- Satlak Jabar Juara kekurangan dana Rp600 juta untuk menjalankan program pelatihan hingga Desember 2020.
- Karena kondisi itu, program latihan Jabar Juara pun dibagi ke tiga metode.
- Semua jenis latihan itu tetap menargetkan VO2 Max grade kesepuluh.
SKOR.id - Satlak Jabar Juara untuk PON Papua 2021 membagi latihan ke tiga metode setelah kekuarangan dana untuk mendukung program itu.
Satlak Jabar Juara membutuhkan kekurangan dana Rp600 juta untuk program latihan hingga Desember 2020.
Posisi keuangan KONI Jawa Barat menuju PON Papua 2021 mulai menipis setelah 60 persen anggaran dari total anggaran sekitar Rp300 miliar dikemballikan kepada Pemerintah Provins Jawa Barat untuk penangulangan Covid -19.
Adapun Satlak Jabar Juara mengkoordinasi para atlet yang akan diturunkan pada PON Papua 2021.
"Sedikitnya, kita kekurangan Rp 600 juta untuk menjalankan Satlak hingga Desember. KONI Jabar harus dan sedang berpikir luar biasa dari mana bisa menutup kekurangannya," kata Kordinator Satlak Jabar Juara, Yunyun Yudiana, membeberkan.
Menurut Yunyun, pihaknya tengah berkordinasi dengan Tim Anggaran KONI Jawa Barat untuk mengetahui anggaran pos apa yang bisa digunakan dulu untuk mengantisipasi hal itu.
"Minimal, bisa terpenuhi untuk anggaran Satlak hingga Desember sehingga semua layanan program pelatihan tetap stabil menyesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada," Yunyun menambahkan.
Situasi yang dihadapi Satlak Jabar Juara ini tak lepas dari pengaruh pandemi Covid-19 di tanah air, seperti juga kebanyakan sektor.
Bahkan sektor olahraga pun akhirnya harus menunda Pesta Olahraga Empat Tahunan (PON) hingga 2021 yang seharusnya digelar pada tahun ini.
Akibat kondisi keuangan yang menipis itu, KONI Jabar dalam hal ini Satlak Jabar Juara mengubah sistem dan program pelatihan para atlet PON.
Menurut Yunyun ada tiga sistem pelatihan yang diterapkan KONI Jabar; Work at Home, Desentralisasi, dan Sentralisasi.
Untuk latihan Work at Home dan Desentralisasi, kata Yunyun, adalah sistem latihan tidak berada di satu tempat tapi tetap berlatih secara bersama-sama.
Sementara sentralisasi melakukan latihan bersama di satu tempat yang jumlahnya mencapai 25 cabang olahraga dengan mengambil venue di komplek olahraga Pajajaran, Bandung.
"Model pelatihan daerah (pelatda) seperti itulah yang kami gunakan sejak PSBB dilonggarkan Juli lalu. Kenapa kami merasa khawatir dengan anggaran, karena semua atlet pelatda mendapatkan insentif uang makan, suplemen, dan uang saku," Yunyun menjelaskan.
"Desentralisasi adalah latihan bersama tapi tidak berada di satu lokasi. Mereka pulang sama-sama dengan dibantu layanan akomodasinya 12 kali dalam sebulan atau seminggu tiga kali latihan. Sentralisasi full latihan bersama dan menginap bersama di lokasi yang tidak jauh dari tempat latihan," Yunyun menjelaskan lagi.
Jadi, kata Yunyun, biaya untuk latihan sentralisasi ini terbilang besar.
"Karena itu, setelah 56 persen anggaran dikembalikan kepada pemerintah mau tak mau menjadi pemikiran kami bagaimana caranya agar para atlet tetap terbina.
"Itu sebabnya dalam diskusi Satlak mengusulkan pelatihan tiga metode itu. Dalam kondisi yang tidak normal kita tetap harus berpikir dalam ketidaknormalan sebagai alternatif," ujarnya.
Menurut Yunyun, para atlet yang menjalani sentralisasi saat ini adalah para atlet berpotensi meraih medali emas.
"Tetapi, cara latihan, uang saku, dan suplemen berbeda antara sentralisasi, work at home, dan desentralisasi. Kami akan start lagi, VO2max harus masuk grade sepuluh pada Januari 2021," Yunyun memungkasi.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Haornas 2020: Pemain Ini Berharap Basket Usia Dini Lebih Diperhatikanhttps://t.co/euHXNYlay2— SKOR Indonesia (@skorindonesia) September 9, 2020
Berita PON Papua 2021 Lainnya:
PON Papua 2021 : Sepatu Roda Sumsel Bidik Medali Perak
Antisipasi Keterlambatan, Lelang Pengadaan Perlengkapan PON Papua Dipercepat