SKOR.id – Awal musim Kejuaraan Dunia MotoGP 2023 bisa jadi catatan paling kelam bagi Yamaha dan Fabio Quartararo sepanjang turun di kelas premier.
Dari 10 race (balapan utama dan sprint race) di lima putaran yang sudah digelar, Quartararo hanya mampu mengoleksi 49 poin, atau kurang dari 30% dari maksimal poin yang bisa diperebutkan, 185.
Dari lima sprint race, Quartararo hanya mampu sekali merebut poin, tepatnya saat finis P9 (1 poin) di Termas de Rio Hondo, Argentina.
Pembalap asal Prancis itu juga baru sekali naik podium, saat finis ketiga di GP Americas. Selebihnya, El Diablo tidak mampu menembus finis lima besar. Terakhir di balapan kandangnya, GP Prancis, ia hanya mampu finis P7. Itupun terjadi karena beberapa pembalap di depannya terjatuh.
Alhasil, kini Quartararo hanya berada di peringkat kedelapan klasemen pembalap. Rekan setimnya di Monster Energy Yamaha MotoGP, Franco Morbidelli, lebih buruk lagi dengan hanya berada di posisi ke-13 klasemen.
Saat bicara dengan Man On Wheels (MOW), mantan pembalap MotoGP dan World Superbike (WSBK) Ruben Xaus angkat bicara soal masalah yang dihadapi Yamaha, yang membatasi Quartararo.
“Saya melihat ia bagus saat balapan. Kecepatannya saat balapan juga selalu bagus. Namun ada sesuatu yang hilang di strategi. Mengapa ia selalu bilang: ‘Saya seorang juara dunia, ayo bangkit!
“Jika saya di posisinya sekarang, saya akan terbang ke Jepang dan duduk dengan Presiden Yamaha. Saya juga akan bertanya kepada para teknisi dan mekanik dari pabrikan lain, seperti yang dilakukan KTM.
“KTM mengambil yang terbaik dari paddock dan lihat di mana mereka sekarang. Dalam lima bulan mereka mengubah segalanya,” ucap Xaus, runner-up WSBK 2003.
Xaus menjelaskan, Fabio Quartararo memiliki karakter dan kekuatan untuk memaksa Jepang menempatkan tim yang lebih baik di sekitarnya. Dia harus mendorong ke arah itu.
“Quartararo harus mencari pekerjaan di tempat lain, pergi ke KTM sebelum mereka mengambil lebih banyak juara,” kata Xaus.
Saat ditanyakan apa yang sebaiknya dilakukan Fabio Quartararo serta Marc Marquez (Repsol Honda) selaku pesaing berat bagi juara dunia Francesco Bagnaiaa (Ducati Lenovo), pembalap yang turun di MotoGP pada 2004 itu.
“Saya ingin melihat Marc Marquez di KTM, tanpa ragu. Tetapi jika menjadi manajer Fabio Quartararo, saya akan mengesampingkan para eksekutif Yamaha dan memberi tahu mereka bahwa tim tidak memerlukan solusi hebat melainkan solusi yang tepat,” kata Xaus.
“Quartararo memerlukan solusi yang tepat. Solusinya tidak selalu seribu kuda atau seribu hal lainnya. Sering kali juga tentang kepada siapa Anda dapat memberikan 100% atau 98%.
“Hari ini Fabio mencoba memberikan 100%. Tetapi secara emosional yakin dia tidak bisa melakukannya karena dia terlalu frustrasi. Terkadang sedikit sudah cukup untuk menyelesaikan banyak hal.”