- WTA mengumumkan penangguhan turnamen tenis di Cina untuk 2022.
- Keputusan ini diambil menyusul dugaan kasus pelecehan seksual oleh mantan Wakil PM Cina, Zhang Gaoli.
- WTA meragukan kondisi Peng Shuai meski sudah melakukan panggilan video dengan Presiden IOC Thomas Bach.
SKOR.id - Asosiasi Tenis Wanita (WTA) umumkan penangguhan turnamen di Cina sepanjang 2022 sebagai buntut dari dugaan skandal yang disampaikan Peng Shuai.
Seperti dilansir BBC, Kamis (2/12/2021), Ketua WTA Steve Simon menuturkan pihaknya telah berulang kali menyerukan diadakan penyelidikan.
Namun, hingga kini tak ada kejelasan. "Hati nurani saya tergerak, saya tak akan bisa meminta atlet kami bertanding di sana," kata pria berkacamata itu.
Peng Shuai diduga dalam tekanan, menyusul keputusannya untuk menguak skandal mantan Wakil Perdana Menteri Cina, Zhang Gaoli, awal November lalu.
Petenis 35 tahun tersebut mengungkapkan via Weibo bahwa dirinya mengalami pelecehan seksual oleh Zhang Gaoli di kediamannya, tiga tahun lalu.
Tak lama berselang, unggahan kontroversial tersebut dihapus. Peng Shuai juga tidak lagi muncul di hadapan publik selama beberapa pekan.
Dugaan bahwa mantan petenis ganda nomor satu dunia itu mengalami tekanan pun mencuat hingga publik menyerukan tagar #WhereIsPengShuai.
Meski sudah muncul via panggilan video dengan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, WTA tak lantas percaya.
Mereka menduga Peng Shuai tak sepenuhnya bebas dari tekanan karena hingga kini tak berani mengungkap kasus tersebut secara gamblang.
"Kepemimpinan di Cina belum membahas masalah yang sangat serius ini dengan cara yang kredibel," katanya, Steve Simon menegaskan.
Atas dasar itu pula, WTA merasa ada risiko besar yang mungkin dihadapi para petenis putri dan staf jika mengikuti turnamen di Negeri Tirai Bambu.
"Jika orang-orang kuat dapat menekan suara perempuan dan menyapu tuduhan penyerangan seksual di bawah karpet, maka dasar di mana WTA didirikan - kesetaraan untuk perempuan - akan mengalami kemunduran besar."
"Saya tidak akan dan tidak bisa membiarkan (diskriminasi) itu terjadi pada WTA maupun para pemain (yang ada di bawah WTA)," ujar Steve Simon.
Sejumlah petenis putri dunia, termasuk juara Wimbledon dua kali, Petra Kvitova, men-tweet dukungan mereka atas keputusan WTA tersebut.
Pun dengan Julian Knight MP selaku Ketua Komite Digital, Budaya, Media dan Olahraga. "Jika saja olahraga lain menunjukkan solidaritas dan kejelasan moral ini."
Lebih Besar daripada Bisnis
WTA mengakui, Cina merupakan salah satu negara yang berkontribusi. Namun, sudah dua tahun terakhir absen menggelar turnamen karena pandemi Covid-19.
Sebagai contoh, sepanjang 2019, Cina menjadi tuan rumah sembilan turnamen. Termasuk di antaranya WTA Finals yang berhadiah total 30,4 juta dolar AS.
Steve Simon tak bisa memungkiri ada kekhawatiran tentang implikasi keuangan dari penangguhan turnamen di Negeri Tirai Bambu. Tapi, kasus ini lebih besar.
"Ini sesuatu yang tidak bisa kami tinggalkan begitu saja. Jika membiarkan ini, apa yang kami katakan kepada dunia adalah (bahwa mereka) tidak menangani kekerasan seksual dengan rasa hormat dan keseriusan."
Meski begitu, WTA tidak akan meminta ATP yang membawahi turnamen petenis putra, untuk membuat sikap serupa terkait masalah Peng Shuai.
"Saya tidak berpikir (dengan tidak ditangguhkannya turnamen ATP) itu akan melemahkan posisi kami," kata Steve Simon.
"Posisi kami adalah tentang apa yang terbaik untuk WTA dan atlet putri. Kami akan tetap di posisi itu. Orang lain akan membuat keputusan yang menurut mereka tepat."
"Saya sangat menyesal telah sampai pada titik ini tetapi para pemimpin Cina telah meninggalkan WTA tanpa pilihan."
Jelang International Youth Championship 2021, Bintang Muda Real Madrid Curi Perhatian
Klik link untuk baca: https://t.co/yhmesz9yhD— SKOR.id (@skorindonesia) November 30, 2021
Berita Tenis Lainnya:
Kroasia dan Jerman Melaju ke Semifinal Davis Cup 2021
Idolakan Lewis Hamilton, Emma Raducanu Enggan Jawab Persaingan di Acara Penghargaan