SKOR.id - Pelatih sepak bola saat ini menjadi salah satu profesi yang diminati di Indonesia. Meski secara jumlah, saat ini bisa dibilang jumlah pelatih Indonesia yang berlisensi AFC Pro masih jauh tertinggal dibandingkan negara maju sepak bola di Asia.
Sekadar informasi, lisensi AFC Pro memang menjadi syarat mutlak untuk menjadi pelatih klub Liga 1 (kompetisi kasta tertinggi di Indonesia).
Meski memang, saat ini jumlah pelatih lokal yang dipercaya untuk menangani klub-klub Liga 1 2024-2025 masih terbilang sedikit. Tercatat, dari 18 klub yang ada, hanya empat tim yang memilih untuk memakai jasa pelatih lokal.
Para pelatih yang direkrut oleh klub Liga 1 itu adalah Rahmad Darmawan (Barito Putera), Widodo Cahyono Putro (Madura United), Imran Nahumarury (Malut United), dan Hendri Susilo (Semen Padang).
Maka itu, PSSI saat ini masih terus berupaya untuk mencetak para pelatih di berbagai daerah dengan memasifkan berbagai kursus mulai dari lisensi D, C, B, hingga A AFC. Setelah menuntaskan level A AFC, baru bisa mengambil untuk lisensi AFC Pro.
Lantas, bagaimana caranya dan berapa besar biayanya agar bisa mengikuti kursus-kursus tersebut untuk menjadi pelatih sepak bola? Lalu, setelah memegang lisensi tersebut mereka bisa melatih di mana saja?
Skor.id pun telah berbincang dengan Kepala Edukasi Kepelatihan Departemen Teknik PSSI, Yeyen Tumena, untuk menggali berbagai hal tersebut. Berikut ulasannya:
Lisensi D
Mari kita mulai dari lisensi D. Menurut Yeyen Tumena, dalam struktur lisensi kepelatihan AFC dan FIFA sebenarnya tidak ada lisensi D. Tapi, PSSI ingin ada pengantar terlebih dahulu sebelum seseorang mengambil lisensi C.
Maka itu, PSSI membuat kursus kepelatihan lisensi D yang digelar oleh Asprov PSSI.
“Untuk lisensi D banyak sekali bicara tentang karakteristik grassroots, kebutuhan kelompok umur, serta bentuk mainnya,” kata Yeyen.
Eks bek Timnas Indonesia itu menuturkan, waktu kursus lisensi D adalah satu minggu dengan minimal 42 jam sesuai standar AFC.
“Kita bisa lebih karena menambahkan beberapa poin termasuk Filanesia (Filosofi Sepak Bola Indonesia),” tambahnya.
Para pelatih yang lulus dari kursus lisensi D ini baru bisa mengambil lisensi C setelah enam bulan kemudian.
“Dia akan praktik selama enam bulan yang kami sebut logbook. Materinya dia dibukukan untuk masuk lisensi C. kalau hitungan kami kira-kira 40 jam.
Terkait biaya kursus, Yeyen mengungkapkan itu tergantung dari Asprov PSSI yang menggelar. Dan biayanya bisa berbeda-beda antara Provinsi yang satu dengan yang lainnya.
“Ada enam komponen biaya kursus. Mulai dari honor instruktur, sewa ruang kelas, apakah dia menginap, lapangan, seragam, peraga,” kata Yeyen.
“Kisaran biayanya untuk lisensi D itu Rp2 juta-Rp5 juta. Biaya total semuanya dibagi semua peserta. Satu batch maksimal 30 peserta. Untuk pesertanya bebas siapa saja bisa mengambil lisensi,” Yeyen menegaskan.
Kursus Lisensi D
Peserta: Bebas (maksimal 30 peserta satu batch)
Biaya: Rp2 juta-Rp5 juta
Waktu kursus: 1 minggu (minimal 42 jam)
Peningkatan lisensi: Baru bisa mengikuti lisensi C jika sudah praktik selama enam bulan (sekitar 40 jam).
Lisensi C
Lalu untuk lisensi C, waktu kursusnya mencapai 13 hari dengan standar minimal 72 jam. Kalau di Indonesia menjadi 82 jam lantaran memasukkan Filanesia, materi media, dan spesialisasi psikologi.
Istimewanya, Indonesia saat ini sudah dipercaya menggelar kursus sendiri untuk lisensi C, B, A, hingga AFC Pro. Itu lantaran sudah mengantongi coaching convention dari AFC. Untuk lisensi C, Indonesia sudah mendapatkan coaching convention sejak 2017. Kemudian lisensi B pada 2018, lisensi A pada 2020, dan AFC Pro pada April 2023.
“Jadi kita sudah mendapatkan coaching convention dari AFC. Setelah mendapatkan itu, ada tiga hal yang menjadi kesepakatan yaitu Indonesia boleh menyelenggarakan kursus sendiri, pakai instruktur sendiri yang terdaftar di AFC, serta boleh menambahkan materi sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” ujar Yeyen.
“Yang mendapatkan convention (bisa menggelar kursus sendiri) sampai AFC Pro ini di Asia baru 11 negara,” ungkap eks bek PSM Makassar tersebut.
Yeyen menjelaskan, pemegang lisensi C baru boleh untuk melatih kategori usia 12-14 tahun. Pada usia tersebut, para pemain diajarkan bagaimana bermain 7vs7 sampai 8vs8.
“Untuk mantan pemain Timnas Indonesia boleh langsung ambil lisensi C tanpa harus ambil lisensi D terlebih dahulu. Bahkan kalau di UEFA, pemain Timnas langsung lisensi B,” ucap Yeyen.
Kursus Lisensi C
Peserta: Sudah mengantongi lisensi D (maksimal 26 peserta satu batch)
Biaya: Rp8 juta-Rp10 juta
Waktu kursus: 13 hari (minimal 72 jam)
Kategori usia yang dilatih: 12-14 tahun
Peningkatan lisensi: Baru bisa mengikuti lisensi B jika sudah praktik selama satu tahun (sekitar 50 jam).
Lisensi B
Sedangkan lisensi B, di AFC penyelenggaraannya berlangsung selama tiga minggu. Tapi di Indonesia menjadi empat minggu karena ada tambahan materi fisik, psikologi, spesialisasi penjaga gawang, media, hingga keseluruhan pertandingan.
“Tapi supaya lebih efisien, kami bagi dua modul. Rinciannya, 13 hari modul 1, lalu para pelatih dikembalikan dulu ke tim masing-masing untuk bekerja selama satu bulan. Lalu masuk modul 2, selama 13 hari dengan total 2 bulan penyelenggaraan,” ucap Yeyen.
“Kami membagi menjadi 2 modul lantaran kami tidak ingin empat minggu selesai tapi pelatih tidak melakukan apa-apa. Nanti saat praktik ada tugas yang dia lakukan, yaitu menganalisis pertandingan internasional dan lokal, dia juga harus visit klub. Dia juga harus wawancara dengan pelatih yang timnya dia lihat atau kunjungi, karena kita mau tahu latihan yang dibuat itu sesuai dengan tujuannya atau tidak. Nanti peserta kursus akan presentasi hal tersebut,” jelasnya.
Masih menurut Yeyen, di luar tugas itu masih ada tesis yang harus disusun yang narasinya berisi 1500 kata. Peserta kursus juga harus presentasi dalam bentuk powerpoint.
“Untuk lisensi B ini dia bisa melatih usia 16 tahun ke atas dan sudah 11vs11. Mulai tahun lalu, sudah harus lisensi B jika ingin melatih usia 16 tahun ke atas,” ucap lelaki yang pernah berlatih di Italia bersama PSSI Primavera itu.
Kursus Lisensi B
Peserta: Sudah mengantongi lisensi C (maksimal 26 peserta satu batch)
Biaya: Rp30 juta-Rp35 juta
Waktu kursus: 3-4 minggu
Kategori usia yang dilatih: 16 tahun ke atas
Peningkatan lisensi: Baru bisa mengikuti lisensi A jika sudah praktik selama satu tahun.
Lisensi A
Untuk lisensi A AFC, tidak lagi menambahkan materi Filanesia. Durasi kursus lisensi A AFC adalah empat minggu.
“Filanesia hanya sampai di lisensi B. Itu karena ketika di lisensi A, para pelatih sudah punya filosofi sendiri lantaran sudah profesional dan di Liga 2. Jadi, akan terlihat bagaimana pelatih menciptakan filosofi sendiri untuk timnya,” ujar Yeyen.
PSSI untuk kursus lisensi A AFC membaginya dalam tiga modul. Modul pertama selama 13 hari para pelatih akan mengikuti kursus, lalu bekerja kembali di klub selama satu bulan. Di klub nantinya sang pelatih akan diminta untuk menganalisis, visit klub, dan melakukan tesis.
Selanjutnya, akan ada 13 hari untuk menjalani berbagai tes. Mulai dari tes kebugaran (5 hari), tes psikologi (4 hari), penjaga gawang (1 hari), pemaparan Laws of the Game, serta media dan public speaking. Lalu para pelatih juga harus mempresentasikan filosofinya. Setelah itu akan dilanjutkan 13 hari terakhir.
“Total 3 bulan dan 2 minggu dengan kerja di klub,” kata Direktur Teknik Malut United ini.
Terkait biaya, lisensi A AFC bisa per modul, yang masing-masing modulnya seharga Rp16 juta.
“Tapi bisa bayarnya per modul, jadi dia bisa nyicil modul karena kan terkadang ada yang terbentur dengan jadwal pertandingan di klubnya. Untuk lisensi A AFC bisa menjadi pelatih kepala klub Liga 2,” ucap Yeyen.
Kursus Lisensi A
Peserta: Sudah mengantongi lisensi B (maksimal 26 peserta satu batch)
Biaya: Rp16 juta per modul (ada 3 modul)
Waktu kursus: 3 bulan, 2 minggu
Kategori yang dilatih: Bisa menjadi pelatih kepala klub Liga 2.
Peningkatan lisensi: Baru bisa mengikuti lisensi AFC Pro jika berstatus sebagai pelatih klub.
Lisensi AFC Pro
Tidak sembarangan pelatih yang bisa mengambil lisensi ini. Para pelatih harus terlebih dahulu mengantongi lisensi A AFC, lalu mereka juga harus mendaftarkan latar belakangnya yaitu bekerja di tim mana.
“Waktu kursusnya satu tahun, ada delapan modul dengan logbook-nya 1500 jam. Kenapa setahun? Karena harus menyesuaikan waktu dari para pelatih di klubnya. Seringnya setiap modul dilaksanakan pada jadwal FIFA Matchday, sehingga pelatih dapat izin dari klubnya,” ujar Yeyen Tumena.
Untuk modul pendahuluan, bakal lebih dahulu dilakukan tes wawancara, karena banyak persyaratan yang harus dilewati oleh pelatih yang akan mengikuti kursus level ini. Penting bagi PSSI untuk mengetahui kualitas sang pelatih, lantaran juga harus bisa mengoperasikan teknologi karena ada ratusan analisis pertandingan yang harus dilihatnya yang merupakan bagian dari mengasah mata pelatih dalam melihat pertandingan.
Terkait biaya untuk mengikuti kursus ini sangat besar yaitu di kisaran Rp220 juta-Rp240 juta.
“Kenapa besar? Karena ada visit klub di luar negeri, yang kemarin baru dilaksanakan di Turki, saya waktu itu di Spanyol. Terus nanti di akhir ada ujiannya dia, kami para instruktur akan datang ke tempat dia melatih di klub,” jelas Yeyen.
Selain daftar lisensi di atas, juga ada kursus spesialisasi untuk pelatih kiper maupun pelatih fisik.
“Untuk kursus pelatih kiper, dia harus punya lisensi C normal terlebih dahulu baru boleh ambil lisensi C untuk kiper. Lalu bisa ambil lisensi B kiper satu tahun kemudian, dan setelah itu ambil lisensi B normal, baru bisa mengambil lisensi kiper A.”
“Kalau pelatih fisik dia harus lisensi B normal terlebih dahulu, baru ambil level 1 fitness, kemudian 1 B. Lalu ambil lisensi A AFC, baru bisa mengambil lisensi 2 A fitness dan 2 B fitness,” kata Yeyen Tumena.
Kursus Lisensi AFC Pro
Peserta: Sudah mengantongi lisensi A AFC (maksimal 23 peserta, minimal 18 peserta satu batch)
Biaya: Rp220 juta-240 juta
Waktu kursus: 1 tahun (8 modul)
Kategori yang dilatih: Bisa menjadi pelatih kepala klub Liga 1.
Peningkatan lisensi: -