- Gelandang Leicester City, Hamza Choudhury, mengisahkan tentang masa kecilnya saat belajar agama.
- Pemain dengan naluri bertahan ini bangga dengan rambutnya dan darah keluarganya yang dari Bangladesh.
- Hamza Choudhury memberikan dukungan kepada kompetisi Midnight Ramadan.
SKOR.id - Bagi Hamza Choudhury, selain Inggris, negeri Bangladesh menjadi bagian dalam dirinya yang tidak dapat terpisahkan.
Karena faktor negeri yang berdekatan dengan India itu pula, membuat gelandang Leicester City ini mengenal dirinya. Dari mana dia berasal, darah yang mengalir dalam tubuhnya, dan yang utama adalah keyakinan yang dianutnya, yaitu Islam.
Pemain dengan naluri bertahan The Foxes ini Islam sejak lahir, dari ibunya yang bernama Rafia.
Sudah sejak kecil, Hamza Choudhury paham pula bagaimana wanita muslim berpakaian. Seperti ibunya yang selalu mengenakan jilbab.
Dalam sepak bola Inggris, ada istilah British Asian footballer. Atau pemain Britania yang memiliki darah Asia yang sangat kental, dan Hamza Choudhury salah satunya.
Hamza Choudhury sangat mudah dikenali. Pertama, tentu saja dari rambutnya yang bundar dan keribo alias afro, lalu kulitnya yang memang seperti bangsa dari Asia.
Semua perbedaan tersebut membuat dirinya berbeda pula. "Saya bangga dengan kearifan asal-usul saya," kata Hamza Choudhury, seperti yang dikatakannya kepada BBC, pada 2019 lalu.
"Bagi saya, agama, keluarga, dan sepak bola, tiga hal yang penting dalam kehidupan saya," kata pemain yang kini berusia 23 tahun tersebut.
Islam memang menjadi pusat dari kehidupan Hamza Choudhury dan itu ditekuni atau dijalaninya sejak dirinya masih kecil. Menurut Hamza Choudhury, dia selalu belajar agama selepas sekolah.
"Saya dan adik saya biasa pergi dan belajar agama setelah sekolah, biasanya setiap Selasa dan Kamis," kata Hamza Choudhury, bercerita.
"Kami belajar agama dan membaca Quran," kata Hamza Choudhury lagi, mengenang. Ketika itu, dirinya mengaku bahwa jadwal belajar agama sempat membuat dirinya merasa berat.
Apalagi, karena sudah belajar di sekolah umum. Yang dia inginkan ketika itu adalah pergi keluar dan bermain.
"Anda merasa seperti kehilangan waktu pada masa kecil. Namun, saya kemudian baru menyadari betapa pentingnya pelajaran agama yang pernah saya lakukan," katanya lagi.
Menurutnya, orangtuanya yang mengharuskan dirinya untuk belajar agama. "Karena jika tidak belajar agama, Anda tidak akan memiliki sesuatu yang esensial. Jadi saya bahagia dan sangat senang," katanya lagi.
Dari bekal pelajaran agama tersebut seperti membaca dan mengingat bacaan Al-Quran, dirinya selalu membawanya dalam kariernya di Leicester City.
"Saya membaca Ayat Kursi di kamar ganti, sebelum saya melangkah ke lapangan untuk bermain. Lalu ada dua bacaan (surat) pendek lainnya yang ibu meminta saya untuk membacanya," kata Hamza Choudhury lagi.
Midnight Ramadan
Karena keyakinannya pula, Hamza Choudhury pun giat dalam memberikan dukungan untuk Midnight Ramadan League.
Midnight Ramadan League adalah pertandingan sepak bola yang digelar di malam hari setelah berbuka puasa.
Liga ini sudah terbentuk sejak 2018 lalu dan tentu saja selalu ada setiap kali Bulan Ramadan datang.
Dan, Midnight Ramadan League tahun ini pun sudah bergulir. Bahkan, Hamza Choudhury ikut memberikan dukungan, bekerja sama dengan EA Sports.
Dia menjadi bintang yang mempromosikan Midnight Ramadan League FIFA dalam game EA Sports.
Midnight Ramadan pun menjadi perhatian sejumlah tokoh sepak bola Inggris. Pada 24 April 2021 lalu, Ian Wright berkunjung ke Birmingham salah satu tempat digelarnya Midnight Ramadan.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Marquinhos Tuntut PSG Punya Mentalitas Pejuang Hadapi Man City di Leg Kedua https://t.co/Z8Gl7AwPJi— SKOR Indonesia (@skorindonesia) April 29, 2021
Berita Liga Inggris Lainnya:
Timo Werner Melempem, Chelsea Ingin Bawa Pulang Romelu Lukaku
Hasil Leicester City vs Crystal Palace: The Foxes Comback, Posisi Ketiga Aman