SKOR.id - Nama anak itu Islam, Islam Khalilov. Dia adalah malaikat kecil penolong, penyelamat, bagi sekitar 100 orang.
Islam Khalilov menggiring mereka tanpa rasa takut, melewati koridor, dia sempat menengok ke belakang dan melihat beberapa yang menjadi korban.
Islam Khalilov terus berlari memberikan komando, menginstruksikan sekitar 100 orang itu untuk mengikutinya.
Di tengah kepanikan orang-orang yang mengikutinya yang mencari jalan keluar, hingga akhirnya dia menyelamatkan mereka.
Dunia kemudian memujinya, publik Rusia menyebutnya sebagai pahlawan, namun dengan kalimat yang tanpa berlebihan, dia hanya mengatakan, "Saya hanya menjalankan tugas saya," kata Islam Khalilov setiap dirinya ditanya tentang aksi heroik dalam tragedi 22 Maret 2024.
Hari itu, Kota Moskow (Rusia) memang dikejutkan dengan serangan teror yang terjadi di Crocus City Hall di Krasnogorsk, pinggiran utara Moskow.
Sekitar 139 orang tewas dalam serangan teroris tersebut. Namun, di tengah ketakutan dan kegelapan insiden mengerikan itu, seorang remaja yang berusia 15 tahun, Islam Khalilov menjadi penerang bagi sektiar 100 orang lainnya terhindar dari serangan tersebut.
"Apa yang Anda lakukan jika berada dalam situasi tersebut?" demikian sebuah pers Rusia mencoba membandingkan dan menganalisis apa yang biasa dilakukan orang-orang di zaman ini jika berada dalam situasi tersebut dengan kalimat menyindir.
Anda membutuhkan seorang yang berani dan memiliki kepolosan tentang berbuat baik. Tanpa rasa takut, tanpa berpikir dua kali untuk melakukannya.
Islam Khalilov memang hanya menjalankan tugasnya, namun dia bisa saja berlari menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi, itu tidak dilakukannya.
Islam khalilov tengah bekerja sebagai petugas loker di Crocus City Hall saat serangan teror terjadi. Ketika serangan dimulai, Islam Khalilov dan rekan-rekannya mengambil tindakan cepat.
Mereka mengarahkan orang-orang yang berusaha melarikan diri yang justru masuk "jalan buntu" yaitu toilet, dan mencari pintu keluar. Dengan keberaniannya itulah, Islam Khalilov berhasil menyelamatkan lebih dari 100 nyawa.
"Saya tengah melakukan tugas saya sebagai pekerja paruh waktu di Crocus dan orang-orang datang untuk menyaksikan konser. Kami kemudian menyadari ada sesuatu di Crocus, tepat ketika mulai terdengar bunyi tembakan," kata Islam Khalilov bercerita seperti yang diberitakan pers Rusia, RIA News.
"Saya harus melakukan apa yang telah diinstruksikan kepada kami jika ada situasi bahaya atau darurat. Penting untuk membuat orang-orang tenang sehingga semua yang dilakukan tanpa kepanikan," Islam Khallov menambahkan.
"Untuk membantu orang-orang mengatasi situasi, pertama saya dulu yang harus mengendalikan diri saya. Saya tidak menyadari apa yang akan terjadi kemudian. Lalu, segalanya berjalan dengan tepat dan cepat. Kami semua baru menyadari setelah semuanya berakhir," kata Islam Khalilov lagi.
Menurut Islam Khalilov, para pengunjung tersebut awalnya berlari justru menuju jalan arah toilet yang tentunya merupakan jalan buntu.
"Jika mereka tetap ke arah sana dan tinggal di sana, saya tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian kepada mereka.... Lalu saya berlari ke arah mereka dan mengatakan: Kembali, ayo lari, balik arah!."
"Ya, tentu saja saya tidak berteriak, tapi berbicara sejelas mungkin. Saat itu tidak mungkin membuat suara yang keras," kata Islam Khalilov lagi bercerita momen-momen genting tersebut.
"Bersikap dalam situasi tersebut, Anda membutuhkan kepercayaan diri, tanpa keraguan. Diri Anda harus menjadi contoh sehingga orang-orang percaya kepada Anda. Banyak yang menangis, tapi mereka mencoba mengontrol diri mereka, karena itulah kami mengucapkan terima kasih kepada mereka," dia menegaskan.
Meski baru berusia 15 tahun, Islam Khalilov memang terlihat memiliki kematangan dan semua itu karena sebagai anak laki-laki sudah memiliki tanggung jawab yang didapatnya dari pengalamannya, salah satunya menjadi pekerja paruh waktu.
Baru Buka Puasa
Sikap dan pengetahuannya ini pula yang diyakini bahwa serangan teroris itu tidak ada kaitannya dengan Islam, agama yang dipeluknya.
Islam Khalilov menekankan bahwa bulan puasa Ramadan mengajarkan, segala penindasan terhadap siapa pun, pertengkaran, perselisihan harus dihentikan.
"Dan, teroris menyerang orang-orang yang tidak memiliki pelindung dan membunuh banyak orang. Itu adalah kriminal dan tidak ada kaitannya dengan agama Muslim," kata Islam Khalilov.
Islam Khalilov pada saat itu juga tengah menjalankan ibadah puasa selama Bulan Ramadan.
"Semua keluarga menjalankan apa yang menjadi perintah dalam kepercayaan kami. Dan, Jumat itu, ketika teroris menyerang Crocus, saya baru saja membatalkan puasa (berbuka). Lalu, semua itu (serangan) pun terjadi," kata Islam Khalilov, kembali bercerita.
Berpuasa menjadi momen yang disambut dengan gembira di keluarganya. Menurut Islam Khalilov, kedua orangtuanya sudah mendidiknya untuk berpuasa sejak kecil.
Ayahnya, Bakhtiyar Khalilov, sangat terkejut dengan kabar yang terjadi sehingga dirinya pun segera ke Crocus City Hall.
Sementara itu, ibunya yang bernama Aiperi, sempat tidak menjawab telepon genggam namun baru menyadari setelah membuka dan membaca pesannya.
"Saya terkejut," kata Bakhtiyar Khalilov. "Saya tiba di sana, kami kemudian saling berpandangan, dan mengatakan 'hello'. dia kemudian bercerita apa yang terjadi. Tentu saja anak saya sangat terkejut," katanya lagi.
Pesepak Bola dan Pengagum Spartak Moscow
Bakhtiyar Khalilov mengaku bangga dengan apa yang dilakukan anaknya. Namun, dirinya tidak ingin semuanya disikapi dengan terlalu berlebihan karena yang dilakukan anaknya adalah hanya menjalankan tugasnya.
Meski demikian, Bakhtiyar Khalilov mengakui bahwa Islam Khalilov adalah anak yang istimewa baginya.
Menurutnya, Islam selalu aktif dan dia memang mendapatkan pekerjaan di usianya sat ini karena tidak ingin bergantung kepada orangtuanya.
Ada satu yang membuatnya bangga dan menjadi harapannya yaitu kegiatan Islam Khalilov sebagai pemain sepak bola.
"Semua orangtua di kelasnya memujinya. Islam adalah pemain sepak bola, anak yang aktif," kata Bakhtiyar Khalilov. "Islam selalu ingin dan siap menolong dan dia banyak memiliki teman," katanya lagi.
Setelah insiden tersebut, Islam Khalilov bahkan langsung ke Akademi Spartak untuk bermain bola.
Namun, dia tidak menyangka apa yang telah dilakukannya telah menyebar luas dan membuat para pemain senior Spartak Moscow pun menemuinya.
"Spartak Moscow mengundang saya untuk datang, mereka memberikan saya kostum nomor 1, dan tiket terusan semusim untuk laga kandang," kata Islam Kalilov, bercerita tentang pertemuannya dengan para pemain senior Spartak Moscow.
Keinginan Islam Khalilov memang suatu saat nanti ingin menjadi pemain Spartak Moscow, tim idolanya.
"Kami kemudian berbicara, dan semuanya berjalan sangat baik. Bertemu dengan pemain Spartak Moscow adalah mimpi yang menjadi kenyatan," dia menambahkan.
Demikianlah kisah Islam Khalilov di Cerita Ramadan ini. Islam Khalilov sendiri kemudian mendapatkan berbagai penghargaan baik dari pemerintahan Rusia maupun dari komunitas Muslim di Rusia.
Rencananya, dia akan menerima penghargaan itu pada sholat Jumat pada 29 Maret 2024 nanti.
Terkait penghargaan tersebut dan sebutan "pahlawan" baginya, Ivan Khalilov pun tidak ingin terlalu dilebih-lebihkan. Apalagi, dalam suasana duka. "Kami akan berdoa untuk mereka yang menjadi korban dan keluarga mereka kami ikut bersedih," katanya.