- Atlet putri Tanah Air membuktikan bahwa mereka mampu membawa nama Indonesia di kancah internasional.
- Mereka membuktikan bahwa mereka juga memiliki kemampuan, semangat, dan keinginan yang sama untuk membuat olahraga Indonesia lebih baik.
- Bahkan keterbatasan fisik dan psikologis bukanlah penghalang untuk memperlihatkan keinginan mulia dari para atlet putri Tanah Air.
SKOR.id - Kaum hawa sudah lama telah mengambil peran besar dalam olahraga di Tanah Air.
Di lingkup nasional, para srikandi olahraga bahkan telah membuktikan mereka memiliki peran penting dalam membangun olahraga Indonesia.
Mereka telah memperlihatkan memiliki andil baik di gelanggang maupun dalam ide untuk memajukan olahraga negeri ini.
Lebih jauh lagi, ada di antara mereka yang juga tidak beruntung dari sisi fisik maupun psikologis.
Meski demikian, semua keterbatasan tersebut tidak menyurutkan semangat dan tekad untuk memberikan yang terbaik bagi Tanah Air.
Dalam Paralimpiade Tokyo 2020 contohnya, ada sejumlah atlet putri Indonesia yang pantas dikedepankan.
Mereka menjadi inspirasi bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk bertarung dalam meraih prestasi.
Jelang memperingati Hari Olahraga Nasional pada 9 September 2021 nanti, Skor.id akan menghadirkan peran para atlet perempuan yang memiliki peran dalam olahraga Indonesia.
Sebagai tulisan pembuka, kisah lima atlet putri disabilitas yang telah dan tengah beraksi di Paralimpade Tokyo 2020 kiranya pantas dikedepankan.
Mereka adalah perempuan yang inspiratif bagi olahraga Tanah Air. Berikut lima atlet disabilitas yang inspiratif tersebut:
1. Ni Nengah Widiasih
Kakinya masih kaki yang sama. Kaki yang membuatnya tidak mampu berjalan seperti layaknya manusia normal atau wanita lainnya.
Ketika masih berusia tiga tahun, sulit bagi Ni Nengah Widiasih untuk mengingat bagaimana penyakit polio membuat kakinya mulai mengecil, lemah, dan membuatnya bahkan sulit untuk berdiri.
Hingga kemudian dia mulai menyadari saat di sekolah bahwa dirinya berbeda dibandingkan dengan yang lain.
Tapi, semua keterbatasan tersebut tidak membuatnya putus asa. Meski secara harfiah dirinya tidak bisa berjalan, tapi batinnya memiliki semangat melebih mereka yang normal.
Dan, kaki yang dulu membuat Ni Nengah Widiasih merasa minder saat di sekolah, membuat dirinya merasa sedih, kini justru membawanya hingga ke pelosok Tanah Air bahkan ke negara-negara lain di dunia ini mengharumkan nama Indonesia.
Dialah atlet pertama Indonesia yang berhasil meraih medali (perak) di ajang Paralimpiade Tokyo 2020.
Ni Nengah Widiasih meraih medali perak untuk cabang angkat berat di kelas 41 kilogram putri pada 26 Agustus 2021 lalu.
Tentu saja, ini bukan kali pertama Ni Nengah Widiasih meraih prestasi di cabang olahraga yang ditekuninya.
Ni Nengah Widiasih telah begitu banyak mencatat prestasi, seperti meraih medali emas di ajang ASEAN Para Games 2009, atau di ajang World Cup Hungaria 2019.
Ya, begitu banyak kisah tentang Ni Nengah Widiasih dan hampir semuanya tentang bagaimana dirinya justru lebih baik sebagai atlet wanita.
2. Leani Ratri Oktila
Leani Ratri Oktila cedera parah ketika mengalami kecelakaan pada 2011 silam yang membuat kaki kiri dan tangan kanannya patah.
Nasib membuat dirinya harus merasakan masa-masa sulit dalam kehidupannya.
Namun, selalu ada satu hal yang membuat dirinya merasa begitu hidup, yaitu ketika memegang raket. Leani Ratri Oktila sangat menyukai olahraga ini.
Dia pun tidak menyerah dengan keadaan. Keinginan dan kesukaannya terhadap bulu tangkis pun ditumpahkan dengan bergabung dengan atlet disabilitas Indonesia.
Ditambah dengan dukungan dari keluarga, Leani pun akhirnya sukses sebagai salah satu atlet disabilitas yang dimiliki Tanah Air.
Sembilan tahun kemudian setelah kecelakaan nahas tersebut atau tahun 2019, namanya tercatat sebagai Atlet Para Badminton Terbaik versi Federasi Bulu Tangkis Indonesia (BWF).
Tahun 2019 boleh dibilang sebagai fase terbaik dalam kariernya karena di tahun ini dia total meraih 12 medali emas.
Berbagai ajang dijajalnya dan sukses seperti meraih dua medali emas Para Badminton Internasional yagn digelar di Turki, lalu 5 emas Para Badminton Internasional yang digelar di Dubai.
Pada 2020 lalu pula, dia meraih dua emas dan satu perak saat tampil di ajang Para Badminton Internasional yang digelar di Brasil.
3. Karisma Evi
Dengan kaki kiri yang lebih pendek dan lebih lemah dari kaki kanan, Karima Evi telah membuktikan kepada dunia bahwa dia telah melebihi logika.
Berlari dengan kedua kaki yang tidak sama ternyata bukan sesuatu yang menjadi penghalang bagi wanita kelahiran Boyolali pada 19 Januari 2001 ini.
Lahir dengan menyandang kekurangan (tunadaksa), tidak membuat dia kehilangan karisma.
Seperti namanya, Karisma Evi, atlet berhijab ini pun memperlihatkan karismanya di trek atletik.
Ada dua olahraga yang sangat disukainya yaitu atletik dan bulu tangkis. Karisma Evi kemudian melihat dirinya memiliki bakat dan potensi di olahraga atletik.
Pada 2019 lalu, Karisma Evi membuat bangga Indonesia setelah meraih medali emas sekaligus memecahkan rekor Kejuaraan Dunia Para Atletik 2019 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Atlet binaan National Paralympic Committee (NPC) Indonesia itu memecahkan rekor dunia di nomor 100 meter putri dengan catatan waktu 14,72 detik.
Karisma Evi mengalahkan atlet asal Italia Monica Graziana Contrafatto yang memiliki catatan waktu 15,56 detik.
4. Syuci Indriani
Syuci Indriani semakin dikenal ketika menjadi peraih medali terbanyak untuk Indonesia di ajang Asian Para Games 2018. Bahkan, ketika itu, dirinya masih berusia 17 tahun.
Ketika itu, momen terbaik yang ditorehkannya saat meraih dua medali emas setelah menjadi yang tercepat pada nomor 200 meter gaya ganti putri SM14.
Atlet kelahiran Pekanbaru tahun 2001 ini mengakui bahwa momen Asian Para Games 2018 merupakan ajang yang tidak terlupakan dalam kariernya.
"Hidup saya telah banyak mengalami perubahan sejak peristiwa yang tak terlupakan pada tahun 2018 (meraih prestasi di Asian Para Games)," kata Syuci Indriani seperti dikutip dari Antara.
Syuci Indriani menderita Tunagrahita, tapi semangatnya, serta latihan yang dibangunnya sejak kecil membuat semua itu mengalahkan keterbatasannya dalam intelektualitas.
Semua diawali dari tingkat di mana dia hidup dan tumbuh, yaitu di Pekanbaru kota kelahirannya.
Dalam papernas 2012, dirinya meraih tiga medali emas. Dari sanalah kemudian jejaknya berlanjut hingga tampil di kota lain seperti Papernas 2016 di Bandung saat dia juga meraih tiga emas.
Pada 2021, Syuci Indriani meraih tiga emas dan 1 perak dalam Kejuaraan Dunia WPS 2021 di Berlin.
Dari semua hasil yang diraihnya, Syuci Indriani pun mewujudkan mimpinya yaitu memiliki kolam renang sendiri (pribadi) untuk dirinya berlatih.
5. Hanik Puji Astuti
Hanik Puji Astuti salah satu atlet para menembak yang akan berlaga di Paralympic Games Tokyo 2020.
Dalam acara pembukaan, dirinya pembawa bendera Merah Putih. Hanik Puji Astuti lahir di Gunung Kidul Yogyakarta, pada 22 Desember 1995.
Atlet yang kini berusia 24 tahun tersebut boleh dibilang tengah melalui berbagai pencarian jati dirinya dalam olahraga. Pada 2012 contohnya. Dia mulai menjajal lomba atlet balap kursi roda.
Di olahraga ini, dia meraih 2 emas dan 1 perak di Peparnas Riau 2012, lalu 1 emas di Asian Youth Game 2013, dan 2 emas dan 1 perak di Peparnas Bandung 2016.
Sedangkan pada 2015, Hanik Puji Astuti mulai menekuni olahraga menembak.
Cabang olahraga menembak tersebut kali pertama dipertandingkan di Asean Paragames dan di ajang inilah dia meraih medali perunggu untuk nomor 10 meter air rifle Standing SH1.
Dengan sukses itulah, membuat dirinya semakin termotivasi untuk mendalami olahraga menembak.
Berbagi prestasi telah diraihnya termasuk meraih peringkat 1 di ajang lokal seperti Sriwijaya Open, Jateng Open Series II, atau peringkat 1 di Piala Presiden. Hingga kemudian dia lolos kualifikasi Paralympics Games Tokyo 2020.
Tips FPL: Berapa Pemain yang Harus Dijual untuk Bisa Membeli Cristiano Ronaldo https://t.co/K9L6TQH8Nb— SKOR.id (@skorindonesia) August 31, 2021
Berita Olahraga Lainnya:
Paralimpiade Tokyo 2020: Dua Faktor Kegagalan Bolo Triyanto versi Pelatih Para Menembak Indonesia