- Pembalap legendaris F1 Ayrton Senna seharusnya genap 60 tahun pada 21 Maret 2020.
- Kematian tragisnya di Sirkuit Imola pada 1 Mei 1994 menjadi kehilangan besar bagi F1 dan Brasil.
- Senna akan tetap dikenang sebagai salah satu pembalap terbaik dalam sejarah F1.
SKOR.id – Lahir pada 21 Maret 1960, Ayrton Senna seharusnya merayakan ulang tahun ke-60, akhir pekan ini. Namun usianya terhenti di angka 34, lebih dari seperempat abad yang lalu.
Seperti diketahui, kecelakaan tragis di Sirkuit Imola pada 1994 merenggut nyawanya. Meski demikian, status Senna sebagai salah satu pembalap terbaik dalam sejarah Formula 1 (F1) akan tetap abadi.
Untuk mengenang Ayrton Senna sekaligus merayakan hari jadinya, dari berbagai sumber, Skor.id merangkum perjalanan dan pencapaian yang membuat pria Brasil itu layak meraih status legenda F1.
Lahir di Santana, Sao Paulo dari keluarga kelas menengah atas, Senna, seperti kebanyakan pembalap F1, mulai tertarik dengan balapan setelah menekuni Gokart pada usia 13 tahun.
Setelah Gokart, ia juga sempat mencicipi Formula Ford (Formula F) dan British Formula 3 sebelum bergabung dengan tim F1 Toleman Motorsport pada 1984.
Baca Juga: Tim-tim F1 Bantu Produksi 20.000 Ventilator untuk Perangi Covid-19
Dalam musim debutnya di F1, Senna finis di peringkat ke-9 klasemen. Namun potensi besar sebagai calon juara masa depan membuat Lotus merekrutnya setahun kemudian.
Selama tiga tahun memperkuat pabrikan asal Inggris tersebut, pencapaian terbaiknya adalah posisi ke-3 klasemen akhir.
Pada 1988 atau musim kelimanya di F1, Ayrton Senna sukses menjadi juara dunia bersama McLaren. Musim itu, ia memenangi separuh dari total 16 grand prix (GP).
Tak banyak yang terkejut dengan keberhasilannya kala itu. Pasalnya, Senna telah memperlihatkan kemampuan natural yang luar biasa sejak debutnya bersama Toleman.
“Saya pikir kita semua telah melihat kehadiran Ayrton Senna sebagai pembalap dengan bakat yang benar-benar luar biasa dalam balap grand prix (F1) ini,” ujar James Hunt, juara dunia F1 1976.
Pengakuan tersebut disampaikan Hunt ketika Senna secara mengejutkan mampu memacu mobil Toleman, yang kalah secara kelas, keluar sebagai runner-up di Monako.
Ketika itu, sang rookie berhasil memaksa juara dunia dua kali Alain Prost dari tim McLaren bekerja keras untuk dapat finis di posisi terdepan.
Momen di Monako tersebut menjadi awal mula rivalitas Senna-Prost di lintasan. Bahkan persaingan keduanya kian sengit saat keduanya berada dalam satu tim, McLaren.
Selama 1988-1991, menjadi panggung pertempuran Ayrton Senna dengan Alain Prost. Nama pertama mampu mendominasi dengan menjadi juara dunia tiga kali dalam periode tersebut.
Setelah kembali menjadi juara dunia pada 1990 dan 1991, musim 1994, Senna bergabung ke Williams setelah Prost pensiun setahun sebelumnya.
Baca Juga: Thibaut Courtois Jadi Pembalap F1
Namun tragedi yang menewaskannya terjadi. Pada lap ke-7 GP San Marino di Sirkuit Imola, 1 Mei tahun itu, mobil FW16 yang dikendarai Senna menabrak pembatas dengan kecepatan 211 km/jam.
Tak hanya dunia balap dan F1 berduka, kematian Ayrton Senna dianggap sebagai tragedi nasional oleh warga Brasil. Pemerintah negaranya bahkan mendeklarasikan tiga hari berkabung nasional.
Pemakaman Senna disiarkan secara langsung dan sekitar 3 juta orang memadati jalanan Sao Paulo untuk mengiringi jasadnya. Ini bukti betapa besar pengaruh yang diberikan Senna.
“Ketika Ayrton meninggal, sebagian dari saya juga ikut mati. Anda tahu karier kami terikat erat satu sama lain. Secara tidak langsung, kami saling termotivasi satu sama lain,” Alain Prost mengakui pengaruh Senna terhadapnya pada 1998.
Jim Clark, Niki Lauda, Michael Schumacher, dan Lewis Hamilton adalah pembalap F1 terbaik di generasinya. Namun menyebut Ayrton Senna sejajar atau bahkan berada di atas mereka tidaklah berlebihan.
Selama 11 tahun kariernya dalam balap F1, Senna telah meraih 41 kemenangan dari 162 balapan yang diikutinya dengan tiga gelar juara dunia.