- Pengakuan mengejutkan diberikan oleh Ketua Umum PB PTMSI, Peter Layardi Lay.
- Pieter menyebut biang kerok kekisruhan organisasi tenis meja Indonesia adalah surat KOI kepada ITTF pada 2015 silam.
- Dalam surat tersebut, Ketua KOI, Rita Subowo, merekomendasikan perubahan nama PB PTMSI menjadi PP PTMSI, yang memicu dualisme.
SKOR.id - Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI), Peter Layardi Lay, merilis pernyataan mengejutkan.
Peter menyebut KOI (Komite Olimpiade Indonesia atau yang kini bernama NOC Indonesia) punya andil besar dalam kisruh di tubuh PTMSI.
Surat dari KOI kepada ITTF tertanggal 15 Februari 2015, disebut Peter menjadi biang kerok dari dualisme di tubuh PTMSI hingga sekarang.
Dalam surat yang ditandatangani Rita Subowo, selaku ketua, kala itu, merekomendasikan perubahan nama PB PTMSI jadi PP PTMSI.
Dengan demikian, KOI secara tidak langsung merestui posisi Oegroseno sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PTMSI.
Padahal, menurut Peter, sejak Indonesia merdeka, hanya ada satu organisasi tenis meja di Indonesia, yakni PB PTMSI.
"Jadi gara-gara surat tersebut kekisruhan tenis meja Indonesia, muncul, dan imbasnya hingga sekarang," kata Peter kepada wartawan.
Lebih lanjut, Peter menegaskan sudah berulang kali menyambangi markas ITTF sebagai federasi tenis meja dunia, untuk menyampaikan masalah ini.
Sebagai solusi, Peter menyebut bahwa ITTF hanya perlu surat dari NOC Indonesia. Inilah yang belum dilakukan NOC Indonesia hingga sekarang.
Menurut Peter, ITTF sudah mengetahui semua persoalan tenis meja Indonesia dan mereka hanya butuh surat resmi dari NOC Indonesia.
KONI Pusat selaku induk organisasi olahraga yang membawahi juga telah mengirim surat kepada NOC Indonesia terkait PB PTMSI sebagai organisasi yang diakui.
"Tetapi selama ini NOC Indonesia mengesankan kami yang harus menghubungi langsung anggota ITTF," kata Pieter.
"Saya sempat kejar ke Swedia, ketika Kejuaraan Dunia. Saya bahkan punya kontak Whatsapp (mereka)," dia menambahkan.
Pieter tahu persis mekanismenya karena memang sejak dulu dirinya yang berhubungan dengan ITTF, sebelum dialihkan ke Oegroseno.
"Semestinya, Pak Menpora (Zainudin Amali) mendesak KOI untuk segera menyelesaikan status legalitas PB PTMSI ke ITTF," ujar Pieter.
"Sebagai pemegang otoritas tertinggi keolahragaan di Indonesia, Menpora punya kewenangan untuk itu," tuturnya.
Kini, menurut Pieter, yang dibutuhkan adalah Menpora memerintahkan NOC Indonesia agar segera memberikan pengakuan kepada PB PTMSI ke ITTF.
Kisruh PTMSI kembali jadi perhatian setelah disinggung dalam laga persahabatan antara Deddy Mahendra Desta dan Abdel Achrian, awal Februari lalu.
Abdel mengkritik dualisme kepengurusan PTMSI yang bikin atlet pingpong Indonesia kesulitan dapat kesempatan tanding di level internasional bahkan nasional.
Berita tenis meja lainnya:
16 Atlet Tenis Meja Masuk Pelatnas SEA Games Hanoi 2021
Hasil Laga Persahabatan Tenis Meja Abdel vs Desta: Abdel Pastikan Kemenangan di Set Kelima