SKOR.id – Baru-baru ini Presiden Federasi Atletik Dunia Sebastian Coe mengklaim harga tiket Paris 2024 sangat mahal dan akan menjadikan Olimpiade tahun depan sebagai yang termahal.
Pihak panitia pun merespons. Presiden Paris 2024 Tony Estanguet menanggapi komentar Coe tersebut pada pertemuan penutup Komite Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiada (COJO) sebelum akhir tahun.
Estanguet menjelaskan bahwa pihaknya memfokuskan dan memastikan harga tiket Paris 2024 sebanding dengan Olimpiade London 2012 dan Tokyo 2020.
Menurut mantan atlet kano Prancis sekaligus peraih medali emas di tiga edisi Olimpiade tersebut, salah satu faktor yang dapat mendistorsi persepsi publik terkait harga tiket adalah inflasi.
Banyak kelompok mengkritik mahalnya banderol tiket dan ini dipertegas oleh pernyataan Sebastian Coe, yang mengatakan tanggung jawab panitia yakni untuk memastikan semua berjalan dalam kondisi terbaik.
Coe menegaskan bahwa COJO harus melakukan segala yang memungkinkan guna mengisi stadion, bahkan jika harga tiket, seperti yang telah diketahui, mahal.
Komentar Coe itu membuat Tony Estanguet merasa perlu melakukan klarifikasi agar tidak muncul polemik panjang enam bulan menjelang dimulainya Olimpiade Paris 2024, Juli-Agustus nanti.
Tiket untuk berbagai event sudah mulai dijual. Cabang olahraga (cabor) dengan alokasi terbanyak adalah atletik karena mencakup banyak disiplin, sehingga ada banyak kompetisi dan hari pertandingan.
Beberapa tiket dipatok 990 euro atau setara Rp16,8 juta dengan kurs saat ini, meski banderol satu sesi sekitar 24 euro (Rp409 ribu) yang sejalan dengan harga edisi London dan Tokyo saat inflasi diperhitungkan.
Estanguet menambahkan jika minat publik penggemar olahraga terhadap Paris 2024 belum pernah terjadi sebelumnya, dengan 7,6 juta tiket sudah terjual, dan harganya sebanding dengan Olimpiade London 2012.
“Sepertiga anggaran kami berasal dari penjualan tiket. Makanya, ada juga beberapa tiket yang terbilang mahal. Untuk atletik misalnya, final dimulai dari harga 85 euro (Rp1,4 juta), tetapi ada yang seharga 980 euro (Rp16,7 juta),” Estanguet menjelaskan.
“Dari segi harga, jika saya melihat apa yang terjadi sehubungan dengan edisi sebelumnya di London atau bahkan Tokyo, kita dapat melihat bahwa kisaran harga (tiket) kami secara umum sama.”
“Di London, harga tertingginya adalah 750 pound, sedikit lebih tinggi dari 1.000 euro (Rp17 juta) dengan inflasi saat ini, agak lebih mahal dibanding banderol di Paris pada 2024 dan itu terjadi 12 tahun lalu. Jadi, daftar harga kami masih dalam batas normal.”