- Carolina Marin berbagi kisah selama menjalani karantina mandiri.
- Pebulu tangkis asal Spanyol itu mulai mengadaptasi aktivitas yang tak pernah dilakukan sebelum pandemi virus corona (Covid-19).
- Carolina Marin dalam proses pemulihan cedera.
SKOR.id - Carolina Marín belum bisa percaya tercatat di antara legenda olahraga Spanyol. Walau faktanya, ia sukses meraih emas Olimpiade, tiga gelar juara dunia dan empat gelar juara Eropa.
Dan, di tengah pandemi virus corona (Covid-19), mantan pebulu tangkis nomor satu dunia itu kesulitan memaksimalkan program latihan.
Carolina Marin pun berharap situasi dunia segera membaik agar bisa mempersiapkan diri ke Olimpiade Tokyo, tahun depan.
Berikut petikan wawancaranya kepada as.com, belum lama ini:
Apa yang bisa dipelajari dari masa karantina ini?
Saya mencoba memikirkan hal-hal positif. Misalnya, mencoba lebih menghargai ciuman atau pelukan karena saya satu-satunya anggota keluarga yang selalu bepergian. Saya tinggal di Huelva dan tak bisa kontak langsung dengan keluarga.
Lebih menghargai waktu untuk diri sendiri karena atlet hidup dalam keseharian yang intens, tanpa waktu santai, latihan tujuh-delapan jam. Sekarang, saya dapat mengatur waktu untuk menonton serial, membaca buku, yang sudah lama tidak bisa saya lakukan.
Berita Bulu Tangkis Lain: Jeda Latihan, Chen Qing Chen Bermain Tenis Meja
Berapa lama Anda hidup tanpa raket?
Dari semifinal All England (2020). Saya hidup tanpa keributan dan embel-embel (bulu tangkis) selama hampir dua bulan. Saya beruntung tinggal di rumah ibu yang memiliki teras. Meskipun ketika hujan saya tetap tak bisa berlatih.
Ini membuat saya kehilangan banyak kepekaan. Ketika cuti seminggu, saya akan kehilangan beberapa sentuhan saat kembali. Mari kita lihat bagaimana hasilnya nanti!
Jenis latihan apa yang Anda lakukan?
Dua pekan pertama adalah istirahat, meski saya tetap melakukan beberapa latihan. Minggu ketiga saya mulai melakukan sesuatu, tetapi dalam intensitas rendah.
Kemudian, saya berlatih dengan mesin milik (pelatih) Fernando (Rivas) yang dikirim ke rumah. Ini adalah mesin dengan berbagai fungsi beban dinamis.
Saya sudah mulai melakukan sesi intensitas tinggi dan minggu-minggu terakhir ini saya telah menggandakan sesi saya setiap hari.
Berapa lama Anda bisa mendapatkan kembali level permainan sebelum jeda?
Itu bukan sesuatu yang ingin kita bicarakan. Saya diharapkan tak terlalu percaya diri karena kita tidak tahu kapan akan kembali ke lapangan.
Dan, saya berusaha tak memikirkan hal itu. Satu fakta yang diberikan fisioterapis saya, Diego, ketika saya cedera, 48 jam berdiri diam, maka banyak massa otot yang hilang.
Artinya, meskipun saya terus berlatih, tetap kehilangan sesuatu. Saya berusaha tak melakukan gerakan mendadak.
Prioritas saya pada dasarnya menjaga kondisi diri, tidak banyak bergerak agar tidak mencederai diri dalam proses untuk pulih.
Sebagai atlet elite pun Anda tidak berdaya menghadapi situasi ini...
Kuncinya, kita adalah manusia. Kami telah beradaptasi seperti warga lainnya. Ini situasi yang merugikan, tapi yang utama adalah kesehatan. Olahraga menjadi nomor dua.
Bagaimana soal isu penundaan Olimpiade? Apakah Anda menjalin kontak dengan saingan Anda untuk mengetahui situasi yang mereka hadapi?
Jujur, penundaan ini melegakan kami dan sebagian besar atlet pun berpikir seperti saya. Karena pada akhirnya yang penting adalah waktunya.
Saya telah melakukan kontak dengan PV Sindhu. Dia bilang suasana di India juga sama, terkurung, dan dia tidak bisa berlatih.
Di Denmark, beberapa hari lalu, mereka mulai pergi ke sebuah pavilion, berkelompok dan membersihkan seluruh paviliun.
Di Jepang, saya belum bicara dengan (Nozomi) Okuhara, tetapi melalui jejaring sosial, saya melihatnya tak dapat berlatih. Sedangkan Tai Tzu Ying dari Taiwan sudah berlatih normal.
Apakah Anda telah merancang jadwal tahun ini?
Tampaknya semua aktivitas akan kembali diaktifkan dari bulan September dan kita harus melihat evolusi di berbagai negara.
Semoga di Spanyol kami bisa kembali ke C.A.R (kompleks latihan milik Kementerian Pendidikan dan Budaya).
Kami juga tidak tahu apakah turnamen yang dibatalkan itu akan dipindahkan ke tanggal kalender lain. Kami hanya bisa berharap.
Dari sudut pandang psikologis, apakah situasi ini memengaruhi?
Tentu sangat memengaruhi karena kami harus mengasumsikan situasi yang tampaknya tidak nyata.
Hari-hari pertamam, saya bangun dengan perasaan tidak percaya. Tak bisa melakukan rutinitas, 24 jam di rumah, dan harus menyesuaikan hidup saya dengan empat dinding.
Soal pekerjaan, saya menonton video dengan pelatih dan Maria, psikolog saya. Kami akan menganalisa permainan yang perlu saya tingkatkan.
Apakah Anda juga memiliki masalah seperti orang lain yang tidak bisa tidur, atau bahkan tidak tahu hari apa yang Anda jalani?
Saya terbiasa membedakan hari-hari karena harus mengikuti program latihan, kalau tidak saya tidak akan tahu hari apa saya hidup.
Yang jelas, sekarang saya merasakan kurangnya kontrol diri. Semisal lebih sering pergi ke depan lemari es, walau saya berusaha tidak melakukannya.
Kita harus menjaga diri kita sendiri karena kita tidak berlatih secara normal.
Di luar situasi ini, apakah Anda memperhatikan kekuatan pemain saat ini lebih merata?
Saya percaya Fernando selalu berinovasi. Dalam turnamen besar saya mencoba mendapatkan sesuatu yang baru hingga lawan harus waspada saat melawan saya.
Bicara soal Olimpiade, apakah medali selalu menjadi motivasi seseorang?
Buat saya, Olimpiade tetap memotivasi, apakah saya punya medali atau tidak. Saya meraihnya di Rio (de Janeiro) dan hari berikutnya langsung tersimpan di laci. Dan, untuk di Tokyo, saya tak mempertahankan medali apa pun, saya harus memenangkan satu lagi.
Sebelum semua ini, apakah Anda pikir olahraga selalu bersatu seperti sekarang?
Komunitas olahraga selalu bersatu, dan dalam situasi ini terlihat. Saya berlatih di kompleks C.A.R dengan banyak atlet. Meskipun tak terlihat dari luar, ada banyak persatuan di sana.