- Valentino Rossi ungkap perjuangannya di balik kesuksesan meraih podium dalam GP Andalusia.
- Rider veteran Yamaha itu melakukan perubahan radikal pada motornya agar bisa lebih maksimal.
- The Doctor mengaku perlu sejumlah hal berbeda dibandingkan pembalap Yamaha lainnya.
SKOR.id - Angka seringkali berpihak kepada Valentino Rossi. Dia punya nomor ikonik, 46. Dia masih aktif di kelas MotoGP pada usia 41 tahun. Dan yang terpenting, dia adalah juara dunia 9 kali, tujuh di antaranya di kelas tertinggi.
The Doctor, julukan Valentino Rossi, juga bisa dengan bangga mengklaim dirinya sebagai pembalap yang sukses menorehkan banyak sejarah untuk Yamaha di era modern MotoGP.
Valentino Rossi merupakan "arsitek" kebangkitan Yamaha pada 2004 silam. Ia berhasil memenangi empat gelar MotoGP dengan pabrikan asal Jepang ini (2004, 2005, 2008, dan 2009).
Sepanjang prosesnya, rider asal Italia tersebut membukukan 56 kemenangan dan meraih 142 podium dalam dua periode menunggangi motor Yamaha, yang terbagi ke dalam 14 musim.
Tentu bisa dibayangkan bagaimana perasaan The Doctor ketika angka mulai menjauhinya. Musim lalu, Rossi hanya dua kali merasakan podium sebagai runner-up di GP Argentina dan Amerika Serikat.
Sementara rekan setimnya, Maverick Vinales, mencatatkan dua kemenangan serta menutup musim di belakang juara bertahan Marc Marquez. Pencapaian Rossi bahkan tak lebih baik dari debutan, Fabio Quartararo.
Pembalap tim satelit, Petronas Yamaha SRT, itu membukukan lima podium pada 2019 dan musim ini telah meraih dua kemenangan yang membawanya memuncaki klasemen sementara.
Ketika Valentino Rossi ingin bangkit, dengan meminta pengaturan berbeda pada motor YZR-M1 miliknya untuk mengatasi degradasi berlebihan pada ban belakang Michelin, respons Yamaha menohoknya.
Sang legenda malah diminta belajar dari Vinales dan Quartararo, yang mampu tampil lebih cepat dibandingkan dirinya. The Doctor pun mengaku harus mengatasi "politik" Yamaha tersebut.
Caranya, Rossi terus mendesak Yamaha. Pembalap kelahiran 16 Februari 1979 itu meminta motornya diubah ke setingan lama, terlepas dari fakta bahwa YZR-M1 yang dikendarainya dan spek ban berbeda.
Poros swingarm dimodifikasi dengan sumbu tetap berada pada titik terendahnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar motor The Doctor menemukan lebih banyak daya cengkeram.
Perubahan yang juga melibatkan bagian suspensi dan kelistrikan tersebut didefinisikan sebagai "transformasi radikal" oleh Prinsipal Yamaha Lin Jarvis. Namun semua itu tidak sia-sia.
September 2020, Peresmian Valentino Rossi sebagai Rider Petronas Yamaha SRThttps://t.co/O2IJIyXdt8— SKOR Indonesia (@skorindonesia) July 31, 2020
Hasil akhirnya? Valentino Rossi merasakan podium lagi untuk kali pertama setelah 17 race. The Doctor finis di posisi ketiga dan mampu memaksa Vinales bekerja keras melewatinya.
Pencapaian dalam GP Andalusia tetap akan sulit membantu Valentino Rossi mampu bersaing jadi juara dunia. Namun paling tidak itu memperluas kemungkinannya untuk meraih lebih banyak podium.
Dan sekali lagi, di Sirkuit Jerez, angka berpihak kepada Rossi. Berikut wawancara The Doctor soal perjuangannya hingga bisa kembali naik podium yang dikutip dari Cycle World:
Apa kunci di balik perubahan pada seri pertama dan kedua?
Yamaha lebih kesulitan dibandingkan manufaktur lain dengan degradasi pada ban belakang. Akhir musim 2018, kami mengubah setingan motor agar bisa beradaptasi lebih baik dengan ban.
Pada awalnya, keseimbangan baru ini bisa bekerja lebih baik, namun kemudian kami mulai memiliki banyak problem.
Saya tidak bisa mengendarai motor dengan baik seperti pembalap Yamaha lainnya. Saya pun meminta perubahan pada (setingan) motor.
Lalu apa reaksi Yamaha terhadap permintaan Anda?
Mereka bilang, "Anda perlu belajar dari Vinales dan Quartararo." Saya bisa memahaminya, dalam artian, karena mereka (Vinales dan Quartararo) lebih cepat (daripada saya).
Saya punya hubungan baik dengan Yamaha dan selalu menempatkan brand ini sebagai prioritas. Namun dalam hal tertentu, itu bukan tanggapan yang cerdas karena saya memperkuat mereka tahun ini dan juga musim depan.
Dan ini (terjadi) setelah semua histori yang Anda miliki dengan Yamaha di MotoGP?
Saya pikir pada beberapa balapan tahun lalu, seperti di Valencia, Motegi, dan Aragon, juga dalam putaran pertama di Jerez musim ini, itu terlalu buruk untuk diterima sebagai kenyataan.
Saya mungkin sudah tua, tapi saya berkata kepada diri sendiri, "Seharusnya tidak seperti ini." Itu sangat mengecewakan. Ketika di garasi, saya lihat mata mekanik saya dan kami kehilangan kata-kata.
Apa itu membuat Anda berpikir untuk menyerah saja?
Sempat terpikir, "Mungkin ini saatnya tinggal di rumah (pensiun)." Namun saya sudah membuat keputusan untuk balapan dan itu membuat saya sedikit khawatir sebab saya tidak nyaman saat berada di atas motor.
Lalu bagaimana Anda berhasil meyakinkan pihak (Yamaha) Jepang untuk melakukan perubahan pada motor?
David Munoz (kepala mekanik baru Valentino Rossi yang didatangkan langsung dari tim Moto2 Sky VR46) dan saya terus menekan dan bersikeras terhadap para teknisi di Jepang.
Hingga akhirnya pada Jumat pagi (24 Juli 2020), kami mampu untuk melakukan perubahan pengaturan yang (cukup) radikal (pada motor YZR-M1).
Tidak bisakah Anda melakukan perubahan ini sebelumnya?
Setelah bertahun-tahun balapan (ini musim ke-25 Rossi di MotoGP), kebutuhan teknis saya makin spesifik dan saya bisa memberikan beberapa indikasi yang baik untuk itu.
Kami (perlu) mencari arah teknis yang berbeda dan saya tahu bahwa secara politis agak sulit untuk membuat perubahan tertentu. Dari luar sepertinya mudah, tapi tidak selalu demikian.
Saya memerlukan tim saya dan dukungan Yamaha. Saya butuh kepercayaan dari mereka sehingga bisa memacu motor dengan (lebih) cepat. Saya pun perlu sejumlah hal berbeda daripada rider Yamaha lainnya.
Saya lebih tinggi dan berat (dibandingkan Vinales, Quartararo, dan Franco Morbidelli). Saya harus adaptasi dengan banyak hal dalam MotoGP.
Mulai dari persaingan dengan para pembalap muda, gaya baru, hingga ban, tapi saya juga membutuhkan motor yang pas untuk itu.
Anda jadi juara dunia dengan mesin 2 tak 500cc, lalu di mesin 4 tak 990cc, 800cc, dan 1.000cc, memakai ban Bridgestone dan Michelin. Namun Bos Michelin Piero Taramasso menyebut Anda bermasalah dengan ban karena gaya balap...
Dalam beberapa tahun terakhir, gaya balap telah banyak berubah di MotoGP. Seringkali Anda perlu melakukan hal yang tepat dengan ban lebih dibandingkan berusaha berkendara dengan baik.
Saya pun berusaha untuk beradaptasi semaksimal mungkin dengan gaya (balap) modern MotoGP dan juga ban. Namun kami juga perlu menyesuaikan motor dengan pembalap.
Saya mungkin memiliki banyak pengalaman, tapi kadang-kadang itu adalah sebuah kerugian karena Anda juga dituntut harus memiliki pikiran yang lebih terbuka pada perubahan.
Podium di Jerez (GP Andalusia) tentu terasa istimewa...
Ya, podium itu spesial, kami mengambil arah yang berbeda dan ini baru permulaan. Rasanya sangat baik.
Anda mungkin bertambah tua, tapi Anda tidak kehilangan rasa humor. Selebrasi Anda di depan tribun (Sirkuit Jerez) yang kosong itu unik...
Saya menang tujuh kali di trek ini, terakhir pada 2016. Namun Jerez agak spesial. Begitu melewati bendera finis, saya berhenti di tikungan tempat saya merayakan kemenangan musim 1999.
Apakah Anda ingat perayaan dengan toilet? Saya ingin memeluk semua penggemar yang menonton balapan dari rumah.
Hari Minggu lalu juga terasa spesial untuk tim VR46 (Moto2 dan Moto3)...
Ya, saya sangat senang dengan kesuksesan mereka. Berlatih dengan mereka membuat saya merasa tetap muda. Kami mempersiapkan diri bersama dengan baik.
Sehingga ketika Yamaha akhirnya mendengarkan dan membuat perubahan untuk motor saya, kami siap untuk membuat perbedaan.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Valentino Rossi Lainnya:
September 2020, Peresmian Valentino Rossi sebagai Rider Petronas Yamaha SRT
Valentino Rossi Bakal Reinkarnasi Jadi Rookie Musim Depan