SKOR.id – Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) menanggapi protes yang diajukan PBSI terkait situasi yang merugikan tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie.
Jonatan Christie datang ke Olimpiade 2024 dengan status unggulan ketiga. Ia bakal memulai perjuangan dengan bersaing di Grup L.
Dalam Grup L, Jonatan Christie bakal memperebutkan satu tiket ke babak 16 besar dengan Lakshya Sen (India), Kevin Cordon (Guatemala), dan Julien Carraggi (Belgia).
Situasi tersebut cukup merugikan Jonatan Christie karena harus melakoni tiga pertandingan sepanjang babak penyisihan grup.
Selain Jonatan Christie, Viktor Axelsen (Denmark) yang merupakan unggulan kedua juga bakal menjalani tiga laga di Grup P.
Sementara itu, 11 tunggal putra lain yang berstatus seeded di Olimpiade 2024 "hanya" akan melakoni dua pertandingan sepanjang babak penyisihan grup.
Situasi merugikan tak hanya didapatkan Jonatan Christie dalam fase penyisihan grup tetapi juga berpotensi terjadi di fase selanjutnya.
Pada fase gugur yang dimulai dari babak 16 besar, terdapat tiga slot bye yang tersedia. Slot itu disiapkan untuk juara Grup A yang berisi unggulan pertama, Shi Yu Qi (Cina).
Slot bye juga bakal diberikan kepada juara Grup P yang dihuni oleh Viktor Axelsen selaku seed kedua nomor tunggal putra.
Sedangkan satu slot bye lainnya dialokasikan untuk peringkat pertama Grup E yang melibatkan unggulan keempat turnamen, Anders Antonsen (Denmark).
Hal inilah yang dipermasalahkan oleh PBSI. Jonatan Christie yang berstatus seed ketiga dirasa lebih layak mendapat peluang meraih bye dan langsung lolos ke perempat final.
PBSI melalui Bambang Roedyanto selaku Kabid Hubungan Luar Negeri pun sudah melayangkan protes resmi kepada BWF.
Dalam protesnya, PBSI meminta BWF mengatur jadwal pertandingan yang lebih adil untuk setiap pemain yang ada di Grup L termasuk Jonatan Christie.
Apalagi para pemain di Grup L bakal melakoni sembilan laga jika ingin meraih medali emas Olimpiade 2024. Perjalanannya jadi yang paling jauh di antara kontestan dari grup lain.
PBSI juga menyarankan agar penggunaan sistem pertandingan yang tidak adil seperti di Olimpiade 2024 tidak dipakai lagi pada turnamen-turnamen selanjutnya.
BWF sendiri dikabarkan sudah merespons protes dari PBSI dan berjanji untuk mengatur jadwal pertandingan pemain di Grup L.
“Dalam surat elektronik yang diterima PBSI, BWF telah memberi jawaban bahwa kondisi yang tak menguntungkan Jojo ini merupakan hasil drawing,” ungkap PBSI dalam pernyataan resmi.
“Akan tetapi, mereka berjanji akan melakukan evaluasi soal drawing ini. BWF juga berjanji untuk mengatur jadwal yang pas antarpertandingan.”
“Hal ini dilakukan agar para pemain di Grup L mendapatkan istirahat yang cukup,” demikian pernyataan tersebut.