- Berbeda dengan anggota timnas angkat besi yang lain, Eko Yuli Irawan dan Triyatno mendapat dispensasi untuk berlatih di rumah.
- Kedua lifter putra itu tetap disiplin berlatih dan berada di bawah pantauan.
- Kepada Skor.id, Eko Yuli Irawan bercerita pengalaman berlatih di rumah selama pandemi.
SKOR.id - Eko Yuli Irawan bercerita soal latihan di rumah selama pandemi Covid-19 yang disebutnya lebih berat daripada di pemusatan latihan nasional (pelatnas).
Salah satu lifter andalan Indonesia itu mengaku dapat dispensasi dari Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI).
Eko Yuli Irawan dan Triyatno mendapat pengecualian dari PABBSI untuk berlatih di rumah selama pandemi Covid-19 karena beberapa alasan.
Namun, bukan berarti mereka bisa lebih santai. Selama latihan di rumah, Eko Yuli Irawan dan Triyatno mendapat pengawasan dari tim pelatih.
Kedua lifter tersebut juga wajib mengunjungi pelatnas di Wisma Kwini, Jakarta, setidaknya satu kali dalam satu bulan untuk mengecek progres latihan.
"Pelatnas angkat besi tetap berjalan, tim berlatih di Wisma Kwini. Tapi, saya dan Triyatno dapat dispensasi untuk berlatih di rumah," ujarnya kepada Skor.id.
Bukan hanya karena sudah berkeluarga, PABBSI memberi izin Eko Yuli Irawan dan Triyatno berlatih di rumah karena mereka punya fasilitas latihan.
"Saya memiliki alat di rumah, ada besi dan tempat berlatih. Saya memang menyiapkan tempat latihan untuk mengantisipasi."
"Misalnya kalau tidak ada pelatnas dan situasi-situasi seperti ini (pandemi). Alat yang saya miliki sama seperti di pelatnas (angkat besi)," katanya.
Eko Yuli Irawan juga bercerita soal perbedaan berlatih di rumah dan pelatnas. Menurutnya, berlatih di rumah tidak bisa 100 maksimal.
"Bedanya mungkin (barbel) enggak bisa dibanting karena takut berisik. Kalau dibanting, lantai rumah juga bisa ancur. Jadi, hanya 80-90 persen."
Kondisi tersebut diakui Eko Yuli Irawan membuatnya lebih capek dibandingkan latihan di Wisma Kwini, Jakarta, lokasi pelatnas angkat besi.
"Karena tidak bebas, saat mengangkat beban, saya harus nahan dan tidak dibanting. Jadi bisa dikatakan ada batasan, termasuk dalam gerakan."
Namun, tidak demikian dengan suasana lathan sebab dirinya dipantau tim pelatih pemusatan latihan daerah (pelatda) Jawa Timur via aplikasi Zoom.
"Teman-teman di daerah juga dipinjamkan besi jadi bisa berlatih di rumah. Kami berlatih bersama 15 orang dan ada empat pelatih, jadi enggak suntuk."
"Saat istirahat latihan, kami juga bisa berbincang dan saling menyemangati. Intinya, hanya terpisah tempat. Kami tetap berkomunikasi, bercanda," katanya.
Bukan hanya Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua, Eko Yuli dihadapkan pada Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang, yang mundur hingga tahun depan.
Pria kelahiran Metro, Lampung, 24 Juli 1989 itu bertekad meningkatkan prestasinya dalam Olimpiade karena dari tiga penampilan, selalu meraih medali.
Saat debut di Olimpiade 2008 Beijing, Eko Yuli yang turun di kelas 56 kg putra, meraih medali perungu. Pun demikian di London, Inggris, 2012.
Bedanya, kala itu, Eko Yuli turun di nomor 62 kg putra. Masih dari kelas sama, empat tahun kemudian, dirinya menyabet perak di Olimpiade Rio de Janeiro.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia
Berita Angkat Besi Lainnya:
Wawancara Eksklusif Eko Yuli Irawan: Tiga Kali Olimpiade Selalu Dihantui Cedera
Ikut RDPU, Eko Yuli Irawan Sebut Persiapan Angkat Besi Sudah 95 Persen