SKOR.id – Fantastis. Mungkin itu satu kata yang pantas untuk menggambarkan kinerja kamera foto finis dalam menentukan siapa pemenang final nomor paling bergengsi cabang olahraga atletik, lari 100 meter pria, di Olimpiade Paris 2024.
Pada lomba yang digelar di Stade de France, Paris, Prancis, Minggu (4/8/2024) lalu, dua pelari, Kishane Thompson (Jamaika) dan Noah Lyles (Amerika Serikat), finis dengan waktu yang sama, yakni 9,79 detik.
Berkat foto dari kamera akhir foto pemindaian garis (atau pemindaian celah) dari Omega yang disebut Omega Scan'O'Vision Ultimate, para juri pertandingan dan publik dapat mengetahui bila Lyles ternyata mengungguli Thompson hanya dengan 0,005 detik!
Sekilas Kamera Foto Finis
Jika hasil kamera foto finis terlihat aneh bagi Anda, itu karena teknologi (yang sudah teruji dan benar) yang digunakan untuk foto tersebut.
Meskipun teknologi telah berubah selama bertahun-tahun, kamera digital mengambil gambar garis akhir secara berurutan selebar 1 piksel menggunakan aperture – diafragma yang berupa lubang yang terdapat di dalam lensa, tempat cahaya masuk ke dalam bodi kamera (sensor) – vertikal (dan mengambil foto sebanyak mungkin yang dapat dilakukan kamera).
Ini bukan sekadar gambaran momen dalam waktu, melainkan posisi dalam ruang. Faktanya, keseluruhan foto secara harfiah adalah garis finis yang dilihat satu piksel dalam satu waktu (branding Omega dan Olimpiade ditambahkan di bagian atas).
Pada masa film, film bergerak melintasi "celah", menuju ke arah yang sama dengan pelari. Jika film bergerak terlalu cepat, hasil akhir akan terlihat terkompresi; terlalu lambat, dan atletnya terlihat seperti tokoh kartun Gumby.
Untuk kamera, Omega Scan’O’Vision Ultimate – merupakan versi upgrade dari Scan’O’Vision Myria dengan kemampuan menangkap objek 10.000 frame per second (fps) – yang dapat mengambil hingga 40.000 gambar per detik dari garis finis, untuk membuat gambar seperti pada foto utama di atas.
Cara Kerja Omega Scan’O’Vision Ultimate
Sistem foto finis di ajang sekelas Olimpiade tidaklah menyediakan foto konvensional seperti diperkirakan orang. Itulah mengapa objek hasil kamera foto finis terlihat aneh (seperti Gumby).
Jadi, Thompson dan Lyles, finis dengan waktu yang sama di final 100 meter pria Paris 2024. Announcer sempat mengumumkan bila Thompson menjadi pemenang.
Tetapi ternyata tubuh Thompson (baca: dada) menyentuh garis finis 0,005 detik lebih lambat daripada Lyles (9,789 detik berbanding 9,784 detik).
Pertanyaannya, bagaimana para hakim bisa menentukan Lyles sebagai pemenang? Omega selaku pencatat waktu resmi Olimpiade, memiliki kamera garis finis Omega Scan’O’Vision Ultimate yang mampu menangkap gambar hingga 40.000 fps.
Namun tidak seperti kamera biasa, alat itu memindai satu irisan vertikal. Jadi hasil foto finis kamera garis finis tidak mengabadikan momen pada waktunya, melainkan menangkap suatu tempat: garis finis dan rupa setiap bagian tubuh semua pelari saat mereka melintasinya.
Irisan vertikal tersebut kemudian dibentangkan secara horizontal berdasarkan kode waktunya, sehingga operator dapat menandai dadanya dengan garis merah.
Lintasan berwarna putih karena hanya mengabadikan garis finis, dan logonya berasal dari papan reklame yang hanya bisa terbaca oleh kamera garis finis.
Dari tangkapan kamera foto finis terlihat dada Lyles menyentuh garis finis di posisi terdepan dengan dada, yaitu bagian tubuh yang diperhitungkan untuk menjadi acuan finis sesuai aturan.