- Wakil Indonesia di sektor ganda putri, Greysia Polli/Apriyani Rahayu jadi yang pertama menangkan emas untuk kontingen Merah Putih.
- Greysia/Apriyani Taklukkan Pasangan Cina, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di laga pamungkas.
- Raihan ini melengkapi daftar emas bulu tangkis Indonesia di ajang Olimpiade.
SKOR.id - Greysia Polii/Apriyani Rahayu lepaskan teriakan yang menggema di Musashino Forest Sport Plaza, Senin (2/8/2021).
Tangis haru pecah saat shuttle cock pukulan Cina keluar dari lapangan. Gold medal point, untuk Indonesia.
Ganda putri Cina ajukan challenge. Tinjau ulang usai, dan Indonesia resmi dapatkan medali emasnya.
Hi Skorer, jangan lupa download apps Skor.id biar enggak ketinggalan update dan bisa mendapatkan banyak hadiah menarik.
Ya, Tokyo saksinya. Greysia Polli/Apriyani Rahayu ukir sejarah emas pertama ganda putri Indonesia di pentas Olimpiade.
Tak hanya itu, Apriyani resmi jadi pemenang medali termuda untuk cabang olahraga tolak bulu. Wanita asal Konawe, Sulawesi Selatan tersebut berusia 23 tahun, sepuluh tahun lebih muda dari Greysia.
Pasangan Greysia/Apriyani menang atas ganda putri Cina Chen Qing Chen/Ji Yi Fan. Laga berjalan sengit di set pertama, ditutup kemenangan Indonesia, 21-19.
Set kedua masih alot. Pasangan Cina tampil solid, tapi Indonesia tak kalah solid. Kemenangan akhirnya dikunci Greysia/Apriyani dari unggulan dua ganda putri dengan 21-15.
Dengan kemenangan ini, lengkap sudah catatan sejarah emas Indonesia saat berlaga di Olimpiade.
Skor Indonesia merangkum lima cerita emas pertama yang disumbang bulu tangkis Indonesia di Olimpiade.
Susi Susanti (Tunggal Putri)
Susi Susanti adalah peraih medali emas pertama Indonesia di Olimpiade. Sampai saat ini, langkahnya telah diikuti Lilyana Natsir, dan Greysia Polli/Apriyani Rahayu.
Ia menangkan gelar juara pada Olimpiade Barcelona 1992 setelah taklukkan wakil Korea Selatan, Bang Soo-hyun dalam tiga set yang sengit, 5-11, 11-5, 11-3.
Perjalanan Susi sebagai legenda bulu tangkis Indonesia bahkan diabadikan dalam sebuah film biografi dokumenter tahun 2019 berjudul “Susi Susanti : Love All”.
Alan Budikusuma (Tunggal Putra)
Bersamaan dengan raihan Susi Susanti, Alan Budikusuma juga sumbangkan emas Barcelona dari tunggal putra.
All-Indonesian Final dimenangkan Alan ketika itu, setelah menang dari Ardy Winata dengan jarak poin tipis, 15-12, 18-13.
Alan kemudian menikah dengan Susi, dan kini dianugerahi tiga anak.
Rexy Mainaky/Ricky Soebagja (Ganda Putra)
Ganda putra ini dikenal sebagai pasangan paling tangguh dan sulit dikalahkan pada masanya. Prestasi mentereng diraih Rexy/Ricky dari berbagai kompetisi.
Olimpiade Atlanta 1996 menjadi titik awal sejarah bermula. Rexy/Ricky menang atas pasangan Malaysia, Yap Kim Hock/Cheah Soon Kit setelah tiga set dengan poin akhir 5-15, 15-13, dan 15-12.
Ganda putra ini juga mencatat kemenangan di IBF World Championships 1995 di Austria, sekaligus back-to-back gelar dari All-England Championships 1995 dan 1996.
Rexy/Ricky terdaftar dalam Badminton Hall of Fame sejak tahun 2009. Saat ini, Rexy Mainaky kini aktif sebagai pelatih kepala dari tim nasional bulu tangkis Thailand. Sang partner Ricky, melatih bulu tangkis Indonesia.
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Ganda Campuran)
Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pasangan ganda campuran tersukses dalam sejarah.
Medali emas yang mereka raih di Olimpiade Rio 2016, menjadi pelengkap catatan tersebut. Tontowi/Liliyana sukses kalahkan ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dalam dua set, 21-14, 21-12.
Raihan itu sekaligus menjadi penebus luka bagi keduanya setelah gagal di perebutan medali perunggu pada edisi London 2012. Liliyana bahkan sempat meraih perak dari Beijing 2008, dengan pasangan yang berbeda yaitu Nova Widianto.
Satu tahun setelah emas dari Rio, Tontowi/Lilyana kembali raih emas. Kali ini dalam BWF World Championships di Glasgow. Mereka tundukkan pasangan nomor satu dari Cina, Zheng Siwei/Chen Qing Chen.
Kemudian pada 1 Mei 2018, Tontowi/Liliyana menduduki peringkat pertama ganda campuran dalam rangking BWF. Ini juga kedua kali bagi Liliyana, setelah sempat berada di posisi yang sama dengan Nova Widianto pada tahun 2010.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu(Ganda Putri)
Perjalanan keduanya mengalami lika-liku yang panjang. Pada tahun 2017, Greysia Polli sebagai pemain senior dipasangkan dengan partner yang sepuluh tahun lebih muda darinya.
Olimpiade Tokyo menjadi begitu dramatis. Di semifinal, Greysia/Apriyani taklukkan wakil Korea Selatan, Lee Sohee/Shin Seungchan.
Dominasi Cina dalam perebutan medali emas juga sukses dihambat mereka. Pasangan Chen Qing Chen/Ji Yi Fan takluk oleh Greysia/Apriyani.
(Adhitya Mahatravatama)
Jangan lupa untuk follow dan subscribe akun media sosial kami di:
Perjalanan Greysia Polii berburu medali emas sangatlah panjang. Dimulai dari PON 2008, perburuan terus berlanjut hingga Olimpiade Tokyo 2020.https://t.co/Vj13plCLPR— SKOR.id (@skorindonesia) August 2, 2021