SKOR.id – Film dokumenter olahraga menawarkan lebih dari sekadar melihat kompetisi atletik. Mereka menggali kisah-kisah kemanusiaan di balik para atlet, isu-isu sosial yang sering menjadi fokus olahraga, dan tema-tema universal tentang ketekunan, kemenangan, dan kekalahan.&nbsp;Bahkan jika Anda bukan seorang atlet atau penggemar olahraga, film-film ini dapat menarik dengan kedalaman emosional dan drama kehidupan nyata.Bila Anda tertarik dengan kisah ketahanan, keadilan sosial, atau sekadar narasi menarik, film dokumenter olahraga seperti When We Were Kings menampilkan bagaimana olahraga dapat mencerminkan dan memengaruhi percakapan budaya yang lebih luas, menjadikannya menarik dan menginspirasi.&nbsp;When We Were Kings adalah sebuah film dokumenter Amerika keluaran tahun 1996 yang disutradarai oleh Leon Gast, yang mengisahkan tentang pertarungan tinju perebutan sabuk kelas berat bertajuk “Rumble in the Jungle” yang diadakan pada tanggal 30 Oktober 1974, di Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo) antara juara dunia kelas berat George Foreman saat itu melawan Muhammad Ali.Film dokumenter olahraga ini menampilkan karisma Ali, konteks politik acara tersebut, dan makna budaya dari pertarungan tersebut.Dengan cuplikan langka dan wawancara mendalam – dengan Norman Mailer, George Plimpton, Spike Lee, dan Thomas Hauser dari tahun 1990-an – film ini menggambarkan kisah kembalinya Ali, pengaruhnya di luar ring, dan tontonan global yang melampaui olahraga, yang pada akhirnya menunjukkan kebanggaan dan ketahanan Afrika.Wawancara tersebut menceritakan pentingnya pertarungan itu, dan hal-hal etika soal lokasi pertarungan dan pendanaan dari diktator brutal Zaire saat itu, Mobutu Sese Seko.&nbsp;Interview&nbsp;dengan Mailer dan kawan-kawan itu dibarengi sejumlah klip dan foto tentang ringkasan perjalanan karier tinju kelas berat Ali dan Foreman menjelang Rumble.&nbsp;Film ini juga menampilkan cuplikan arsip selebritas termasuk James Brown, B.B. King, dan promotor Don King, menjelang pertarungan dan mengiringi festival musik Zaire 74,&nbsp;Gast membutuhkan waktu 22 tahun untuk mengedit dan membiayai film ini, namun akhirnya dirilis dengan ulasan yang kuat sehingga mampu memenangi Academy Award (Piala Oscar) pada tahun 1996 untuk kategori Film Dokumenter Terbaik. When We Were Kings&nbsp;masih bisa disaksikan di saluran televisi berbayar <a href="https://tv.apple.com/us/movie/when-we-were-kings/umc.cmc.4as6o9azj5z99c3dp2oumwsbq ">Apple TV</a>.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/p4fOmC7VoRk?si=RrpcWsdtGzZB6Y5Q" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

When We Were Kings menampilkan karisma Muhammad Ali, konteks politik acara itu, dan makna budaya dari duel tinju kelas berat dunia itu.



Culture

When We Were Kings Padukan Tinju, Konteks Politik, dan Budaya

SKOR.id – Ingo Wegerich mungkin bukan nama yang familiar bagi para penggemar tinju. Namun, jangan remehkan koleksi lukisan-lukisan tinju miliknya yang sangat beragam.&nbsp;Hal itu terungkap saat digelarnya pameran seni di German Sport and Olympia Museum di Cologne, Jerman, beberapa waktu lalu akan memberi tahu Anda segala hal yang perlu Anda ketahui tentang kecintaan dan hasrat Wegerich terhadap tinju.&nbsp;Museum ini terletak di Rheinauhafen di Cologne, sebuah proyek regenerasi perkotaan di kota yang terletak di sepanjang sungai Rhine.Boxing Art Exhibition (Pameran Seni Tinju) gagasan Ingo Wegerich ini memanjakan mata yang menampilkan karya para pelukis seperti Richard T. Slone, LeRoy Neiman, Jay Connolly, dan masih banyak lagi.&nbsp;Dari petinju legendaris seperti Muhammad Ali, Joe Calzaghe, hingga Canelo Alvarez, ada banyak karya menakjubkan yang menggambarkan seni tinju dengan segala kemegahannya. “Pameran ini memadukan sejarah, olahraga, dan seni,” kata Wegerich.Mengomentari koleksi tersebut, direktur museum Dr. Andreas Hofer berkata, “Koleksi yang luar biasa, lukisan yang luar biasa – sebuah pameran yang akan membuat Anda terpesona.”Dari tahun 1930-an hingga saat ini Koleksi Seni Rupa Ingo Wegerich merupakan salah satu yang terluas dari jenisnya. Sejumlah karya menampilkan tanda tangan para petarung, terkadang setelah pertarungan digambarkan, yang memberi mereka sentuhan bersejarah tambahan dan nilai ekstra.&nbsp;Jadi, apakah Anda seorang penggila olahraga, seseorang yang hanya menonton pertarungan besar, atau penikmat sains yang manis, lukisan Muhammad Ali, Floyd Mayweather, Jack Dempsey, Julio Cesar Chavez Sr, dan pertarungan legendaris seperti Ali-Frazier, Canelo- Golovkin dan Fury-Wilder, dan masih banyak lagi, adalah suguhan visual yang akan diingat lama setelah Anda berkunjung.Informasi lebih jauh tentang Koleksi Seni Rupa Ingo Wegerich bisa dilihat di: <a href="https://wegerich-fineart.com/en/ingo-wegerich-fine-art-collection/">Ingo Wegerich Fine Art Collection (wegerich-fineart.com)</a>.&nbsp;Olahraga tarung seperti tinju jauh lebih sering ditemukan dalam seni visual dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya. Pertarungan manusia melawan manusia merupakan sesuatu yang kuno dan selalu membuat dunia seni terpesona.&nbsp;Pahlawan mereka diperankan oleh seniman yang terkenal tanpa disadari oleh museum dan galeri klasik. Karya-karya mereka sering kali dijual kepada kolektor papan atas yang memiliki minat yang sama – ketertarikan terhadap seni dan olahraga tarung.&nbsp;Yang istimewa dari koleksi Ingo Wegerich ini adalah karya-karya seni, tanpa kecuali yang asli, tidak hanya meyakinkan secara artistik, tetapi juga memiliki relevansi sejarah kontemporer, menggambarkan pertarungan atau pejuang sejarah besar yang menginspirasi suatu generasi.&nbsp;Bayangkan saja pada tahun 1930-an, misalnya, ketika Joe Louis dan Max Schmeling bertinju sementara jutaan orang mengikuti pertarungan tersebut di radio.&nbsp;Sebagian besar karya seni asli juga ditampilkan di halaman depan majalah tinju internasional atau program pertarungan resmi. Oleh karena itu, karya seni ini tidak hanya menceritakan sebuah kisah, namun juga merupakan bagian dari sejarah kontemporer.<div class="raw-html-embed"></div>

Yang istimewa dari koleksi Ingo Wegerich ini adalah karya-karya seni ini tidak hanya meyakinkan secara artistik, tetapi juga memiliki relevansi sejarah kontemporer.

Koleksi Lukisan Tinju Ingo Wegerich nan Istimewa 

SKOR.id – Penggemar tinju sejati pastinya mengenal sang legenda, George Foreman.&nbsp;Mantan juara tinju dunia kelas berat ini memiliki gaya tinju boxer sejati.Pukulan jab, straight, hook, maupun uppercut kanan-kirinya maut sehingga kerap membuat lawannya tersungkur KO.Foreman yang kini berusia 75 tahun merupakan petinju dua dekade. Kariernya sebagai petinju disaksikan langsung di ring maupun televisi oleh penggemar tinju era 1970-an hingga 1990-an.&nbsp;Kini penggemar Foreman bisa bernostalgia karena film&nbsp;Big George Foreman sudah ditayangkan di Netflix.Film ini menceritakan kisah luar biasa tentang petinju yang cepat mencapai puncak karier dalam dunia olahraga, dari peraih medali emas Olimpiade hingga juara tinju kelas berat.&nbsp;Tapi setelah kekalahan dari Jimmy Young 1977, Foreman memutuskan meninggalkan olahraga keras ini selamanya untuk menjadi seorang pendeta.Foreman secara mengejutkan memutuskan kembali ke ring 10 tahun kemudian, hingga ia berhasil merebut gelar kelas beratnya sekali lagi dari petinju Michael Moorer pada 1994.Disutradarai George Tillman Jr, film ini dibintangi Khris Davis, Sullivan Jones, dan Forest Whitaker. Foreman juga terlibat dalam pembuatan film sebagai produser eksekutif.Khris Davis sebagai George Foreman dan Sullivan Jones sebagai Muhammad Ali bertarung di atas ring dalam salah satu adegan paling favorit.Berikut beberapa pertanyaan yang bisa dijawab mengenai film Big George Foreman yang rilis kali pertama pada 28 April 2023:&nbsp;1. Di Mana Saya Bisa Menonton Big George Foreman?Anda dapat menonton Big George Foreman&nbsp;di Netflix pada 29 April 2024.2. Di Mana Saya Dapat Menemukan Trailer Big George Foreman?Lihat di sini:<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/urKDu40iaXk?si=541uIT0X9rdGzQqt" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>3. Siapa Saja Pemeran Big George Foreman?<ul style="list-style-type:disc;"><li>Khris Davis (Judas and the Black Messiah, Space Jam: A New Legacy) sebagai George Foreman</li><li>Sullivan Jones (Harlem) sebagai Muhammad Ali</li><li>Forest Whitaker (The Last King of Scotland, Black Panther) sebagai Doc Broadus</li><li>John Magaro (The Big Short) sebagai Desmond Baker</li><li>Jasmine Mathews (The Man From Toronto) sebagai Mary Joan Martelly</li><li>Lawrence Gilliard Jr (The Waterboy) sebagai Archie Moore</li><li>Sam Trammell (True Blood) sebagai Pendeta Virdell Stokes</li><li>Sonja Sohn (The Wire) sebagai Nancy Foreman</li><li>Shein Mompremier (Ludi) sebagai Paula Foreman</li><li>Robert Cicchini (Dreamgirls) sebagai Angelo Dundee</li><li>Matthew Glave (Wedding Singer) sebagai Howard Cosell</li><li>Erica Tazel (Justified) sebagai Mary Foreman</li><li>Dwayne Barnes sebagai Dick Sadler</li><li>Deion Smith (Outer Banks) sebagai Roy Foreman</li><li>K Steele (We Have a Ghost) sebagai Gloria Foreman</li><li>Carlos Takam sebagai Joe Frazier</li><li>Cedric Boswell sebagai Sonny Liston</li><li>Tom Virtue (Even Stevens) sebagai pembawa acara TV Johnny Carson</li></ul>4. Bagaimana Sinopsis Big George Foreman?Setelah tumbuh dalam kemiskinan di Houston, Texas, Foreman mendaftar ke US Job Corps, di mana ia bertemu dengan mentor dan pelatih tinju Doc Broadus.&nbsp;Dengan bantuan Doc, Foreman secara cepat menjadi kekuatan baru di rimng tinju yang patut diperhitungkan.Sempat jadi juara dunia sebelum kalah KO dari Muhammad Ali, ia mmutuskan pensiun dari tinju pada 1977 dan kembali ke Houston untuk jadi pengkhotbah. Padahal usianya saat itu baru 28 tahun.&nbsp;Foreman juga membuka pusat komunitas pemuda. Bertahun-tahun kemudian, ia mengetahui bahwa rekan bisnisnya melakukan sejumlah investasi buruk.George lalu bertemu kembali dengan Broadus yang &nbsp;mendorongnya kembali ke ring pada 1987, dengan harapan jadi juara tinju kelas berat tertua sepanjang sejarah.5. Di Mana Latar Film Big George Foreman?Big George Foreman berlatar di beberapa tempat berbeda. Pertama, di Houston, tempat ia dibesarkan dan kemudian jadi seorang pengkhotbah di kemudian hari.&nbsp;Film ini juga membawa kita ke Oregon, tempat Foreman pernah bekerja di kamp Korps Pekerjaan AS dan bertemu Broadus, lalu ke Oakland, California, tempat ia berlatih sebagai petinju profesional.6. Apakah Big George Foreman Berdasarkan Kisah Nyata?Ya, film ini didasarkan pada kehidupan peraih medali emas Olimpiade dan mantan juara dunia kelas berat George Foreman.7. Apa yang Terjadi dengan George Foreman Sekarang?Foreman masih menjadi pengkhotbah di gerejanya dan terus menjalankan pusat pemuda di Houston.&nbsp;Pada 1999, ia menjual hak atas George Foreman Grill seharga 157 juta dolar AS, yang dia kembalikan ke pusat pemuda dan gerejanya.&nbsp;Ia masih hidup bahagia dengan istrinya, Mary Joan Martelly, dan berstatus ayah dari 12 anak yang lima di antaranya juga bernama George.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/x4E3Qc5C7dw?si=1P6bGbFWIUvXzgMi" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Kini penggemar Foreman bisa bernostalgia karena film Big George Foreman ditayangkan di Netflix.

Films

Big George Foreman, Kisah Inspiratif Juara Dunia Tinju Kelas Berat Tertua

SKOR.id&nbsp;– Guard Cleveland Cavaliers Donovan Mitchell memandang dengan penuh hormat pada pria tua yang duduk di barisan depan sambil memegang tongkatnya dan terkejut. Bagi Mitchell dan yang lainnya, John Wooten adalah seorang raksasa.“Itulah pria yang tidak tahu apakah dia bisa mewujudkan mimpinya. Menjadi bagian dari visi yang dia impikan. Ini benar-benar istimewa,” kata Mitchell. &nbsp;Pertengahan Oktober lalu, Mitchell membantu mengungkap patung publik untuk menghormati Ali Summit, pertemuan terkenal beberapa atlet kulit hitam terkemuka negara Amerika Serikat pada tahun 1967 di Cleveland.&nbsp;Hadir dalam pertemuan itu di antaranya Muhammad Ali (tinju), Jim Brown (American football), Bill Russell (bola basket), dan Kareem Abdul-Jabbar &nbsp;(bola basket), sebuah pertemuan yang dipandang sebagai pertemuan yang sangat penting. momen dalam gerakan hak-hak sipil.Karya seni baja karbon tersebut dibuat menyerupai dan sedetail mungkin meja konferensi pers yang diduduki Ali, Brown, dan lainnya, setelah pertemuan mereka 56 tahun lalu, sebuah momen yang diabadikan dalam sebuah foto ikonik.Wooten, kini berusia 86 tahun, mengambil bagian dalam pertemuan puncak awal. Peresmian itu adalah untuk pertama kalinya mantan pemain NFL dan aktivis sosial itu kembali ke situs tersebut, sebuah pengungkapan yang membuat beberapa penonton yang menghadiri konferensi pers terkesiap.“Cleveland adalah tempat yang spesial. Itu adalah tempat yang istimewa dulu dan sekarang,” kata Wooten.Patung tersebut, yang terletak pada koordinat yang sama dengan tempat pertemuan puncak aslinya berlangsung, juga mencakup 12 mikrofon yang mewakili para peserta pertemuan tersebut.&nbsp;Pertemuan tersebut diikuti 11 atlet dan Carl Stokes — perwakilan negara bagian yang dapat menjadi Walikota Cleveland — orang kulit hitam pertama yang memimpin negara besar AS. kota.Dalam pertemuan tahun 1967 itu, tiga tim olahraga profesional asal Cleveland — Cavaliers, Guardians, dan Browns, yang membentuk aliansi beberapa tahun lalu untuk mendorong perubahan sosial jangka panjang di Northeast Ohio — mengumumkan bahwa mereka akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak tahunan.Kevin Clayton, Wakil Presiden Cavs untuk dampak sosial dan kesetaraan, mencatat sejarah kota yang kaya dan beragam dalam mendobrak hambatan.&nbsp;Dari Jesse Owens yang memenangi 4 medali emas Olimpiade Berlin pada 1936 hingga Larry Doby mengikuti jejak Jackie Robinson dan menjadi pemain kulit hitam pertama di Liga Amerika dan banyak lagi.“Kita tidak harus membuat sejarah di Cleveland. Kita adalah sejarah,” kata Clayton, menegaskan.Usai upacara, Wooten dan istri Jim Brown, Monique, berpose untuk foto di belakang patung besar tersebut. Brown, yang dianggap sebagai salah satu bek terhebat dalam sejarah NFL, meninggal pada Mei di usia 87 tahun. “Jim akan sangat bangga,” ucapnya.Mitchell mengatakan, ia mengetahui KTT Ali dan sejarahnya. Namun, Mitchell melihat dan mendengar Wooten membantu mengkristalkan maknanya.&nbsp;Wooten menjelaskan bahwa pada tahun 1967, Brown, teman dekatnya dan rekan setimnya, memanggil atlet kulit hitam terkemuka lainnya ke Cleveland untuk bertemu dengan Ali, yang memprotes wajib militer karena menolak wajib militer karena keyakinan Islamnya.“Saya tahu pentingnya hal itu. Saya tahu tentang Muhammad Ali karena saya pergi ke Louisville, dan tentu saja saya tahu tentang Jim Brown. Saya mengetahui lebih banyak tentang Tuan Wooten, dan saya terkejut dia ada di sini,” tutur Mitchell.“Ini istimewa, terutama bagi orang kulit berwarna seperti saya yang berada di sekitar keunggulan kulit hitam. Alasan utama mengapa kami ada di sini untuk berolahraga adalah karena apa yang terjadi di sini di Cleveland. Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk menjadi bagian darinya.”&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/mcamvXpXz0g?si=QZtJH31dtGjzRngh" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Sejumlah atlet kulit hitam top Amerika bertemu pada 1967 dan menjadi awal gerakan hak-hak sipil 

Unik, Patung Peringati Pertemuan Bersejarah Atlet Kulit Hitam 

SKOR.id – Para penyanyi dan entertainer yang masuk nominasi pemenang Grammy Awards 2024 telah diumumkan Minggu (12/11/2023).Acara yang juga disebut sebagai Grammys 2024 ini akan berlangsung 4 Februari 2024 di Crypto.com Arena, Los Angeles, Amerika Serikat.Tentunya kebanyakan nominee yang masuk daftar calon peraih Grammy Awards ke-66 ini adalah penyanyi-penyanyi ternama. Sebut saja Taylor Swift, Miley Cyrus, Billie Eilish, Dua Lipa, dan lain-lain.Tapi siapa sangka jika dilihat dari sejarah Grammy Awards, ternyata ada beberapa nama atlet yang pernah masuk nominasi penghargaan bergengsi ini.Bahkan, ada juga yang pernah memenangkannya. Siapa saja mereka? Simak empat daftar atlet yang pernah masuk nominasi Grammy Awards berikut ini. &nbsp;4.Oscar De La Hoya<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/CsuLsBiuFbx"></oembed></figure>Mantan petinju Oscar De La Hoya pernah dinominasikan untuk meraih penghargaan Album Pop Latin Terbaik (Best Latin Pop Album) pada Grammy Awards 2000.Oscar De La Hoya sepertinya memiliki dua kepribadian yang sangat berbeda. Di ring tinju, The Golden Boy, julukannya, adalah petarung sengit yang memenangkan gelar dunia di berbagai divisi.&nbsp;Namun, di luar ring, ia bekerja sambilan sebagai penyanyi pop Latin. Pada tahun 2000, De La Hoya merilis rekaman self-titled yang kemudian dinominasikan dalam Grammy untuk Album Pop Latin Terbaik.3. Bernie Williams<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/Cv6_ZK4Olqs"></oembed></figure>Mantan bintang Major League Baseball (MLB) Bernie Williams hampir memenangkan Latin Grammy Awards pada tahun 2009 setelah karier bisbolnya berakhir.Mantan center fielder klub New York Yankees ini saat masih aktif bermain berhasil memenangkan empat gelar World Series bersama Yankees.Tetapi tidak lama setelah karier bisbolnya berakhir, Williams mulai menekuni dan memproduksi musik dengan serius.&nbsp;Terutama musik Latin, sesuai negara asalnya yakni Puerto Rico.&nbsp;Album keduanya bertajuk Moving Forward dinominasikan sebagai Album Instrumental Terbaik (Best Instrumental Album) tahun 2009 untuk Latin Grammy Awards.2. Magic Johnson<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/CyMiWwKP-Fo"></oembed></figure>Earvin “Magic” Johnson bukan hanya masuk nominasi, ia bahkan berhasil memenangkan Grammy Awards pada tahun 1993 melalui What You Can Do to Avoid AIDS.Setelah didiagnosis mengidap HIV pada tahun 1991, point guardHall of Fame, Magic Johnson, mulai mengerjakan sebuah buku berjudul What You Can Do to Avoid AIDS (Apa yang Dapat Anda Lakukan untuk Menghindari AIDS).&nbsp;Mantan bintang Los Angeles Lakers ini kemudian membuat versi audio dari buku tersebut, yang kemudian memenangkan Grammy untuk kategori Best Spoken Word Album&nbsp;pada tahun 1993.1.Muhammad Ali&nbsp;&nbsp;&nbsp;<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/Cy8p11iLgff"></oembed></figure>Petinju legendaris Muhammad Ali pernah dinominasikan untuk dua penghargaan Grammy Awards sepanjang kariernya yang luar biasa itu.The Greatest, julukan Ali, dinominasikan untuk dua Grammy selama masa hidupnya, sekali ketika ia masih dikenal sebagai Cassius Clay, dan sekali lagi setelah ganti nama menjadi Muhammad Ali.&nbsp;Pada tahun 1963, petinju kelas berat terbaik sepanjang masa itu dinominasikan untuk Penampilan Komedi Terbaik (Best Comedy Performance) dalam I Am the Greatest.Ali dinominasikan lagi pada 1976 dalam The Adventures Of Ali And His Gang Vs. Mr. Tooth Decay dalam kategori Best Recording for Children (Rekaman Terbaik untuk Anak-anak).<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/3QvTShrakLc?si=hbNz7ifHihQqhqoi" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Ada beberapa nama atlet yang pernah masuk nominasi penghargaan bergengsi untuk para penyanyi ini.

Latest Articles - Muhammad Ali

When We Were Kings Padukan Tinju, Konteks Politik, dan Budaya

Koleksi Lukisan Tinju Ingo Wegerich nan Istimewa

Big George Foreman, Kisah Inspiratif Juara Dunia Tinju Kelas Berat Tertua

Unik, Patung Peringati Pertemuan Bersejarah Atlet Kulit Hitam

4 Atlet Ini Pernah Masuk Nominasi Grammy Awards, Ada yang Jadi Pemenang