SKOR.id - Apa saja yang tersisa dari gelaran turnamen Dota 2, The International 2024? Dan apakah memang sudah saatnya ada perombakan di turnamen ini?
The International 2024 adalah ajang tertinggi skena Esports Dota 2 tahun ini yang dihelat di Royal Arena, Kopenhagen, Denmark, pada 4-15 September 2024.
Ada 16 tim yang bertanding, dengan enam tim undangan dan sisanya pemenang dari kualifikasi regional.
Ini jadi turnamen TI pertama sejak 2017 ada tim yang diundang secara langsung, dan pertama sejak 2019 ada kualifikasi terbuka menuju The International.
Ada tiga pemain Indonesia yang bermain di kompetisi ini. Indonesia jadi negara dengan pemain terbanyak keenam dari semua tim yang berlaga, kalah dari Rusia (18 pemain), Cina (11), Peru (7), Malaysia (6), dan Ukraina (4).
Di Talon Esports yang tersingkir di Ronde 1 Lower Bracket, ada dua pemain asal Indonesia: Jhocam dan Mikoto.
Satu pemain lain bermain untuk Tundra Esports yang berhasil meraih peringkat ketiga, Whitemon (Matthew Filemon).
Sama seperti tahun sebelumnya, TI 2024 dibagi menjadi dua fase. Fase pertama sejak babak kualifikasi, Babak Grup, dan babak Playoff sampai delapan besar dilabeli "The Road to The International".
Lalu setelah itu, delapan tim tersisa di Playoff bermain di fase utama yang diberi nama "The International".
Team Liquid berhasil jadi juara usai mengalahkan Gaimin Gladiators dengan skor telak 3-0 di partai puncak. Ini jadi gelar TI kedua mereka usai sebelumnya pernah juara TI 2017 lalu.
Kini dengan usainya gelaran ini, apa saja fakta dan data yang tersisa dari The International 2024? Artikel Skor Special ini akan coba menjawabnya.
(Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Prize Pool
The International adalah salah satu ajang gelaran esports paling terkenal di dunia sejak diselenggarakan pada 2011 lalu.
Sejak saat itu pula, prize pool alias total hadiah yang ditawarkan kompetisi ini terus meningkat tajam.
Sejak 2013, Valve sebagai penyelenggara memang menyediakan prize pool inti, dengan jumlahnya "tak seberapa", tetapi prize pool meningkat tajam karena skema yang mereka lakukan dengan penjualan compendium.
Fans dan pemain Dota 2 bisa membeli paket ini in-game dan mendapatkan berbagai hal menarik, dengan hasil penjualan 25 persennya dikumpulkan untuk menjadi tambahan prize pool.
Ini sebabnya, TI sempat menjadi raksasa esports dengan prize pool terbesar di dunia, tahun 2021 lalu ada total hadiah mencapai 40 juta dolar AS!
Meski begitu, sejak 2022 jumlah prize pool ini semakin menurun.
Tahun ini paling menyedihkan, prize pool yang ditawarkan hanya 2,5 juta dolar AS saja, 1,6 juta dolar AS berasal dari prize pool dari Valve dan sisanya 900 ribu dolar dari penjualan Compendium.
Ini adalah jumlah prize pool tersedikit TI sejak skema ini diperkenalkan pada 2013 lalu, hanya unggul dari total hadiah tahun 2011 dan 2012.
DOTA 2 THE INTERNATIONAL Prize Pool:
1. 2011 - 1,6 juta dolar AS
2. 2012 - 1,6 juta dolar AS
3. 2013 - 2,8 juta dolar AS
4. 2014 - 10,9 juta dolar AS
5. 2015 - 18,4 juta dolar AS
6. 2016 - 20,7 juta dolar AS
7. 2017 - 24,7 juta dolar AS
8. 2018 - 25,5 juta dolar AS
9. 2019 - 34,3 juta dolar AS
10. 2020 - Ditiadakan
11. 2021 - 40 juta dolar AS
12. 2022 - 18,9 juta dolar AS
13. 2023 - 3,3 juta dolar AS
14. 2024 - 2,5 juta dolar AS
Saat banyak skena esports lain semakin menaikkan jumlah prize pool mereka, melihat turunnya prize pool TI ini cukup menyedihkan dan menunjukkan mungkin perlu adanya perombakan dalam skema kompetisi mereka.
Mobile Legends contohnya, sebagai skena esports mobile terbesar di dunia, mereka menawarkan 3 juta dolar AS di turnamen MSC 2024 di Esports World Cup 2024 lalu.
Jika bandingannya dengan turnamen tahunan dunia, memang Dota 2 masih unggul, M5 World Championship lalu punya prize pool hanya 900 ribu dolar AS.
Mobile Legends hanya contoh, banyak skena esports dunia lainnya yang kini sudah menyalip atau hampir menyalip jumlah prize pool The International.
Penonton
Tak hanya soal uang hadiah, jumlah penonton pun terus menurun.
Tahun ini, TI 2024 hanya punya peak viewers 1,4 juta penonton.
Jumlah ini menjadikan mereka turnamen TI dengan peak viewers tertinggi kelima sepanjang sejarah, kalah dari tahun 2021, 2019, 2022, dan 2023.
Rekor tertinggi mereka adalah tahun 2021, dengan peak viewers mencapai 2,7 juta penonton, meski setelah itu jumlah ini terus merosot.
Tahun 2022 peak viewers menjadi 1,7 juta penonton, tahun 2023 jadi 1,44 juta, dan tahun ini menjadi 1,43 juta penonton, bukan tren yang baik bagi Dota 2.
Tahun ini, peak viewers didapatkan dari laga Grand Final, Team Liquid vs Gaimin Gladiators.
Sedangkan Final Lower Bracket antara Tundra Esports dan Gaimin Gladiators ada di bawahnya dengan 1,3 juta penonton.
Masalahnya, hanya dua laga ini saja yang menembus peak viewers satu juta penonton, dengan laga lainnya total penonton terbanyak dalam satu waktu tak sampai satu juta penonton.
Total, TI 2024 punya rata-rata penonton 466 ribu per pertandingan dengan total jam tonton 54 juta jam.
Jumlah ini jauh sekali dibandingkan turnamen dunia Mobile Legends tahun lalu, M5 World Championship, misalnya.
M5 punya peak viewers 5 juta penonton, hampir empat kali lipat dari catatan milik TI 2024, catatan yang ditorehkan laga Grand Final turnamen.
Selain itu ada dua laga lain yang mencatat peak viewers lebih dari dua juta penonton, dan banyak sekali laga yang punya viewers lebih dari satu juta penonton.
Rata-rata penonton pun lebih tinggi daripada TI 2024, yaitu 475 ribu penonton, dengan total jam tonton 72 juta jam.
Ini belum membandingkan dengan skena esports yang lain seperti League of Legends uang juga punya catatan apik dalam beberapa tahun terakhir.
Jadi, apa yang membuat daya tarik The International terus menurun?
TIm-Tim Besar
Jika kita melihat media sosial Dota 2, memang sedikit memprihatinkan.
Unggahan-unggahan soal TI 2024 punya engagement yang tak begitu tinggi, beberapa unggahan hanya memiliki puluhan komentar saja.
Bahkan unggahan Team Liquid jadi juara hanya berisi tak sampai 1.000 komentar, bahkan kurang dari 500 komentar saat artikel ini ditulis.
Hal ini menunjukkan bahwa Dota 2 dan TI perlu membuat terobosan baru untuk bisa lebih menyatu dengan fans dan penonton.
Salah satu penyebabnya mungkin juga adalah banyaknya tim-tim dan pemain besar yang absen dari gelaran TI 2024.
Beberapa tim besar dunia gagal ambil bagian dari turnamen TI tahun ini seperti Team Secret, OG, Azure Ray, LGD Gaming, Team Turtle, Shopify Rebellion, hingga BOOM Esports.
Jadi, kira-kira apa yang akan berubah dari turnamen TI tahun depan? Kita tunggu saja!