- Dick Sudirman dan Suharso Suhandinata adalah dua pegiat bulu tangkis asal Indonesia yang kiprahnya sampai ke kancah internasional.
- Atas jasanya, sosok Dick Sudirman dan Suharso Suhandinata diabadikan menjadi nama sebuah turnamen beregu campuran bergengsi di dunia.
- Menariknya, kontingen Indonesia baru pernah sekali memenangi Piala Sudirman pada 1989 dan Piala Suhandinata pada 2019.
SKOR.id - Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tradisi dan pengaruh kuat dalam cabang olahraga bulu tangkis, sejak dahulu hingga sekarang.
Selain melahirkan sejumlah pemain hebat, Indonesia juga mempunyai beberapa tokoh penting yang turut ambil peran dalam perkembangan bulu tangkis internasional.
Dari beberapa tokoh yang dimiliki Indonesia, Dick Sudirman dan Suharso Suhandinata menjadi salah satu yang punya pengaruh besar di dunia.
Bahkan, keduanya sampai diabadikan menjadi nama sebuah trofi turnamen bulu tangkis bergengsi di tingkat internasional, yakni Piala Sudirman dan Piala Suhandinata.
Sesuai dengan tajuknya, Dick Sudirman memang menjadi inspirasi dari penamaan Piala Sudirman yang menjadi lambang supremasi bulu tangkis beregu campuran dunia.
Sosok kelahiran Pemantang Siantar, 29 April 1922, ini dulunya adalah seorang pemain bulu tangkis. Namun, sepak terjangnya di luar lapangan justru lebih terkenang.
Sudirman adalah salah satu pencetus terbentuknya Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada 5 Mei 1951. Saat pertama kali berdiri, ia didapuk sebagai Ketua I.
Setahun kemudian, Dick Sudirman menggantikan posisi A. Rochdi Partaatmadja sebagai Ketua Umum PBSI yang hanya berlangsung relatif singkat.
Dari catatan yang didapat Skor.id, Dick Sudirman menjadi Ketua Umum PBSI selama total 22 tahun yang terbagi dalam periode 1952-1963 dan 1968-1981.
Tak heran jika Dick Sudirman kemudian sempat didapuk sebagai bapak bulu tangkis Indonesia.
Sepak terjang dan pengaruh Dick Sudirman tak hanya berlangsung di kancah bulu tangkis nasional tetapi juga internasional.
Sudirman pernah ditunjuk sebagai wakil Presiden IBF (International Badminton Federation) pada 1975.
Empat tahun berselang, bulu tangkis dunia diterpa gonjang-ganjing. IBF memiliki organisasi tandingan bernama World Badminton Federation (WBF) yang lahir pada pertengahan 1978.
Melihat dualisme yang terjadi, Sudirman pun mengajukan proposal rekonsiliasi untuk kembali menyatukan kedua badan bulu tangkis dunia tersebut.
Tiga tahun setelah perpecahan, WBF kembali melebur bersama IBF yang kemudian berganti nama menjadi Badminton World Federation (BWF) sejak 2006.
Sementara itu, Dick Sudirman mengembuskan napas terakhirnya pada 10 Juni 1986 dalam usia 64 tahun. Ia meninggalkan banyak jasa untuk bulu tangkis dunia.
Atas dasar tersebut, delegasi Indonesia dalam pertemuan Council Members IBF di Singapura pada 1988 mengusulkan nama Sudirman untuk diabadikan dalam sebuah kejuaraan.
Perwakilan Merah Putih mengusulkan penyelenggaraan turnamen beregu campuran yang melibatkan kelima nomor pertandingan dan memperebutkan Piala Sudirman.
Usulan itu tampaknya langsung mendapat sambutan positif dan pada akhirnya Piala Sudirman pertama kali digelar di Jakarta pada 1989.
Dalam edisi perdana tersebut, Indonesia mampu tampil sebagai kampiun setelah mengalahkan Korea Selatan dengan skor 3-2 di partai final.
Sayangnya, Piala Sudirman 1989 masih menjadi satu-satunya edisi yang berhasil dimenangi oleh kontingen Indonesia.
Sebab, dalam 15 edisi setelahnya, Cina mendominasi dengan 11 kali menjadi juara sedangkan empat kesempatan lainnya menjadi milik Korea Selatan.
Piala Sudirman edisi selanjutnya dijadwalkan untuk berlangsung di Suzhou, Cina, pada 23-30 Mei 2021.
Jika level senior punya Piala Sudirman, kejuaraan beregu campuran di level junior (U-19) memiliki kompetisi tahunan yang memperebutkan Piala Suhandinata.
Sama seperti Piala Sudirman, penamaan Piala Suhandinata juga terinspirasi dari sosok diplomat bulu tangkis Indonesia. Sosok yang dimaksud kali ini adalah Suharso Suhandinata.
Lahir di Bandung pada 20 September 1916, pria bernama lengkap Samuel Suharso Suhandinata ini memiliki latar belakang sebagai seorang pengusaha.
Meski begitu, Suhandinata memiliki ketertarikan dengan olahraga tepok bulu yang mendalam sejak berusia remaja.
Hal itu pula yang membuatnya kemudian tergerak menyelamatkan PB Tangkas yang nyaris bubar dan menjadi pimpinannya pada 1962.
Setelah sukses memoles PB Tangkas, Suhandinata masuk ke dalam kepengurusan PBSI pada 1967 dan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum setahun berselang.
Kiprah pria yang memiliki "nama Cina", Souw Han Seng, di dunia bulu tangkis pun terus menanjak sampai akhirnya ia masuk ke dalam kepengurusan IBF pada 1975.
Pada masa itulah, Suharso Suhandinata makin padu dengan Dick Sudirman dalam upaya mengembangkan dunia bulu tangkis dengan "kendaraan" IBF.
Saat terjadi perpecahan dalam kubu IBF, Suhandinata membantu Sudirman melakukan upaya rekonsiliasi. Tak heran jika keduanya memiliki kedekatan tersendiri.
Bahkan, Suhandinata adalah sosok delegasi Indonesia yang berinisiatif mendorong nama Sudirman diabadikan menjadi tajuk sebuah ajang bulu tangkis bergengsi.
Suharso Suhandinata juga disebut-sebut sebagai salah satu sosok yang getol memperjuangkan bulu tangkis masuk ke dalam cabang olahraga di Olimpiade Musim Panas.
Setelah hanya berstatus demonstration event pada Olimpiade Munich 1972, bulu tangkis "naik derajat" menjadi exhibition event pada Olimpiade Seoul 1988.
Barulah pada edisi berikutnya, Olimpiade Barcelona 1992, bulu tangkis dipertandingkan secara resmi di ajang empat tahunan tersebut.
Empat medali emas yang diperebutkan pada saat itu berhasil disabet oleh kontingen Indonesia dan Korea Selatan, masing-masing dengan dua medali emas.
Atas jasanya tersebut, Suharso Suhandinata bahkan mendapat julukan bapak bulu tangkis dunia.
Sama seperti sahabat karibnya, nama Suharso Suhandinata kemudian juga diabadikan menjadi tajuk turnamen bulu tangkis beregu campuran tetapi untuk kategori junior.
Sebelumnya, kejuaraan bulu tangkis beregu campuran junior telah bergulir lima kali, yakni pada tahun 2000, 2002, 2004, 2006, dan 2007.
Barulah pada edisi keenam yang digelar di Pune, India, pada 2008, ajang ini berubah nama menjadi Piala Suhandinata.
Sebuah piala baru yang kental dengan ornamen ukiran khas Bali, yang didesain oleh Yose Sulawu, pun mulai diperebutkan sejak gelaran Pialah Suhandinata 2009.
Setelah 10 tahun berkelana ke negara lain, Piala Suhandinata baru bisa "pulang" ke Tanah Air setelah kontingen Indonesia memenangi edisi 2019 yang digelar di Kazan, Rusia.
Itu menjadi kali pertama skuad muda Indonesia menjuarai Piala Suhandinata maupun kejuaraan dunia bulu tangkis beregu campuran yang saat ini telah bergulir 17 kali.
Sayangnya, Suharso Suhandinata tak bisa ikut merasakan momen bahagia pulangnya Piala Suhandinata ke Bumi Pertiwi.
Pasalnya, sang Diplomat Bulu Tangkis yang namanya diabadikan dalam Piala Suhandinata itu sudah berpulang pada 11 November 2010.
Meski Dick Sudirman dan Suharso Suhandinata telah meninggal dunia, tetapi jasanya akan terus dikenang abadi oleh insan bulu tangkis dunia.
Piala Sudirman dan Piala Suhandinata pun bakal menjadi "jalan pintas" agar generasi selanjutnya dapat terus mengingat jasa dua Diplomat Bulu Tangkis asal Indonesia itu.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Bulu Tangkis Lainnya:
Thailand Open Jadi Poin Krusial untuk Kualifikasi BWF World Tour Finals 2020
Wiranto Ingin Acara Munas PBSI 2020 Tak Panas Seperti Partai Politik