- Atalanta mampu bersaing hingga ke tingkat Eropa meski dengan skuad yang tak terlalu mahal.
- Gian Piero Gasperini memiliki taktik untuk membangun skuad dan bagaimana bermain di atas lapangan.
- Selain apik di atas lapangan, Atalanta juga berhasil menjadi klub yang sehat soal keuangan.
SKOR.id - Atalanta mungkin memiliki skuad yang biasa saja, tetapi kelas mereka kini sudah sejajar tim-tim elite Eropa.
Stadion San Siro, Kota Milan, 19 Februari 2020, mungkin jadi tempat dan waktu yang punya kenangan buruk sekaligus bahagia bagi Atalanta.
Laga yang dihadiri lebih dari 40ribu fan tersebut dikatakan sebagai salah satu "bom biologis" dan pusat utama persebaran virus Corona di Italia.
Baca Juga: Laga Atalanta vs Valencia Bom Biologis, Beri Infeksi Corona ke 40.000 Fan
Bergamo, kota tempat Atalanta berasal, yang berada di region Lombardy, Italia bagian utara, memang merupakan salah satu tempat yang paling parah soal kasus pandemi Covid-19.
"Saat itu kami tak tahu apa yang terjadi. Jika virus saat itu sudah menyebar, 40ribu fan yang hadir ke San Siro kemungkinan terinfeksi," kata Wali Kota Bergamo, Giorgio Gori.
"Tak ada yang tahu virus sudah tersirkulasi di antara kami, banyak yang menonton secara rombongan dan banyak terjadi kontak. Virus menjalar dari satu orang ke orang lain."
Hal menyakitkan ini kemudian seperti menutupi kebahagiaan yang dirasakan Atalanta saat itu, menang 4-1 atas Valencia pada partai pertama babak 16 besar Liga Champions.
Hasil ini ikut mengantarkan Atalanta menang 8-4 secara agregat gol dan lolos ke babak delapan besar untuk kali pertama sepanjang sejarah.
Atalanta yang pada awalnya hanya tim semenjana Liga Italia, kini berubah jadi salah satu kekuatan utama di Eropa, semua berkat tangan dingin Gian Piero Gasperini.
Gasperini dan 2 Taktik
La Dea menunjuk Gasperini sebagai pelatih pada bulan Juni 2016 dan kini sudah berada di klub hampir lima musim.
Taktik mantan pelatih Inter, Genoa, dan Palermo itu di atas lapangan tak perlu diragukan lagi.
Hampir selalu mengandalkan pola tiga bek di belakang, Gasperini membawa Atalanta finis di pos keempat pada musim pertamanya.
Lalu Atalanta finis di pos ketujuh pada musim kedua, musim lalu posisi ketiga, dan kini menghuni tangga keempat.
Selain taktik di dalam lapangan, satu hal yang impresif dari Gasperini adalah taktiknya di luar lapangan.
Bersama pemandu bakat dan petinggi klub, Gasperini mampu membeli pemain yang tepat, tetapi dengan harga murah.
Taktik yang lebih terdengar seperti strategi untuk pasar saham ini nyatanya juga mampu digunakan untuk membangun tim, bahkan sampai level Eropa.
Beli Murah, Jual Tinggi
Penjualan Dejan Kulusevski ke Juventus musim dingin lalu seharga 35 juta euro merupakan rekor penjualan transfer mereka sepanjang sejarah.
Musim ini, Atalanta untung 46,7 juta euro hanya dari penjualan pemain saja. Meski belanja pemain hingga 53,2 juta euro, skuad arahan Gasperini menjual pemain hingga angka 99 juta euro.
Strategi ini sudah ia jalankan sejak pertama kali datang. Total ia sudah menjual pemain seharga 247,93 juta euro dan hanya membeli 176,11 juta euro.
Artinya ada keuntungan 71,82 juta euro, keuntungan yang bisa digunakan untuk membangun klub agar lebih besar, seperti fasilitas latihan dan membenahi stadion.
Transfer Atalanta sejak 2016 (dalam juta euro):
- 2019-20: beli: 53.2 - jual: 99 - posisi: 4
- 2018-19: beli: 53.5 - jual: 21,56 - posisi: 3
- 2017-18: beli: 55,11 - jual: 86,04 - posisi: 7
- 2016-17: beli: 14,34 - jual: 41,33 - posisi: 4
Berani Jual
Salah satu hal mencolok Gasperini dan Atalanta adalah keberanian mereka menjual pemain bintang.
Jika ada tawaran tinggi yang masuk, tak peduli itu pemain utama atau bukan, Atalanta tak masalah untuk menjual sang pemain.
Selain untuk menjaga keharmonisan tim dan mendapat dana segar, Atalanta nyatanya mampu mencari pemain pengganti dengan harga lebih murah.
Alessandro Bastoni dan Roberto Gagliardini dilepas ke Inter, serta Franck Kessie dan Andrea Conti ke AC Milan, jadi beberapa contohnya.
Penjualan termahal Atalanta di bawah Gasperini:
- Dejan Kulusevski (Juventus) - 35 juta euro
- Alessandro Bastoni (Inter) - 31.1 juta euro
- Franck Kessie (AC Milan) - 24 juta euro
- Andrea Conti (AC Milan) - 24 juta euro
- Roberto Gagliardini (Inter) - 20.5 juta euro
Pembelian termahal Atalanta di bawah Gasperini:
- Duvan Zapata (Sampdoria) - 26 juta euro (dipinjam seharga 14 juta, lalu dipermanenkan dengan mahar 12 juta euro)
- Luis Muriel (Sevilla) - 15 juta euro
- Marten de Roon (Middlesbrough) - 13.5 juta euro
- Ruslan Malinovskiy (Genk) - 13.7 juta euro
- Davide Bettella (Inter) - 7 juta euro
Skuad Level Degradasi
Laporan CIES Football Laborary mengungkapkan bahwa Atalanta hanya menghabiskan dana 93 juta euro untuk skuad mereka saat ini.
Untuk tim Liga Italia, jumlah ini termasuk kecil jika dibandingkan tim-tim besar lain.
Juventus ada di puncak dengan 719 juta euro, atau berselisih 600 juta lebih untuk membangun skuad mereka dengan Atalanta.
Skuad Atalanta bahkan lebih murah 53 juta euro dibandingkan Sampdoria yang kini sibuk menghindari zona degradasi.
La Dea ada di posisi ke-13 dari tim-tim Italia, skuad mereka lebih murah dibandingkan AC Milan, Inter, Napoli, AS Roma, Sampdoria, Lazio, Torino, Fiorentina, Cagliari, Bologna, dan Sassuolo.
Meski begitu, nyatanya tak menutup kesempatan Atalanta untuk selalu bersaing di papan atas Serie A.
Mengandalkan pemain-pemain seperti Zapata, Papu Gomez, hingga Josep Illicic, Atalanta bahkan jadi tim tersubur musim ini dengan 70 gol, 10 gol lebih banyak dari tim terbanyak kedua, Lazio.
Semua berkat tangan dingin Gasperini, di dalam dan luar lapangan, mampu meracik tim dengan harga murah tetapi berkelas Eropa.
Baca Juga: Legenda Brasil Jagokan Atalanta dan Atletico Madrid di Liga Champions
Kini, tinggal menunggu sampai mana puncak pencapaian yang akan bisa diraih Gasperini bersama La Dea.
Yang jelas, Gasperini kini sudah menanamkan DNA miliknya ke dalam tubuh klub. DNA yang akan jadi panduan menjalankan klub, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.
View this post on Instagram