- Podium tertinggi All England sempat beberapa kali diisi oleh atlet non-unggulan.
- Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri menjadi salah satu non-unggulan yang berhasil juara.
- Selain Bagas/Fikri, Tine Rassmussen juga pernah dua kali menjuarai turnamen BWF Super 1000 dengan status non-unggulan.
SKOR.id - Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri merupakan satu dari empat non-unggulan yang berhasil juara di ajang All England era BWF Super Series.
Menjadi jawara di ajang sebesar All England bukanlah visi yang mudah bagi setiap pesertanya, terlebih pada era BWF Super Series. Munculnya tangga unggulan seakan menjadi "clue" untuk menebak siapa yang nantinya akan menjadi juara.
Beberapa atlet sempat mendominasi ajang ini, seperti Lee Chong Wei yang masuk dalam lima final berturut-turut, atau Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang juara pada tiga edisi All England secara beruntun.
Namun, All England tak hanya milik para unggulan. Beberapa pemain non-unggulan pun berhasil meraih gelar juara.
Skor Indonesia merangkum kisah para non-unggulan merengkuh gelar juara All England sepanjang era BWF Super Series.
All England 2008 dan 2010: Tine Baun (Tunggal Putri, Denmark)
Tine Baun menjadi non-unggulan yang berhasil menjuarai All England. Tak hanya sekali, pemain yang juga dikenal dengan sebutan Tine Rassmussen ini dua kali menyabet gelar juara meski tak masuk daftar unggulan.
Pada All England 2008, Tine Baun sebenarnya menduduki peringkat 1 dunia BWF, namun ia tak masuk dalam daftar unggulan kompetisi.
Tine Baun mengatasi unggulan keempat, Zhu Lin (Cina), dan unggulan ketujuh Pi Hongyan (Prancis) pada putaran kedua dan ketiga.
Di Final, Tine Baun menghadapi unggulan ketiga asal Cina, Lu Lan. Bermain apik, dominasi Tina gagal dipatahkan Lu Lan, dan laga berakhir dengan skor 21–11, 18–21, 22–20.
Perjuangan Tine Baun makin berat pada edisi All England 2010. Tak masuk unggulan meski berstatus tunggal putri nomor 4 dunia, Tine disorot oleh para tunggal Cina, setidaknya bagi Lu Lan dan Wang Yihan.
Akan tetapi, Tine Baun seakan tak terbendung pada edisi All England tersebut. Dominasi Tine Baun berlanjut hingga final, mengalahkan Wang Yihan lewat rubber, 21-14, 18-21, 21-19.
All England 2016: Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Ganda Putra, Rusia)
Bercokol sebagai ganda peringkat 13 dunia, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov berhasil menyabet gelar juara All England 2016 dengan cukup mengejutkan.
Pasalnya, gelar diraih dengan mengalahkan beberapa pesaing besar, sebut saja Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding pada putaran kedua, Liu Xiaolong/Qiu Zihan pada perempat final, dan unggulan pertama Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong pada semifinal.
Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov menghadapi Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa pada babak final. Laga puncak berlangsung dalam rubber game, dan pasangan Rusia menang dengan skor 21-23, 21-18, dan 21-16.
Gelar ini menjadi gelar tertinggi bagi Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov di level BWF Super Series hingga saat ini.
All England 2018: Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Ganda Campuran, Jepang)
Prestasi terbaik Yuta Watanabe/Arisa Higashino hingga saat ini adalah peringkat 1 dunia BWF, namun keduanya pernah tampil mengejutkan saat meraih gelar All England pertamanya pada 2018.
Muncul sebagai ganda peringkat 48 dunia, Yuta/Arisa tampil di All England 2018 dengan cukup "mudah" pada babak-babak awal. Ganda Jepang ini tak kesulitan menghadapi Tang Chun-Man/Tse Ying Suet (Hong Kong) dan Jacco Arends/Selena Piek (Belanda) pada dua putaran awal.
Ujian pertama Yuta/Arisa adalah perempat final melawan Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Kedua pasangan bermain rubber, dan wakil Jepang berhasil menang 18-21, 21-15, 21-15.
Yuta/Arisa lalu melangkahi Zhang Nan/Li Yinhui pada semifinal All England 2018 dengan kemenangan 21-14, 21-18. Lalu meraih gelar juara usai mengalahkan Zheng Siwei/Huang Yaqiong di final dengan laga rubber game, 15-21, 22-20, 21-16.
Ini adalah gelar pertama Yuta Watanabe dari empat gelar All England yang sudah ia koleksi. Yuta/Arisa kembali juara pada All England 2021, ditambah dua gelar tambahan Yuta saat berpasangan dengan Hiroyuki Endo pada All England 2020 dan 2021.
All England 2022: Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri (Ganda Putra, Indonesia)
Gelar juara Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri pada All England 2022 merupakan capaian yang berada di luar perkiraan.
Sebelum menjadi juara All England, prestasi terbaik Bagas/Fikri adalah juara seri BWF Super 100, Hyderabad Open 2019.
Menuju final, Bagas/Fikri mengawali perjalanan dengan mengalahkan kompatriot, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yacob Rambitan. Lalu, keduanya berhasil melewati adangan Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (24-22, 13-21, 21-17), Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (16-21, 21-16, 22-20), dan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (22-20, 13-21, 21-16).
Pada partai final, Bagas/Fikri mengalahkan seniornya, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dalam straight game, 21-19 dan 21-13.
Pada akhir lagam Bagas Maulana mengaku tak menyangka bisa meraih gelar prestisius BWF Super 1000, All England 2022.
"Yang tentu bangga sekali bisa langsung juara, yang pasti tidak menyangka sama sekali," ujar Bagas dikutip dari PBSI.
Fitur All England Lainnya:
Hock/Khoon, Juara All England Pertama dari Asia Tenggara
Kiprah Rudy Hartono di All England: 10 Kali Tembus Final, Bawa Pulang 8 Gelar