- Nilofar Bayat adalah mantan kaptem tim bola basket kursi roda wanita Afghanistan.
- Dia dan suaminya melarikan diri dari kekuasaan Taliban enam bulan lalu.
- Pebasket berusia 28 tahun itu kini menetap di Spanyol dan bergabung dengan tim lokal Bilbao sebagai pengungsi politik.
SKOR.id - Enam bulan setelah melarikan diri dari kekuasaan Taliban, Nilofar Bayat, mantan kapten tim bola basket kursi roda wanita Afghanistan, mulai merasa aman lagi.
Yang juga penting dia perlahan-lahan menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di Spanyol.
"Tidak mudah untuk bergabung dengan masyarakat dengan cepat karena semua berbeda," kata Bayat, yang datang ke Spanyol bersama suaminya Ramesh Naik setelah menerima tawaran bermain untuk Bidaideak BSR Bilbao, tim bola basket profesional gender campuran.
"Agak menantang bagi saya bagaimana berperilaku dengan orang-orang, bagaimana hidup di sini," kata pebasket berusia 28 tahun tersebut.
Bayat, yang menderita cedera tulang belakang saat berusia dua tahun ketika sebuah roket menghantam rumah keluarganya di Kabul, meninggalkan Afghanistan karena dia takut Taliban akan membalikkan kemajuan yang dibuat dalam 20 tahun terakhir, terutama pada hak-hak perempuan.
Bahasa telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi bintang bola basket, yang berbicara bahasa Farsi, Pashto dan sedikit bahasa Inggris, tapi sekarang telah menghadiri kursus pelajaran bahasa Spanyol setiap hari.
Nilofar Bayat, captain of the Afghan women's wheelchair basketball team, arrived in Madrid with her husband. She said she could not live under the Taliban, who she fears will reverse all the achievements Afghanistan has made over the past 20 years https://t.co/7J7t8XEy7X pic.twitter.com/iTiWnrTnhA— Reuters (@Reuters) August 23, 2021
"Makanannya enak, orangnya baik, tapi masalahnya saya tidak bisa berbagi perasaan dengan mereka, saya tidak bisa berbagi cita-cita dengan mereka," katanya.
Pengungsi Politik
Terlepas dari kendala bahasa, Bayat, yang belajar untuk menjadi pengacara di tanah airnya, berharap dapat membuat asosiasi untuk membantu perempuan Afghanistan, terutama mereka yang cacat, di Spanyol dan Afghanistan.
"Saya ingin tinggal di sini dan bekerja untuk mereka, untuk para wanita yang ada di sini di Spanyol. Saya tahu bagaimana mereka memulai hidup dari nol seperti saya," katanya.
Dia dan Naik sejauh ini tidak dapat bermain dalam pertandingan profesional karena status imigrasi mereka, tetapi presiden Bidaideak, Txema Alonso mengatakan itu harus segera berubah sekarang mereka telah diakui sebagai pengungsi politik.
Nilofar Bayat's spine was damaged by a Taliban attack in Afghanistan.
After being granted a refugee status in Spain, she's rebuilding her life as a wheelchair basketball player. pic.twitter.com/ueI23wAQon— DW Sports (@dw_sports) October 21, 2021
"Status ini membuka kemungkinan untuk mendapat pekerjaan, memperoleh manfaat sosial, dan akhirnya, untuk mendapatkan lisensi olahraga yang memungkinkan mereka untuk bermain secara kompetitif," kata Alonso.
Dengan negara-negara Barat memutuskan hubungan ekonomi, budaya dan lainnya dengan pemerintah Taliban di Kabul, Bayat mengaku sangat khawatir bahwa rakyatnya akan ditinggalkan oleh dunia luar.
"Saat ini semua orang melupakan Afghanistan. Tidak banyak yang membicarakan ini, semua berita adalah tentang hal lain," katanya. "Ada banyak tantangan tetapi tidak ada yang berbicara (tentang mereka)."***
Berita Olahraga Lainnya:
Seorang Atlet Voli Junior Afghanistan Tewas Dipenggal Taliban
Tiba di Tokyo, 2 Atlet Afghanistan akan Berlaga di Paralimpiade 2020