- Penundaan dan pembatalan lomba di Formula 1 memberikan dampak besar pada pemasukan setiap tim.
- Pengeluaran besar tahun lalu menunjukkan setiap tim F1 butuh pemasukan setimpal demi menghindari kerugian.
- Tim-tim di papan bawah bakal rugi besar hingga gulung tikar karena hanya mengandalkan sponsor sebagai sumber pemasukan.
SKOR.id – Penundaan dan pembatalan yang terjadi di Formula 1 (F1) akibat pandemi virus corona (Covid-19) memberi dampak besar kepada seluruh tim yang terlibat.
Sebagian besar tim yang berkompetisi di F1, memanfaatkan pemasukan dari pihak sponsor yang hanya akan membayar mereka ketika perlombaan berlangsung.
Itu memunculkan kekhawatiran jika situasi terus berlanjut, beberapa tim bisa gulung tikar.
Melihat data yang dilansir Racefans.net soal total pengeluaran tim F1, dari 21 lomba yang digelar tahun lalu, masih ada tim yang merugi karena pengembangan sepanjang musim.
Baca Juga: Lewis Hamilton, Antara Formula 1 dan Fashion
Bahkan, tim sebesar Mercedes AMG Petronas merugi hingga 5 juta dolar Amerika Serikat (AS) (sekitar Rp81,7 miliar).
Meski mereka berhasil meraih gelar juara pembalap dan konstruktor, tak lantas menjamin Mercedes AMG Petronas bisa untung besar.
Pada 2019, mereka mengeluarkan 425 juta dolar AS untuk pengembangan mobil W10 EQ Power+, menggaji pembalap, dan staf.
Tapi, Mercedes AMG Petronas hanya mendapatkan 420 juta dolar AS dari sponsor dan bonus di setiap perlombaan.
Scuderia Ferrari Mission Winnow jadi tim yang paling boros, musim lalu, dengan total anggaran mencapai 435 juta dolar AS.
Angka tersebut diyakini bakal meningkat pada F1 2020, mengingat Ferrari sedang membangun fasilitas untuk regulasi baru.
Meski jadi yang terboros pada 2019, Ferrari pandai dalam mengelola keuangan sehingga tak berdampak besar pada finansial mereka.
Ferrari menggunakan satu lokasi untuk mengembangkan mobil F1 dan memproduksi mobil komersil, yakni di Maranello, Italia.
Namun, di sisi lain, hal itu juga mempersulit pabrikan asal Italia itu untuk menganalisis pengeluaran mereka.
Regulasi baru soal pembatasan anggaran yang tetap diterapkan pada 2022, diyakini berdampak pada pemasukan Scuderia Ferrari.
Itu sebabnya, mereka memutuskan untuk berinvestasi besar pada 2020. "Tahun ini kami akan lebih boros, memulai lebih cepat pengembangan mobil baru."
"Akibatnya, kami meningkatkan total anggaran. Bukan hanya tentang pengembangan tapi menambah staf untuk proyek tersebut," kata Mattia Binotto, Prinsipal Scuderia Ferrari.
Baca Juga: Teknisi F1 Jadi Pilihan Pertama Sebastian Vettel Usai Pensiun
Red Bull Racing merupakan satu dari tim tiga besar yang tak memerlukan anggaran tinggi untuk bisa tampil kompetitif. Mereka memaksimalkan pemasukan untuk mobil dan staf.
Pada situasi yang tak menentu seperti saat ini, finansial Red Bull mungkin tak terlalu bermasalah karena selain tidak jor joran, mereka punya basis keuangan cukup kuat.
Williams ROKiT Racing jadi tim yang paling merugi, tahun lalu. Total anggaran mereka pada F1 2019 mencapai 150 juta dolar AS dan hanya dapat pemasukan 125 juta dolar AS.
Sebelumnya, Prinsipal Alfa Romeo Racing, Frederic Vasseur, mengatakan penundaan F1 2020 sangat berat bagi beberapa tim. Ia mengatakan, tiga sampai empat tim bisa gulung tikar.
"Jika kami tak segera bereaksi dan menemukan solusi, kami akan mengalami kesulitan untuk melangkah maju," kata Frederic Vasseur.