- All England adalah salah satu turnamen bulu tangkis yang paling bergengsi dan tertua di dunia.
- Sejak tahun 1984, All England resmi mengikat sponsor eksklusif dengan raksasa perlengkapan bulu tangkis, Yonex.
- Jika dihitung sepanjang sejarah penyelenggaraan turnamen All England, Indonesia telah mengoleksi 48 gelar.
SKOR.id - The All England Open Badminton Championships, atau biasa dikenal sebagai All England, adalah salah satu turnamen bulu tangkis yang paling bergengsi di dunia.
Keberhasilan turnamen terbuka pertama di dunia yang diadakan di Guildford pada tahun 1898 menjadi awal dimulainya All England.
Turnamen bergengsi ini berhasil diselenggarakan pada 4 April 1899 dengan mempertandingkan 3 kategori yaitu ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.
Sedangkan penambahan kategori tunggal putra dan putri sendiri baru dilakukan pada tahun 1900.
Pada dua penyelenggaraan pertamanya, All England bernama “Badminton Association Tournament”.
Setelah penyelenggaraan Piala Thomas pertama pada tahun 1949 sampai dengan tahun 1977, Federasi Bulu tangkis Internasional meluncurkan kejuaraan dunia pertamanya.
Selama sejarah penyelenggaraannya, All England sempat terhenti dua kali diselenggarakan dikarenakan Perang Dunia I (1915 - 1919) dan Perang Dunia II (1940 -1946).
Sejak tahun 1984, All England resmi mengikat sponsor eksklusif dengan raksasa perlengkapan bulu tangkis Yonex.
Turnamen tertua di dunia itu masuk juga dalam kategori BWF Super 1000. Hal itu membuat ajang ini sangat diminati pebulu tangkis dunia termasuk Indonesia.
Meskipun ajang ini sangat prestisius, tak jarang para pebulu tangkis Indonesia dapat bersinar di turnamen All England.
Beberapa contoh diantaranya, pada kategori tunggal putra ada Rudy Hartono dengan mengoleksi delapan gelar (1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, 1976).
Kemudian juga Liem Swie King berhasil mengoleksi tiga gelar (1978, 1979, 1981) dan pada tunggal putri, Susy Susanti meraih empat gelar (1990, 1991, 1993, 1994) juara All England.
Tak hanyak pada sektor tunggal putra dan putri, prestasi pebulu tangkis Indonesia di All England juga lahir di kategori ganda putra dan campuran.
Tjun Tjun/Johan Wahjudi salah satunya yang berhasil merengkuh enam gelar juara All England (1974, 1975, 1977, 1978, 1979, 1980).
Terakhir, pada ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil mengharumkan nama Indonesia di All England pada tiga periode yakni 2012, 2013, dan 2014.
Jika dihitung sepanjang sejarah penyelenggaraan turnamen All England, Indonesia telah mengoleksi 48 gelar.
Raihan 48 gelar itu membuat Indonesia berada di peringkat keempat dalam daftar negara dengan gelar All England terbanyak, di bawah Inggris (189), Denmark (88), dan China (85).
Gelar pertama Indonesia di All England dipersembahkan oleh Tan Joe Hok pada 1959 melalui nomor tunggal putra.
Sejatinya, tahun ini pebulu tangkis Indonesia bisa saja menambahkan catatan gelar juara di ajang All England 2021.
Namun, kenyataannya tahun ini Indonesia tak bisa menyumbang satu gelar pun.
Alasannya, tim bulu tangkis Indonesia dipaksa mundur dari ajang All England setelah ditakuti terdampak covid-19 oleh pihak penyelenggara, Kamis (18/3/2021) pagi WIB.
Hal itu merujuk dengan adanya informasi bahwa terdapat penumpang Turkish Airlines dari Istanbul ke Birmingham yang terpapar Covid-19 dan satu rombongan dengan tim Indonesia.
Alhasil dengan kejadian tersebut dan merujuk peraturan pemerintah Inggris, tim bulu tangkis Indonesia harus mundur serta melakukan isolasi mandiri hingga 10 hari, terhitung dari kedatangan awal di negeri Ratu Elizabeth.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Kronologi Polemik Didepaknya Skuad Bulu Tangkis Indonesia dari All England 2021 https://t.co/hMyecEm33B— SKOR Indonesia (@skorindonesia) March 18, 2021
Berita Bulu Tangkis Lainnya:
All England 2021: Mengapa Kasus Covid-19 di Pesawat Rombongan Indonesia Baru Ketahuan
Membandingkan Protokol Covid-19 di Tur Asia BWF dengan All England 2021