan dalam satu musim terjadi pada 2003 yang terdiri dari 16 balapan.
Situasi yang dialami Yamaha di pentas MotoGP saat ini tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri termasuk di benak Massimo Meregalli selaku manajer tim.
Massimo Meregalli yang bergabung ke jajaran manajemen tim Yamaha di MotoGP sejak 2011 pun tak segan menyebut musim 2023 sebagai momen terburuk dalam kariernya.
“Tanpa keraguan sedikit pun, ini adalah musim terburuk saya sejak berada di MotoGP,” kata pria asal Italia itu kepada GPOne.
“Sayang, kami sadar sejak awal bahwa situasinya akan sulit dan pada satu titik hal yang bisa kami lakukan hanya tak mengeluh dan coba mengoptimalkan apa yang kami punya.”
Bahkan, Meregalli merasa keberhasilan Quartararo jadi juara dunia MotoGP 2021 bukan murni karena motor Yamaha yang menunjukkan progres signifikan.
Meregalli menyebut faktor pabrikan lain yang belum menemukan setelan terbaik turut memengaruhi pencapaian Quartararo pada musim 2021.
Analisis itu terbukti dari performa Yamaha yang seolah stagnan sejak 2022 sementara pabrikan lain seperti Ducati, KTM, dan Aprilia terus dapat progres signifikan.
“Kami tiba-tiba berada di situasi ini tetapi kami sebenarnya terus berkembang sedikit selama dua, tiga, atau empat tahun,” Meregalli menjelaskan.
“Masalahnya selalu sama. Kami juara di 2021 karena kami memulai musim dengan kuat dan para pesaing punya motor baru untuk dipahami.”
“Setelah itu, kami menderita pada paruh kedua musim (2022). Hal yang sama pun terjadi pada tahun lalu (2023),” katanya.
“Kami mendapat keuntungan karena memahami motor dengan sangat baik. Namun, saat rival kami menemukan dasarnya, kami tak lagi punya apa-apa.”
“Kami mampu menyembunyikan kelemahan ini selama dua musim terakhir karena tim lain punya masalah di awal. Namin, pada musim ini mereka dapat start kuat dengan motor kompetitif,” Massimo Meregalli memungkasi.