- Serene Williams menghadapi perubahan besar saat usianya baru 17 tahun.
- Ia lalu membaca buku berjudul "Who Moves My Cheese?"
- Buku karangan Spencer Johnson MD itu ternyata mengajarkan Serena untuk beradaptasi dengan perubahan.
SKOR.id - Petenis Serena Williams punya pengalaman dengan buku berjudul "Who Moves My Cheese?"
Pengalaman itu terjadi saat Serena Williams menjuarai turnamen Grand Slam pertamanya pada 1998 atau saat berusia 17 tahun.
Serena Williams pun membaca buku tentang self-help berjudul lengkap "Who Moves My Cheese: An A-Mazing Way to Deal with Change in Your Work and in Your Life” yang ditulis oleh almarhum Spencer Johnson, M.D.
Williams yang saat itu berurusan dengan perubahan besar dalam hidupnya dan makin tenar serta kariernya terus melambung, membaca buku terbitan 1998 itu.
Tak dinyana efeknya dirasakan begitu mendalam pada dirinya.
″Buku itu sangat berpengaruh dalam hidup saya. Itu sangat berarti bagi saya,” adik dari petenis Venus Williams itu menuturkannya kepada CNBC Make It.
"Isinya tentang perubahan dan saya tidak bagus dengan perubahan."
Sejak Williams masih kecil, hidupnya sudah sangat teratur karena tenis.
“Saya ingat pada musim panas, kami akan berlatih dari...seingat saya dari jam 09:00 pagi sampai 11:00, kemudian jam 13:00 hingga 18:00 malam,” kata Serena kepada MasterClass.com.
“Hari Sabtu, latihan dari jam 09:00 pagi sampai jam 00:00, lalu libur hari Minggu."
Baca Juga: BATC 2020: Khawatir Virus Corona, India Kirim Tim Putri Lapis Kedua
Serena, dan Venus terpaksa belajar home-schooling untuk mengakomodasi jadwal latihan tenis dan turnamen mereka. Mereka kadang-kadang berjuang untuk beradaptasi dengan realitas barunya.
“Kadang saya suka rutinitas, melakukan hal yang sama," ujar petenis kelahiran 6 September 1981 itu.
"Saya suka hal-hal seperti itu dan saya tidak ingin mengubahnya. ‘Who Moved My Cheese’ bicara tentang itu dan itu sangat bagus untuk saya baca," kata petenis yang kini berusia 38 tahun itu.
Dalam buku itu, ada empat karakter dalam labirin yang mencari keju.
Makanan dari susu itu adalah metafora untuk apa pun yang ingin ditemukan manusia dalam hidupnya, apakah itu pekerjaan, uang, atau kebahagiaan.
Saat menemukan lokasi keju yang berlimpah, si karakter mengembangkan rutinitas di sekitar keju tersebut.
Tetapi ketika keju habis, si karakter terpaksa harus menemukan keju baru. ("Siapa yang memindahkan keju saya?" tanya satu karakter.)
Mereka yang berani keluar dari labirin dan belajar beradaptasi sepanjang jalan, akan menemukan keju baru.
Baca Juga: ASEAN Para Games 2020 di Filipina Terancam Molor Lagi
Sebaliknya mereka yang takut, marah, serta menolak untuk pergi lebih jauh ke dalam labirin, tidak menemukan apa-apa.
Menurut sang penulis, akan sangat mudah jika kita memiliki peta untuk labirin jika rutinitas lama terus berlangsung.
Masalahnya, segala sesuatu terus berubah.
“Dengan kata lain, urusan dengan perubahan tidak bisa dihindari, tetapi bagaimana Anda mengatasinya, itu terserah Anda. Saya pikir saya cukup berhasil melakukannya,” Serena menyimpulkan.