SKOR.id - Siapa saja pelatih Timnas Indonesia yang hanya sebentar menukangi tim Garuda? Simak selengkapnya lewat artikel Skor Special berikut ini!
(Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Menjadi pelatih Timnas Indonesia adalah sesuatu hal yang spesial, dan hal itu bukanlah perkara mudah.
Tak sedikit yang kemudian gagal membawa Garuda terbang tinggi, dengan berbagai alasan dan rintangan, yang membuat mereka diganti dini sebagai nakhoda Merah Putih.
Tak menghitung para pelatih karteker alias pelatih sementara atau pernah lebih dari sekali menangani Garuda, berikut ini beberapa pelatih yang memiliki masa bakti pendek bersama Timnas Indonesia, diurutkan dari yang terbaru.
Simon McMenemy muali dikenal publik Indonesia sebagai pelatih Timnas Filipina sebelum kemudian jadi pelatih Bhayangkara FC di Liga 1, termasuk membawa tim ini jadi juara Liga Indonesia.
Pada 20 Desember 2018, PSSI menunjuk McMenemy sebagai pelatih anyar Timnas Indonesia karena prestasinya tersebut, menggantikan Bima Sakti sebagai pelatih sementara.
Tak sampai setahun, pada 6 November 2019, PSSI mendepak pelatih kelahiran Skotlandia tersebut karena hasil buruk di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Indonesia kalah empat kali dari Malaysia (2-3), Thailand (0-3), UEA (0-5), dan Vietnam (1-3) dalam laga kualifikasi tersebut, ditambah kalah 1-4 dari Yordania di laga persahabatan.
Selain itu, McMenemy hanya meraih dua kemenangan lewat laga persahabatan lawan Vanuatu (6-0) dan Myanmar (2-0).
Jacksen F. Tiago
Sepak bola Indonesia mengalami fase "kegelapan" pada tahun 2011 hingga 2016 lalu, mulai dari dualisme kompetisi, dualisme PSSI, hingga sempat dibekukan oleh FIFA.
Hal ini juga berdampak besar kepada tim nasional dan siapa yang melatih saat itu.
Jacksen F. Tiago sempat ditunjuk jadi asisten pelatih Timnas Indonesia sebelum kemudian naik pangkat jadi pelatih utama pada April 2013.
Tak sampai setahun, ia hanya menukangi Garuda dalam enam pertandingan hingga Desember 2013, sebelum digantikan Alfred Riedl yang kembali ke skuad Garuda.
Di Kualifikasi Piala Asia 2015, Indonesia imbang sekali lawan Cina, dan kalah dua kali dari Cina dan Irak dalam amsa kepelatihan Jacksen.
Nama Jacksen muncul sebagai solusi oleh ketua BTN saat itu, La Nyalla Mattalitti.
“Ketua Umum (Djohar Arifin Husin) meminta Blanco, sementara Komite Eksekutif (Komek) PSSI meminta Alfred Riedl. Akhirnya saya memutuskan Jacksen sebagai pelatih timnas,” kata La Nyalla Mattalitti saat itu.
Luis Manuel Blanco
Nasib Luis Manuel Blanco mungkin jadi salah satu yang paling nahas di Timnas Indonesia, akibat dari manuver-manuver para pengurus PSSI saat itu.
Ia diperkenalkan sebagai pelatih anyar Timnas Indonesia pada 7 Februari 2013.
Akan tetapi, ia 'dipecat' sementara saat mempersiapkan timnas menjelang laga Arab Saudi pada akhir Maret, lalu Blanco digeser posisinya menjadi pelatih timnas U-19 oleh BTN.
"Hari ini saya jadi pelatih, tapi besok tidak. Jadi pelatih lagi, tapi tidak jadi lagi," ujar Blanco saat itu.
Blanco akhirnya meninggalkan Garuda tanpa pernah menangani tim senior di ajang resmi.
Nil Maizar
Usai sukses melatih Semen Padang, ia ditunjuk PSSI menjadi pelatih Timnas Indonesia pada April 2012.
Ia sempat menukangi Garuda di Turnamen Al-Nakbah International dan beberapa laga persahabatan.
Kariernya di timnas senior tak berlangsung lama berkat penampilan buruk Timnas Indonesi di Piala AFF 2012. Indonesia imbang lawan Laos, menang lawan Singapura, lalu kalah dari Malaysia.
Sebenarnya buruknya performa ini tak sepenuhnya salah Nil. Dualisme kompetisi membuatnya tak bisa memanggil nama-nama terbaik Indonesia saat itu.
Nil dipecat PSSI pada Maret 2013.
Wim Rijsbergen
Wim Rijsbergen ditunjuk PSSI jadi pelatih pada awal 2011 dan ditugasi mengawal Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Semua berjalan mulus di Ronde 2 Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia, hasil imbang 1-1 dan menang 4-3 lawan Turkmenistan membuat Garuda lolos ke babak grup kualifikasi.
Bencana muncul, Indonesia kalah lima kali beruntun: dua kali dari Iran, dua kali dari Qatar, dan sekali dari Bahrain.
Ia lengser dari posisi pelatih timnas, meski kemudian masih berada di Indonesia sebagai Direktur Teknik PSSI.
Rusdy Bahalwan
Usai jadi pelatih Persebaya Surabaya, Rusdy Bahalwan ditugasi PSSI jadi pelatih Timnas Indonesia di Piala Tiger 1998.
Indonesia sebenarnya tampil apik saat menang lawan Filipina dan Myanmar, tetapi namanya tercoreng selamanya usai "sepak bola gajah" yang terjadi lawan Thailand di laga terakhir grup.
Ia langsung diganti oleh PSSI.