- Wakil Asia kini banyak dilirik dalam setiap kompetisi bola basket internasional.
- Pebasket dengan bakat-bakat besar ditemukan dari wilayah benua kuning ini.
- Skor Indonesia menyusun Starting 5 berisikan ikon-ikon basket Asia.
SKOR.id - Dalam kompetisi basket internasional, wakil Asia kini dipandang makin kompetitif fi tengah dominasi wakil benua Amerika dan Eropa.
Timnas Basket dari Asia Utara, Timur Tengah, hingga Asia Tenggara kini menjadi sorotan di turnamen internasional, Olimpiade dan Piala Dunia FIBA.
Makin kompetitifnya wakil Asia ini diikuti dengan munculnya banyak pemain berbakat dari wilayah benua kuning, julukan benua Asia.
Kompetisi Piala Asia FIBA, Liga Basket Asia (ABL), serta beberapa liga basket domestik di Asia turut menjadi tujuan pencarian bakat. Hingga muncul nama-nama seperti Rui Hachimura atau Yuta Watanabe.
Skor Indonesia menyusun starting five yang berisi pebasket terbaik berdarah Asia yang mencuri perhatian dunia.
Point Guard: Jimmy Alapag
Sosok pebasket berbaket turut muncul dari Asia Tenggara, tepatnya dari Filipina. Nama Jimmy Alapag muncul pada draft Liga Basket Filipina 2003 sebagai pemain muda dengan akurasi tembakan di atas rata-rata.
Karier Jimmy Alapag sebagai pemain aktif berlangsung selama 12 tahun. Tumbuh bersama klub Talk 'N Text Tropang Texters, Jimmy berhasil meraih enam kali juara liga dan MVP pada tahun 2011.
Di Asia, sosok Jimmy Alapag ini seperti Stephen Curry atau Kyle Thompson dengan ciri khas tembakan tiga angkanya. Sejak 2003 hingga 2016, sudah 1.250 poin dicetak sang pemain dari luar garis tiga angka.
Shooting Guard: Michael Madanly
Michael Madanly turut menjadi bakat besar pebasket dari daratan Asia. Madanly adalah shooting guard berkebangsaan Syria dan dikenal sebagai salah satu bomber dari kawasan timur tengah.
Nama Michael Madanly muncul pada Piala Asia FIBA 2001. Sebagai roster berusia 20 tahun, Madanly tampil di luar ekspektasi dengan membukukan 17 poin per gim. Catatan tersebut terbanyak keenam di kompetisi saat itu.
Julukan mesin pencetak skor tidak salah disematkan untuk pemain dengan tinggi badan 193 cm ini. Pada Piala ASia 2007, Michael Madanly membukukan 33,1 poin per gim, termasuk mencetak 40 poin saat melawan Timnas Basket Indonesia.
Karier Michael Madanly pun bersinar selama 14 tahun menjadi pemain profesional. Lapangan Liga Basket Cina, Liga Basket Filipina, hingga Liga Basket Belanda pernah Ia pijak dalam perjalanan kariernya.
Small Forward: Samad Nikkhah Bahrami
Samad Nikkhah Bahrami adalah pemain bola basket profesional Iran. Pemain berusia 37 tahun tersebut saat ini membela Mahram di Liga Super Basket Iran dan masih aktif bermain di Tim Nasional.
Samad menjadi salah satu bakat terbaik milik Iran dan dipuji banyak kalangan. Pada 2014, New Orelans Pelicans bahkan disebut melirik sang pemain untuk memperkuat klub. Meskipun, rumor tersebut belum membawa Samad menuju NBA.
Samad Nikkhah Bahrami juga dikenal sebagai duo dengan sosok Center, Hamad Haddadi. Keduanya sudah memberikan tiga medali emas untuk Timnas Iran di ajang Piala Asia FIBA dan dua medali perak Asian Games 2014 dan 2018.
Nama Samad Nikkhah Bahrami disebut oleh dua legenda basket Asia, Mario Wuysang (Indonesia) dan Sam Daghlas (Yordania). Keduanya menilai bahwa permainan Samad luar biasa sebagai lumbung skor andalan Iran hingga saat ini.
Power Foward: Yi Jianlian
Yi Jianlian adalah salah satu power forward terbaik yang dimiliki Asia. Bakatnya muncul sejak muda dan berkembang bersama Guangdong Southern Tigers , tim profesional pertamanya.
Dengan tinggi 213 cm, Yi Jianlian muda menampilkan potensi sebagai power forward andalan dengan kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baiknya. Pada 2002, Times bahkan sudah melabeli sosoknya sebagai "The Next Yao Ming" saat menyabet gelar Rookie of The Year Liga Basket Cina 2003.
Yi lalu melebarkan sayap kariernya menuju NBA pada 2007, bergabung dengan Milwaukee Bucks melalui draft. Ia membela tiga tim dalam empat tahun berkarier di Amerika Serikat, bersama Bucks, New Jersey Nets, dan Washington Wizards. Namun, cedera membuat Yi tak tampil maksimal di Negeri Paman Sam.
Guangdong Southern Tigers menjadi klub yang dibela Yi pada 2011. Meski sempat kembali ke NBA bersama Dallas Mavericks pada 2012, Yi tetap menjadi bagian dari The Tigers hingga saat ini.
Di tengah kariernya yang naik turun, sosok Yi Jianlian memang penting di Timnas Basket Cina. Yi menyumbang tiga gelar juara Piala Asia FIBA dan satu edali emas Asian Games 2006.
Center: Yao Ming
Tak berlebihan jika menyebut Yao Ming adalah ikon basket Asia. Namanya masih menjadi yang terbesar di antara bintang-bintang basket lain, terutama karena Yao membawa dominasinya menuju NBA.
Pemain bertinggi badan 229 cm ini sudah dibidik oleh beberapa tim NBA sejak berusia 17 tahun. Bersama Shanghai Sharks, Yao dikenal sebagai center yang ulet. Kariernya pun melejit ketika Ia setuju pindah ke Houston Rockets pada 2002.
Yao Ming menempel ketat sosok Shaqquile O'Neal di posisi kedua Rookie of the Year pada tahun 2003. Setelahnya, performa Yao makin meroket dengan tujuh kali terpilih dalam NBA All Star pada 2003 hingga 2009, dan 2011 hingga memutuskan pensiun. Nomor punggung 11 yang dipakainya selama membela Rockets juga dipensiunkan oleh klub.
Sosok Yao Ming juga menjadi kunci kehebatan timnas basket Cina di level Asia. Ia menjuarai tiga Piala Asia FIBA secara beruntun, edisi 2001, 2003 dan 2005. Yao tercatat menjadi legenda timnas basket Cina meski gagal mempersembahkan gelar terbaik pada Piala Dunia FIBA 2006 dan Olimpiade 2008 di Beijing.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia
Diplomasi Indomie Menuju BWF World Tour Finals: Perjanjian Anthony Ginting, Vittinghus, dan Bos Indofood https://t.co/WhigNOFgWK— SKOR Indonesia (@skorindonesia) January 28, 2021
Starting 5: Legenda Basket Amerika Utara yang Disegani Dunia