SKOR.id – Saat ini, usia Novak Djokovic lebih tua daripada pemenang Grand Slam nomor tunggal manapun (pria maupun wanita) dalam 57 tahun era Open di tenis (atlet amatir bisa langsung berhadapan dengan profesional di sebuah turnamen).
Empat bulan lagi, Djokovic—yang saat ini (per 9 Januari 2025) berusia 37 tahun, 7 bulan, dan 18 hari—akan genap 38 tahun. Di usia yang tidak lagi muda itu Djokovic akan menghabiskan bulan Januari untuk mencoba merebut gelar Australian Open ke-11.
Ini akan menjadi gelar Grand Slam ke-25, lebih banyak dari siapa pun dalam sejarah. Torehan jumlah trofi Grand Slam milik Margaret Court, 24, secara efektif menjadi satu-satunya rekor yang tersisa untuk dipecahkan Djokovic.
Bagaimana peluang Djokovic untuk merebut gelar Australian Open 2025, untuk membuat rekor baru? Seberapa besar pengaruh usia 37 tahunnya?
Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Seberapa Realistis Seorang Petenis di Usia 37
Juara Grand Slam enam kali Stefan Edberg menjelaskan, tidak seorang pun yang akan perah bisa memperhitungkan semua berjalan dengan baik.
“Menurut saya, peluang terbaiknya adalah Australiam Open atau mungkin Wimbledon, dengan semua pengalaman yang ia miliki di lapangan rumput,” ujar mantan petenis asal Swedia itu, seperti dikutip BBC Sport.
“Semuanya harus berjalan baik untuk Djokovic. Dia setahun lebih tua dan tidak memainkan banyak pertandingan selama enam bulan terakhir.”
Musim lalu menjadi tahun pertama sejak 2017, Djokovic tidak mampu memenangi satu pun gelar besar. Djokovic juga tak berhasil merebut gelar ATP untuk kali pertama sejak 2005.
Kendati begitu, Djokovis berhasil merebut medali emas Olimpiade dengan kemenangan fenomenal di final atas Carlos Alcaraz di Paris pada 2024. Hebatnya, itu dilakukan Djokovic hanya dua bulan setelah operasi lutut dan tiga pekan usai kekalahan bintang muda Spanyol itu di final Wimbledon.
Sebelum Paris 2024, emas Olimpiade adalah satu-satunya hadiah yang belum pernah diraih Djokovic. Itu adalah targetnya untuk tahun ini, dan target itu tercapai.
“Satu pertanyaan saya kepada Djokovic adalah, ‘Jika Anda hanya memiliki satu hal yang dapat Anda menangi pada tahun 2025, apakah itu?’” ujar Billie Jean King, November lalu.
“Maka saya akan meminta dia mempersempit fokusnya pada hal itu. Segala sesuatu yang lain tidak penting. Anda realistis, dia sudah berusia 37 tahun.”
Namun, penggemar dan analis tenis jelas tidak bisa menjadikan usia Djokovic sebagai parameter utama. Petenis hebat Australia, Ken Rosewall, memenangi gelar Grand Slam terakhirnya—atau kedelapan—Australian Open 1972, setelah berusia 37 tahun 2 bulan.
Dengan usia itu, Rosewall hingga kini masih memegang rekor petenis tertua yang mampu memenangi nomor tunggal pria Grand Slam di era Open.
Kini, Djokovic sudah berusia enam bulan lebih tua daripada Rosewall pada 1972 itu. Dan permainan tenis sekarang lebih menuntut fisik ketimbang era Rosewall.
Rafael Nadal memenangi gelar Grand Slam terakhirnya dua hari setelah ulang tahunnya yang ke-36. Sementara, Roger Federer juga berusia 36 tahun saat ia merebut Grand Slam terakhirnya di Melbourne.
Sejarah mungkin tidak berpihak pada Djokovic, jika mengacu masa lalu. Publik tentu masih ingat final tunggal pria Wimbledon 2019. Saat itu, Djokovic menyelamatkan dua championship points milik Federer dan mengambil set 13–12 di tiebreak pertama set kelima.
Bertanding selama 4 jam 57 menit, Djokovic menang 7–6(7–5), 1–6, 7–6(7–4), 4–6, dan 13–12(7–3), sekaligus memupuskan harapan Federer—yang saat itu berusia 37 tahun dan 11 bulan—untuk menjadi petenis tertua yang mampu memenangi Grand Slam di era Open.
Memburu Rekor Cukup Menjadi Motivasi
Jannik Sinner berusia 23 tahun, dan Alcaraz berusia 21 tahun. Itu adalah usia yang cukup muda, yang bakal menyulitkan para lawan, bahkan yang memiliki kemampuan setara dan usia yang tak jauh berbeda dengan mereka.
Kendati begitu, paling tidak dalam satu dekade terakhir, gelar Grand Slam secara teratur dimenangi oleh pemain hebat berusia pertengahan tiga puluhan selama dekade terakhir, dan Edberg telah membuktikan hal itu.
Edberg merupakan bagian dari tim pelatih Roger Federer pada tahun 2014 dan 2015. Ia yakin semangat Djokovic masih menyala terang.
“Orang-orang ini memiliki banyak orang di sekitar mereka dan mereka senang berada di luar sana. Terutama dengan Novak yang mengejar banyak rekor, saya pikir itu cukup menjadi motivasi,” katanya.
“Dia masih sangat bugar, jadi itu akan memberinya setidaknya sebuah kesempatan, meskipun kali ini akan sangat sulit.”
Yang jelas, menurut Edberg, para petenis top sekarang tidak merasakan hambatan psikologis untuk menang di usia tiga puluhan. Meskipun panjangnya musim tetap brutal, ia mengatakan bahwa penjadwalan yang lebih baik membantu.
“Pada saat saya bermain, peluang untuk memenangi Slam di usia 30 atau 31 tahun sangat, sangat kecil. Hal itu telah berubah sekarang,” tutur Edberg yang pensiun dari tenis pada Desember 1996 pada usia 30 tahun, setelah penampilannya di final Piala Davis.
Andy Murray Bisa Ciptakan Sejumlah Inspirasi
Masuknya Andy Murray ke dalam tim pelatih Djokovic juga cukup mengejutkan. Selain baru pensiun kurang dari enam bulan lalu (pada Agustus 2024), serta saat masih aktif Murray kalah 11-25 dari Djokovic dari total 36 pertemuan, termasuk tujuh final Grand Slam yang juga dimenangi Djokovic 5-2.
Yang juga tidak biasa untuk kemitraan pelatihan, Murray hanya lebih tua tujuh hari daripada Djokovic.
November lalu, Djokovic mengatakan dirinya meminta Murray untuk bekerja sama dengannya: “Karena saya masih memiliki rencana besar.” Edberg percaya bahwa mantan petenis asal Skotlandia itu menawarkan pengetahuan yang mendalam tentang lawan, inspirasi dan motivasi.
“Anda memiliki mantan pemain nomor satu yang melatih di masa lalu - Ivan Lendl dan Boris Becker adalah dua contoh lainnya - tetapi kami semua sudah pensiun selama beberapa tahun,” ucap Edberg.
“Murray pada dasarnya langsung mengikuti tur sehingga ia memiliki semua pengetahuan tentang para pemain yang bermain saat ini. Namun yang terpenting bagi Novak, saya pikir ini (dipilihnya Murray sebagai pelatih) adalah untuk menciptakan beberapa inspirasi, beberapa motivasi ke depannya.
“Hal-hal kecil dapat membuat perbedaan, apakah itu secara taktis, mental, mempersiapkan pertandingan atau melakukan hal-hal di waktu luang Anda.”