- Perenang transgender asal AS, Lia Thomas, kembali menuai kontroversi.
- Ia mendapatkan penolakan dari rekan setimnya karena dianggap kelewat hebat.
- Lia Thomas mencetak rekor dengan naik peringkat dari ke-462 putra menjadi peringkat pertama putri.
SKOR.id - Kontroversi kembali disulut oleh perenang transgender asal Amerika Serikat (AS), Lia Thomas.
Atlet yang mengubah jenis kelamin dari putra menjadi putri itu dianggap kelewat hebat hingga mengacaukan persaingan di nomor putri.
Ironisnya, anggapan tersebut turut didukung oleh rekan-rekan setimnya di University of Pennsylvania, AS, tempatnya menimba ilmu.
Sebanyak 16 rekan setim Lia Thomas ikut membubuhkan tanda tangan dalam petisi yang dikirimkan oleh olimpian, Nancy Hogshead-Makar.
Dalam surat itu, mereka meminta kepada penyelenggara kejuaraan renang universitas di AS agar nama Lia Thomas diboikot.
"Secara biologis, Lia memiliki keuntungan yang menjadikannya tidak adil jika berkompetisi di kategori putri," tulis mereka dalam petisi, dilansir dari Mirror.
"Jika dia diperbolehkan untuk bertanding melawan kami, dia akan memecahkan semua rekor Pennsylvania, Ivy League, dan NCAA."
Lihat postingan ini di Instagram
Lia Thomas menuai sorotan saat berhasil memperbaiki peringkatnya dari ke-462 kategori putra menjadi yang teratas untuk kategori putri.
Kebanyakan pemain mengatakan menghormati identitas Lia Thomas sebagai transgender. Tapi, jadi berbeda jika berbicara soal olahraga dan kompetisi.
"Kami sungguh-sungguh mendukung kesehatan mental Lia dan berharap Pennsylvania dan Ivy League melakukan yang sama dengan kami," kata petisi.
"Olahraga adalah kompetisi. Kemenangan dan rekor Lia akan melukai mereka yang telah berjuang sekuat tenaga untuk masuk ke dalam tim renang kami."
Lihat postingan ini di Instagram
Sebelumnya, federasi renang AS, USA Swimming, telah meluncurkan regulasi untuk mengatur keikutsertaan atlet transgender.
Hal ini sebagai tindak lanjut atas pandangan kalangan konservatif yang masih menolak keberadaan perenang transgender.
Mereka menganggap turunnya para perenang transgender di sektor putri tidak adil untuk atlet yang terlahir sebagai perempuan.
Kriteria utama yang dicari adalah sudut pandang medis, perkembangan fisik sejak masih berstatus atlet putra, dan intervensi lain yang pada akhirnya tak memberikan keunggulan kompetitif apapun atas pesaing atlet putri biologis.
Atlet tersebut juga harus menunjukkan konsentrasi testosteron dalam serum kurang dari 5 nanomol per liter yang konsisten selama 36 bulan terakhir sebelum mengajukan permohonan bertanding.
Berita renang lainnya:
Federasi Renang AS Bentuk Regulasi demi Inklusivitas dengan Atlet Transgender
Perenang Belanda Berdarah Jawa, Ranomi Kromowidjojo Putuskan Pensiun
Bintang Renang Kontroversial Kampus Dikalahkan Sesama Atlet Transgender