SKOR.id – Hari ini, Senin, 28 Oktober 2024, bangsa Indonesia memeringati Hari Sumpah Pemuda yang ke-95. Hari Sumpah Pemuda ditetapkan setelah pada 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang pendidikan, suku, dan agama, berikrar untuk bersatu demi mewujudkan kemerdekaan.
Semangat para pemuda itu sudah selayaknya harus selalu dijaga. Salah satu caranya adalah dengan menonton film-film bertema perjuangan anak-anak muda, baik di zaman pra-kemerdekaan maupun saat mengisi kemerdekaan.
Hingga kini, sudah banyak film Indonesia yang menceritakan perjuangan para pemuda yang bisa menjadi contoh dan teladan pemuda saat ini, sekaligus memupuk rasa nasionalisme dan cinta terhadap Tanah Air.
Skor.id mencoba merekomendasikan lima film bertema perjuangan pemuda yang cocok untuk Anda tonton di momen Hari Sumpah Pemuda:
Gie (2005)
Gie adalah film yang diadaptasi dari buku berjudul Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie. Film produksi Miles Films serta SinemArt Pictures ini dibintangi oleh Nicholas Saputra, Sita Nursanti, dan Wulan Guritno, dengan sutradara Riri Riza.
Gie — panggilan akrab Soe Hok Gie, adalah seorang mahasiswa keturunan Cina, yang dikenal sebagai aktivis dan penulis yang kritis pada dekade 1960-an.
Gie memiliki sikap hidup yang berbeda dengan orang kebanyakan. Ia merupakan orang yang jujur, lurus, tapi juga berani dalam bersikap.
Sikapnya yang seperti itu membuatnya sulit diterima lingkungannya. Menjelang dewasa pergulatan Gie lebih rumit lagi. Di kampus, yang semestinya steril dari imbas pergulatan politik negara ternyata menjadi ajang trik dan intrik politik partai yang ada.
Gie menjalani kehidupan sederhana dengan sosoknya yang jujur, tak kenal kompromi, lagi dipenuhi semangat dalam memperjuangkan rasa cintanya pada Indonesia.
Sokola Rimba (2013)
Riri Riza kembali menunjukkan kepiawaiannya sebagai sutradara, saat menggarap film Sokola Rimba. Sokola Rimba mengisahkan tentang perjuangan seorang wanita bernama Butet Manurung (diperankan oleh Prisia Nasution).
Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet telah menemukan hidup yang diinginkannya, mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan Bukit Duabelas.
Suatu hari, Butet terserang demam malaria di tengah hutan, seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo (Nyungsang Bungo), nama anak itu, berasal dari hilir sungai Makekal yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar.
Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan ibu guru Butet mengajar membaca. Ia membawa segulung kertas perjanjian yang telah dicap jempol oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca dengan Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu.
Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok rombong Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bias membawa malapetaka bagi mereka.
Rudy Habibie (2016)
Dikenal pula dengan judul Habibie & Ainun 2, Rudy Habibie merupakan sebuah film drama biopik Presiden RI ketiga B.J. Habibie di masa mudanya.
Dirilis pada 2016 dengan sutradara Hanung Bramantyo, film ini merupakan prekuel dari Habibie & Ainun, yang diangkat dari novel semi-biografi Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner karya Gina S. Noer.
Rudy Habibie dibintangi oleh Reza Rahadian, Chelsea Islan, Indah Permatasari, Boris Bokir, Ernest Prakasa, dan Pandji Pragiwaksono.
Kisah Rudy Habibie bermula ketika B. J. Habibie muda masih berkuliah di Jerman dan bertemu dengan Ilona Ianovska, gadis asal Polandia yang sempat ia cintai.
Di samping kisah percintaan yang rumit, Habibie juga dihadapkan dengan tantangan pada saat Indonesia baru saja merdeka. Kala itu, negara ini membutuhkan sosok pemuda yang jenius serta tidak mudah menyerah seperti dirinya.
3 Srikandi (2016)
3 Srikandi adalah sebuah film biopik Indonesia 2016 yang disutradarai oleh Iman Brotoseno. Film tersebut berkisah tentang tiga atlet putri panahan asal Indonesia, yakni Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani.
Mereka menjadi orang Indonesia pertama yang meraih medali perak dalam cabang olahraga panahan pada Olimpiade Seoul 1988.
Film ini mengisahkan perjuangan atlet panahan untuk mengharumkan nama Indonesia meski cabang olahraga ini tengah berada di titik kritis. Bagaimana tidak, mereka membutuhkan pelatih yang bisa menyiapkan tim panahan wanita dalam waktu yang singkat.
Pengurus persatuan panahan lantas membujuk Donald Pandiangan untuk mempersiapkan tim panahan perempuan. Meski sang Robin Hood Indonesia ini bersedia, masalah tidak selesai begitu saja. Ketiga atlet putri panahan ini masih memiliki masalah rumitnya masing-masing.
3 Srikandi dirilis pada 4 Agustus 2016 dengan bintang-bintang utama Reza Rahardian sebagai Donald Pandiangan, Bunga Citra Lestari sebagai Nurfitriyana Saiman, Chelsea Islan sebagai Lilies Handayani, dan Tara Basro sebagai Kusuma Wardhani.
Wage (2017)
Film ini menceritakan kisah masa kecil salah satu pahlawan perjuangan RI, Wage Rudolf Supratman. Kisah hidup pencipta lagu Indonesia Raya ini penuh dengan lika-liku.
Wage awalnya mendapat kekerasan dari sang ayah yang merupakan tentara kerajaan Hindia Belanda. Akhirnya Wage merantau ke bersama kakak perempuannya dan mengasah bakatnya di dunia musik.
Film Wage yang dirilis tahun 2017 ini disutradarai oleh John de Rantau dan dibintangi oleh Rendra Bagus Pamungkas sebagai WR Soepratman, Teuku Rifnu Wikana sebagai Fritz, dan Putri Ayudya sebagai Roekiyem.