SKOR.id – Hari Sumpah Pemuda yang diperingati tiap tanggal 28 Oktober merupakan inspirasi bagi anak muda Indonesia untuk berkontribusi kepada bangsa dan negara.
Kontribusi bisa dilakukan dalam hal apa pun, termasuk bisnis sepatu atau sneaker. Belakangan produk sneaker lokal sedang menjadi tren fashion di kalangan anak muda.
Maklum, saat ini kualitasnya tidak kalah bagus dibanding produk-produk impor. Tentunya hal tersebut jadi indikator positif bergairahnya pasar sneaker lokal.
Tidak heran saat ini makin banyak anak muda kreatif Tanah Air yang sudah berani terjun dalam bisnis sneaker ini. Sehingga, sneaker lokal pun jadi identitas anak muda kekinian.
Dari sekian banyak merek lokal, tanpa menafikan yang lainnya, dalam artikel ini Skor.id membahas 5 merek sneaker lokal populer garapan anak-anak muda kreatif.
Tentunya, beserta profil singkat anak-anak muda hebat berusia 20-an hingga 30-an yang berada di balik sukses produk-produk tersebut.
1. Compass
Aji Handoko Purbo memang bukan pendiri Compass. Merek sepatu ini didirikan Gunawan Kahar pada 1998 di Bandung, namun tidak sukses dan nyaris gulung tikar.
Aji yang kini berusia 36 tahun merupakan sosok paling berjasa yang membuat merek ini bangkit dari keterpurukan.
Pada 2017, Aji ditunjuk sebagai Creative Director Compass, dan dipercaya oleh Gunawan untuk melakukan re-branding.
Sebagai debut re-branding, Aji merilis sepatu Compass seri Gazelle yang memiliki konsep modern tetapi tetap vintage.
Sejak seri Gazelle dirilis, tepatnya pada 2018, sepatu Compass mulai dikenal di pasar sneaker lokal hingga sekarang.
Compass kini sedang diminati milenial Tanah Air. Sneaker ini memiliki desain simpel, casual, namun tetap terlihat modern.
Sosok hewan gazelle yang dijadikan ciri khas sepatu Compass tersemat di bagian samping sepatu. Keistimewaan lainnya, sneaker ini menggunakan teknik perakitan 100 persen vulcanized.
Teknik ini biasanya digunakan merek sepatu luar negeri dalam memproduksi produknya. Maka tak heran jika sneaker Compass dianggap buatan luar negeri saat pertama kali dipasarkan.
2. NAH Project
NAH Project didirikan oleh Rizky Arief Dwi (29 tahun) pada 2017 lalu di Bandung. Ketika itu usia Rizky masih sangat muda, 22 tahun, dan baru setahun lulus dari jurusan Teknik Geologi ITB.
Berpredikat CEO NAH Project, Rizky fokus pada inovasi produk dan upaya membuktikan diri bahwa produk sneaker lokal tidak kalah dari produk luar negeri.
Puncaknya pada 2018, Rizky dan timnya dihubungi Istana Negara untuk mengirimkan sepatu yang cocok dipakai saat dinas.
Kemudian tim NAH Project mengirim tiga pasang sepatu ke istana Bogor yang kenakan Presiden Joko Widodo dalam acara We The Fest.
Saat ini Rizky sudah tidak lagi menjabat CEO NAH Project setelah mengundurkan diri dari perusahaan pada Oktober 2018, tak lama setelah ia dipanggil ke Istana Negara.
NAH Project turut meramaikan deretan merek sneaker lokal dengan kualitas terbaik. Keunggulan sepatu satu ini adalah bobot yang sangat ringan saat digunakan.
Tak sekadar ringan, sepatu lokal NAH Project juga sangat lentur. Namun akan tetap nyaman dan melindungi bagian pergelangan kaki penggunanya.
Bahannya yang nyaman juga akan membuat kaki tetap merasa sejuk, meskipun cuaca sedang panas.
3. Brodo
Yukka Harlanda (35 tahun) bersama teman kuliahnya di ITB, Putra Dwi Karunia, mendirikan Brodo pada 2010 di Bandung ketika keduanya masih berstatus mahasiswa.
Produksi Brodo dimulai dengan modal awal Rp7 juta yang menghasilkan 40 pasang sepatu.
Penjualan utama Brodo pada 2010 diperoleh melalui jejaring sosial media seperti Kaskus, Facebook, dan Blackberry Messenger.
Pada 2011 seiring meningkatnya penjualan, Brodo mulai memasukkan produknya di perusahaan retail The Goods Dept dan beberapa outlet distro di Jakarta dan Bandung.
Sejak itu Brodo dikenal olah masyarakat luas terutama pencinta sneaker, dan selalu dikenal dengan desain mewah tapi simpel.
Dengan material terbaik, Brodo mengklaim akan menjaga kaki penggunanya tetap nyaman dan bebas gerah.
Brodo juga memiliki varian lainnya, seperti sandal, boots, atau signature collections yang layak untuk dikoleksi.
4. Patrobas
Mungkin masih terdengar asing, namun Patrobas turut menjadi sneaker lokal buatan Indonesia yang bisa menjadi pilihan tepat.
Patrobas didirikan pada tahun 2014 di Semarang oleh Sebastian Surya Sutantio (29 tahun).
Awal merintis bisnis sepatu ini, Bastian sapaan akrabnya, masih menempuh studi di perguruan tinggi.
Dilansir dari Liputan6, menurut Bastian, value yang diberikan dari brand buatannya tersebut yaitu membuat produk berkualitas dengan harga terjangkau.
Memilih logo dengan inisial P&B, Patrobas memiliki nilai filosofi tersendiri, yaitu “Price and Benefit” yang artinya harga (terjangkau) dan keuntungan.
Harapannya sneaker ini menjadi sepatu berkualitas dengan harga terjangkau. Desain simpel nan menarik menjadi salah satu alasan koleksi Patrobas laris terjual.
5. Pijakbumi
Lagi-lagi alumnus ITB berperan dalam pendirian sepatu lokal. Dia adalah pemuda bernama Rowland Asfales, yang berusia 33 tahun.
Rowland mendirikan brand sneaker Pijakbumi di Bandung, pada tahun 2016 lalu, ketika usianya masih 25 tahun.
Waktu itu Rowland berkomitmen membuat sneaker yang tidak merugikan kelestarian lingkungan.
Ya, peduli lingkungan menjadi salah satu inspirasi Rowland dalam meluncurkan merek sneaker lokal ini.
Salah satu keunggulan yang ditawarkan sepatu ini adalah menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Pijakbumi menggunakan bahan alami atau kulit natural dan ekstrak tumbuhan.
Dengan begitu, tiap lapisan kulit sepatu pun tidak akan menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan.
Satu lagi ciri khas sepatu lokal ini adalah bagian sol yang ternyata berasal dari bahan daur ulang menggunakan bahan bekas hingga lateks.
Nah itulah tadi lima di antara banyak merek sneaker lokal yang sukses di pasaran berkat tangan dingin anak-anak muda Indonesia.
Tentunya masih banyak merek lokal lainnya yang digawangi anak-anak muda Tanah Air dan berjaya di pasaran lokal maupun internasional. Selamat Hari Sumpah Pemuda!