- Laleh Seddigh adalah pembalap mobil wanita Iran yang bertarung di tengah dominasi pembalap pria.
- Besar di Teheran, Iran, Laleh Seddigh jatuh hati dengan dunia kecepatan sejak usia 13 tahun.
- Laleh Seddigh mengaku terus berjuang demi kesetaraan wanita Iran dalam menentukan jalan hidupnya.
SKOR.id - Bicara wanita dan kesetaraan gender di dunia balap mobil tentu tidak akan lepas dari sosok nyentrik Laleh Seddigh.
Tumbuh dan besar di Iran yang kental dengan superioritas pria, Laleh Seddigh bertekad untuk menembus batas gender yang dibangun rapat-rapat di negaranya pasca revolusi 1979 melalui balap mobil.
Laleh Seddigh yang saat ini berstatus mahasiswa doktoral di jurusan Manajemen Produksi adalah pembalap wanita pertama yang meraih titel juara balap mobil nasional di Tehran Azadi Stadium, Iran.
Wanita 28 tahun tersebut berhasil mengalahkan para pembalap putra di lintasan oval dengan catatan waktu tercepat 68 detik per putaran selama perlombaan.
Tidak hanya itu, Seddigh juga meraih kemenangan di ajang reli nasional Iran yang menggabungkan lintasan padang pasir dengan lintasan beku bersama navigator yang juga seorang wanita.
Bagi Seddigh, dunia kecepatan telah mendarah daging sejak diperkenalkan oleh sang ayah saat usianya masih usia remaja.
"Saya belajar menyetir ketika berusia 13 tahun. Saya sangat menyukai kecepatan dan juga menyetir dengan kecepatan tinggi," ucap Seddigh dilansir dari Irish Times.
"Dulu saya sempat berkendara tanpa surat izin. Saya memang seorang remaja yang bandel kala itu."
Seddigh kemudian menceritakan bahwa dirinya sempat mengalami insiden fatal ketika tulang kaki dan lehernya patah karena berkendara dengan kecepatan tinggi.
Meskipun hingga saat ini harus membalap dengan besi tertanam di kakinya, Seddigh mengaku tidak pernah sekalipun menyesal menggeluti dunia balap mobil.
Baginya, dunia balap tidak hanya sebatas hobi semata tetapi juga wadah memperjuangkan kesetaraan gender, terutama di Iran.
Menurut Seddigh setiap wanita memiliki hak untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri termasuk juga cara berpakaian.
"Ini bukan soal superioritas Dunia Barat. Kami para warga Iran menginginkan kebebasan dalam menentukan jalan hidup kami serta bagaimana kami berpakaian."
"Ini adalah wujud kebebasan, lho? Para wanita menghadapi banyak kesulitan di seluruh belahan dunia. Mungkin di Iran ini terasa lebih berat," Seddigh menegaskan dalam wawancara dengan Qantara.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Ramadan Tahun Ini Lebih Berat, Puasa Shesar Hiren Rhustavito Bolong 8 Hari https://t.co/BF3HnKNhJR— SKOR Indonesia (@skorindonesia) April 29, 2021
Berita Olahraga Lainnya:
CERITA RAMADAN: Perjuangan Rio Haryanto Lewati Bulan Puasa di Formula 1