- Julisa Rastafari berbagi tips untuk seorang bertubuh mungil agar bisa sukses sebagai seorang pebasket.
- Anak kandungnya, Andakara Prastawa, adalah salah satu contoh pebasket kecil yang bergelimang kesuksesan.
- Menurut Julisa Rastafari, IQ adalah hal yang sangat dibutuhkan bagi seorang pebasket mungil.
SKOR.id - Point guard Pelita Jaya Bakrie Jakarta, Andakara Prastawa, membuktikan kalau tinggi badan bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan seorang pebasket.
Dengan postur "hanya" 172 cm, mantan pemain Aspac Jakarta ini menjadi bintang sekaligus ikon basket Indonesia.
Keberhasilan Andakara Prastawa tampil kompetitif dalam dunia basket tak lepas dari sosok kedua orang tuanya, Rastafari Horongbala dan Julisa Rastafari.
Rastafari Horongbala adalah salah satu pelatih tersukses di Indonesia. Ia membawa Satria Muda Jakarta juara Kobatama 1999 dan Aspac kampiun NBL Indonesia 2012-2013 serta 2013-2014.
Sedangkan Julisa Rastafari adalah mantan pemain putri yang membawa Indonesia meraih perak SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Ia kini melatih klub amatir Indonesia Muda (IM).
Tampil di channel YouTube 'Pebasket Kembar' milik Lamia Rasidi dan Tania Rasidi, Julisa Rastafari membagi tips agar seseorang bertubuh mungil bisa sukses sebagai pebasket.
Kata ibunda Andakara Prastawa, ada tiga hal yang harus dimiliki pebasket pendek, yakni kecepatan, power, dan IQ (intellectual quotient).
IQ memegang peranan sangat penting untuk pebasket mungil. Sebab, pemain dengan tubuh kecil biasanya bakal menempati posisi point guard.
Seorang point guard dibutuhkan visi permainan yang sangat mumpuni layaknya Andakara Prastawa atau legenda Aspac, A.F. Rinaldo.
"Seorang pemain kecil harus bisa melihat kedua sisi. Saat dia melihat kekanan, dia harus tahu apa yang terjadi di sebelah kiri."
"Jadi tanpa melihat ke kiri dulu, ia dapat memutuskan melakukan passing ke rekannya yang ada di kirinya," ucap Julisa Rastafari kepada Lamia dan Tania Rasidi.
Selain itu, saat ingin melakukan peneterasi ke dalam, seorang pemain mungil tak boleh one way atau satu arah.
Kala mulai mendekati paint area, pemain harus berhenti terlebih dahulu untuk melakukan crossover. Barulah setelah itu si pemain dapat masuk ke paint area lawan.
"Jika dribel dengan tangan kanan, stop dengan posisi tangan dan kaki kiri di depan," ujarnya.
"Sebaliknya jika dribel dengan tangan kiri, stop dengan posisi kaki kanan dan kiri di depan. Itu untuk melindungi bola."
"Stop juga harus mendadak agar lawan kaget dan refleks mundur. Kalau lawan sudah mundur, ruang tembak juga terbuka sehingga bisa melakukan shoot," ucap Julisa Rastafari.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Basket Lainnya:
Sabet MVP NBA, Nikola Jokic Jadi Pemain Serbia Pertama yang Meraihnya
IBL 2021 Kelar, Pemain Pelita Jaya dan Satria Muda Ditunggu Timnas Basket Indonesia