SKOR.id - Atletico Madrid memimpin klasemen sementara La Liga 2024-2025. Los Rojiblancos di posisi pertama dengan mengoleksi 41 poin dari 18 pertandingan.
Mereka unggul satu poin atas Real Madrid, klub sekota, yang ada di peringkat kedua dengan 40 poin, dan unggul tiga poin dari Barcelona yang mengoleksi 38 poin namun sudah memainkan 19 laga.
La Liga musim ini bisa kembali menjadi milik Atletico Madrid. Jika memang Los Rojiblancos kembali juara, ini akan menjadi musim yang tidak terlupakan.
Bagaimana Atletico Madrid di akhir tahun 2024 ini justru menjadi pemimpin klasemen sementara La Liga 2024-2025?
Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Selain momentum Atletico Madrid yang kini memimpin klasemen sementara La Liga 2024-2025, menampilkan Diego Simeone dan Los Rojiblancos dalam artikel ini juga bertepatan dengan 13 tahun usia karier kepelatihan Diego Simeone di Atletico Madrid.
Diego Simeone resmi bergabung ke Atletico Madrid pada 23 Desember 2011 silam atau dua hari sebelum Natal, menggantikan Gregorio Manzano.
Kehadiran Diego Simeone ketika itu seperti hadiah Natal bagi fans Atletico Madrid karena El Cholo (panggilan Diego Simeone) bukanlah sosok yang baru dalam sejarah klub ini.
Diego Simeone yang dalam masa kariernya dikenal sebagai gelandang berstatus bintang dunia, memperkuat Atletico Madrid pada 1994 hingga 1997.
Bermain dalam 126 laga dengan 27 gol, Diego Simeone bagian penting dari sukses Atletico Madrid yang meraih dua gelar pada 1995-1996: La Liga dan Piala Raja (Copa del Rey).
Kostum Tandang Biru
Ketika Atletico Madrid menang atas Barcelona pada laga akhir tahun 2024 ini tepatnya 21 Desember 2024 lalu, mereka mengenakan kostum kedua yang berwarna biru keabu-abuan.
Warna kostum itu sendiri memang terlihat tidak tegas warnanya. Biru langit, namun jelas terlihat warna abu-abu, atau bahkan tersamar hijau.
Namun, kostum ini mulai diyakini memberikan keberuntungan atau energi positif setiap kali mereka mengenakannya. Khususnya jika dibandingkan dengan kostum ketiga yang berwarna biru navy.
Dalam akun media sosial Atletico, tim ini mengunggah momen Angel Correa saat merayakan gol dalam laga di Paris lawan Paris Saint-Germain dan Alexander Sorloth di laga lawan Barcelona.
Foto kedua pemain yang mengenakan kostum biru keabu-abuan itu disertakan dengan kalimat "Camiseta de culto" atau "Kostum yang suci" (kultus).
Boleh jadi karena euforia sukses klub sejauh ini pula, kekuatan kostum tandang ini pun menjadi pembahasan dalam klub ini.
Sedikit serius namun juga bercanda, kostum ini merefleksikan kekuatan yang tanpa batas seperti laut yang biru.
Di awal musim ini, Atletico Madrid memang mengumumkan kostum berwarna biru keabu-abuan ini sebagai kostum tandang yang yang identik dengan Dewa Neptune.
Dewa Neptune menjadi simbol Atletico Madrid sedangkan Dewi Cibelles menjadi simbol dari Real Madrid.
Di plaza inilah tempat bagi kedua tim setiap kali merayakan gelar.
Pilihan Atletico Madrid saat mengumumkan kostum kedua ini pada awal musim, juga diharapkan bisa membawa kembali mereka ke Plaza Neptune (Fountain of Neptune) pada musim panas 2025 nanti, untuk merayakan gelar.
Kebetulan atau tidak, Atletico Madrid dengan sukses mereka ke puncak klasemen mulai memperlihatkan harapan tersebut bisa terwujud.
Faktanya, dengan kostum biru keabu-abuan itu mereka mampu meraih sejumlah kemenangan. Bahkan, kemenangan itu di antaranya diciptakan dengan cara yang ajaib.
Dengan kostum tandang ini, mereka menang atas Athletic Bilbao, mengalahkan Union Vic, Paris Saint-Germain, Mallorca, Sparta Praha, dan kemudian Barcelona.
Dari enam kemenangan tersebut, mereka menciptakan total 14 gol dan hanya kemasukan 2 gol. Tiga d antaranya bahkan menang lewat gol di tambahan waktu (injury time), yaitu lawan Athletic Bilbao, Paris Saint-Germain, dan Barcelona.
Hasil berbeda justru dialami Atletico Madrid ketika tampil dalam tandang dengan kostum biru navy yang merupakan kostum ketiga mereka musim ini.
Tampil dengan kostum ketiga tersebut saat lawan Real Betis, mereka kalah 0-1, yang menjadi satu-satunya kekalahan mereka di La Liga. Lalu dengan kostum ketiga itu pula, mereka takluk 0-4 dari Benfica di Liga Champions yang merupakan kekalahan terburuk sepanjang musim ini.
Dalam kehidupan, keyakinan seperti itu memang tidak terhindarkan. Begitu pula dengan pencapaian Atletico Madrid saat ini di La Liga 2024-2025.
Namun demikian, sukses mereka saat ini tentu saja bukan semata hanya tentang 'mistis' warna kostum, melainkan mentalitas untuk tidak menyerah yang sudah ada sejak lama, sejak kehadiran Diego Simeone.
Kehadiran Alexander Sorloth
Mentalitas pantang menyerah Atletico Madrid dapat dilihat dari gol-gol menit terakhir yang mereka ciptakan sepanjang musim 2024-2025 ini.
Gol-gol menit terakhir itu pula yang membuat Los Rojiblancos memiliki keunikan dibandingkan dengan klub-klub lainnya, khususnya di La Liga 2024-2025 ini.
Gol yang diciptakan Alexander Sorloth ke gawang Barcelona tercipta pada menit ke-90+6. Gol tersebut menentukan kemenangan Atletico Madrid atas Barcelona yang membuat tim ini merebut puncak klasemen sementara La Liga 2024-2025.
Dalam pertandingan yang digelar di kandang Barcelona tersebut, Minggu (22/12/2024) dini hari WIB, gol Alexander Sorloth tercipta setelah memanfaatkan assist Nahuel Molina.
Dengan kaki kirinya, Alexander Sorloth meneruskan bola tersebut dan mengubah kedudukan di menit-menit akhir dari 1-1 menjadi menang 2-1.
Kemenangan dengan cara yang dramatis tersebut faktanya sudah 13 kali terjadi sepanjang musim ini, tiga di antaranya diciptakan Alexander Sorloth.
Sebelum gol menit terakhir ke gawang Barcelona, bintang asal Norwegia ini juga mencetak gol menit terakhir ketika menghadapi Real Vlladolid dan Leganes.
Gol-gol menit terakhir inilah yang membuat Atletico Madrid berhasil meraih kemenangan dan membuat mereka kini ada di puncak klasmen sementara La Liga 2024-2025.
Jika gol di menit terakhir terjadi hanya satu atau dua kali boleh jadi itu kebetulan semata. Namun, dengan 13 gol menit terakhir yang diciptakan Atletico Madrid, menunjukkan bahwa ini sukses dari strategi Diego Simeone. Bukan hanya dari aspek taktik dan strategi melainkan permainan.
"Kami selalu memiliki keyakinan bahwa masih ada yang akan terjadi sebelum pertandngan benar-benar berakir, meski hanya tersisa satu detik pun," kata Angel Correa, mengomentari kecenderungan kemenangan Atletico Madrid lewat gol-gol menit terakhir yang mereka ciptakan.
"Kebiasaan" mencetak gol di menit terakhir tersebut dimulai ketika mereka menang 3-0 atas Girona di laga pekan kedua La Liga 2024-2025 ini.
Koke Resurreccion yang mencetak gol tersebut di menit ke-90+4, gol ketiga dalam pertandingan tersebut.
Setelah hanya imbang lawan Espanyol, Atletico Madrid kembali mengulangi di laga selanjutnya.
Kali itu, gol terakhir tersebut yang menentukan kemenangan Los Rojiblancos atas Athletic Bilbao, 1-0, yang diciptakan Angel Correa pada menit ke-90+2.
Sejak saat itulah, mereka mulai mengalamai kemenangan ke kemenangan lainnya dengan cara yang dramatis. "Ini merupakan tim yang hebat, kami seperti tidak pernah merasa kalah sebelum semuanya berakhir," kata Julian Alvarez.
Julian Alvarez yang merupakan pemain baru pada musim ini setelah bergabung dari Manchester City, mengakui dirinya semakin menikmati momen-momen kariernya di Atletico Madrid.
Mentalitas pantang menyerah ini yang juga menjadi salah satu kunci sukses Atletico Madrid meraih kemenangan dalam 12 laga terakhir di semua ajang.
Namun demikian, bagaimana Alexander Sorloth menjadi pemain yang efektif baik sebagai pembelian musim ini dan juga dalam permainan, yang membedakan sukses Atletico Madrid pada musim ini.
Alexander Sorloth bergabung ke Atletico Madrid dari Villarreal. Bintang tinggi besar ini (1,94 meter), merupakan salah satu pencetak gol produktif dengan mencetak 23 gol untuk Villarreal di La Liga 2023-2024.
Namun demikian, untuk bergabung ke Atletico Madrid, Alexander Sorloth harus mengikuti cara main Diego Simeone.
Jika di Villarreal penyerang berusia 29 tahun ini merupakan pemain utama, dia harus menjadi pemain pengganti dalam sejumlah pertandingan.
Di La Liga contohnya. Dari 18 kali tampil pada musim ini, hanya 7 pertandingan di mana dia ditempatkan sebagai starter dengan 11 laga lainnya sebagai pengganti.
Diego Simeone tahu waktu yang tepat kapan harus menurunkan Alexander Sorloth. Gol Rodrigo De Paul di menit ke-60 ke gawang Barcelona yang membuat kedudukan imbang 1-1 menjadi momen yang tepat untu kmemberikan tekanan lebih besar kepada Barcelona.
Pada menit ke-73, Diego Simeone kemudian menggantikan Antoine Griezmann dengan Alexander Sorloth. Pergantian ini pun berjalan efektif.
Percaya kepada Diego Simeone
Berbeda dengan Real Madrid dan Barcelona, Atletico Madrid pernah terjerembab ke Divisi Dua (Segunda), ketika mengakhiri musim di peringkat ke-19 pada 1999-2000.
Mereka kemudian berhasil kembali ke La Liga (promosi) pada 2001-2002. Los Rojiblancos kemudian bertarung di La Liga. Namun, posisi terbaik mereka hanya di peringkat keempat dalam sembilan musim.
Hingga kemudian datangkan Diego Simeone pada Desember 2011. Los Rojiblancos kemudian meraih gelar Liga Europa pada musim pertamanya bersama Diego Simeone.
Lalu, sejak 2012 di La Liga, mereka mampu berada di empat besar, dengan dua di antaranya tampil sebagai juara.
Kepercayaan terhadap Diego Simeone menjadi salah satu kunci keberhasilan Atletico Madrid.
Sejak kehadiran Diego Simeone pada Desember 2012 silam, Real Madrid sudah berganti 8 pelatih sementara Barcelona telah terjadi pergantian pelatih sebanyak 9 kali.
Diego Simeone masih menggunakan stategi di mana sepak bola yang efektif adalah dengan membangun fondasi pertahanan yang kuat.
Musim ini, Atletico Madrid masih yang terbaik dari aspek pertahanan. Gawang Atletico Madrid yang dikawal Jan Oblak hanya kemasukan 12 gol, paling minim di antara tim La Liga lainnya.
Diego Simeone juga tidak berpatokan kepada satu pola. Dapat dikatakan tidak ada pola khusus, termasuk dengan mudah dia beralih dari pola 4-4-2 menjadi 3-5-2 di pertandingan lainnya.
Musim ini contohnya, dia bahkan memulai dengan skema tiga bek (3-5-2) sejak pekan pertama hingga di pekan ketujuh kemudian berubah menggunakan 4-4-2.
Diego Simeone selalu mengenakan gelang di pergelangan tangan kanannya. Hingga saat ini, benda melingkar yang melekat di tangan kirinya tersebut masih menjadi misteri.
Ketika menjadi model mengenakan outfit salah satu produk top dunia sebagai sponsornya, Diego Simeone menolak untuk melepasnya meski untuk sementara.
Memang terlihat sedikit aneh ketika ada benda bernuansa tradisional yang melekat bersamaan dengan model outfit yang modern. Namun, demikianlah Diego Simeone.
Diego Simeone pernah disebut sebagai salah satu pelatih yang percaya dengan takhayul, superstition, myth atau sejenisnya.
Namun, dari pelatih yang kini berusia 54 tahun itulah, Atletico Madrid menjadi tim yang memberikan perlawanan kepada dua tim raksasa Spanyol, Real Madrid dan Barcelona.
Dengan Diego Simeone pula, Los Rojiblancos meraih sejumlah gelar seperti La Liga 2013-2014 dan 2020-2021 atau Liga Europa 2011-2012 dan 2017-2018.
Pria asal Argentina yang total memberikan 8 trofi untuk Los Rojiblancos kini berpeluang memberikan trofi utama lainnya: La Liga 2024-2025.