SKOR.id – Ketika Asha Gond pertama kali mulai bermain skateboard, para tetangga di desanya, wilayah Janwar, India Tengah, terkejut.
Mereka mendesak orangtua dari gadis remaja tersebut untuk menyibukkannya dengan pekerjaan rumah atau menikahkannya.
Tiap ia berjalan melewati desa dengan skateboard di tangan, mereka akan mengejeknya dan melontarkan komentar yang meremehkan.
“Bermain skateboard adalah untuk anak laki-laki,” kata Gond, yang kini berusia 24 tahun dan sudah menjadi atlet skateboard, mengenang perkataan penduduk desanya di masa lalu.
Bermain skateboard bukanlah hal yang umum di kota-kota di India, apalagi di daerah pedesaan terpencil seperti tempat tinggal Gond.
Skatepark (taman untuk skateboard) di desanya dibangun oleh seorang aktivis sosial asal Jerman. Hal ini memicu hasratnya untuk bermain skateboard yang mengubah hidupnya.
Hasrat yang terus dikejar Gond, meskipun ada norma-norma patriarki yang kaku di desanya, dan yang telah membawanya ke kejuaraan di luar negeri.
Ini adalah kisah yang luar biasa tentang bagaimana sebuah skatepark dapat mengubah kehidupan seorang gadis dan seluruh komunitas.
Dan, ini juga merupakan plot dari film Netflix berjudul Skater Girl yang dirilis pada 11 Juni 2021 lalu.
Film ini disinyalir terinspirasi dari kisah Gond, menceritakan perjalanan seorang gadis remaja pedesaan India yang menemukan hasrat dan mengubah hidupnya dengan bermain skateboard.
Hal itu terjadi setelah orang Barat membangun taman untuk bermain skateboard di desanya.
Tetapi ia menghadapi tantangan dan rintangan ketika berusaha mengejar mimpinya untuk berkompetisi.
Para pembuat film Skater Girl mengatakan ini adalah kisah fiksi dari kisah gadis-gadis yang bermain skateboard di India.
Tapi Gond mengatakan itu adalah ceritanya dan pembuat film tidak pernah mendapatkan izinnya, meskipun mereka bertemu dengannya.
"Hal-hal yang mereka tunjukkan di trailer benar-benar terjadi pada saya," katanya kepada NPR dalam sebuah wawancara telepon.
Alasan Pembangunan Skatepark di Desa
Janwar adalah sebuah desa kecil berpenduduk sekitar 1.200 jiwa, terletak di tepi cagar alam harimau di negara bagian Madhya Pradesh.
Komunitas suku yang disebut Adivasi berjumlah sekitar setengah dari populasinya.
Sistem kasta kuno di India menurunkan Adivasi ke peringkat paling bawah dalam hierarki sosial dan mereka biasanya hidup terpisah dari masyarakat lainnya.
Saat Gond beranjak dewasa, anak-anak Adivasi sepertinya tidak diperbolehkan bergaul atau bermain dengan teman-teman dari kasta yang lebih tinggi.
Anak perempuan cenderung menikah dini dan tingkat melek huruf sangat rendah, terutama di kalangan perempuan.
Kemudian muncullah skatepark yang dibangun oleh Ulrike Reinhard, seorang konsultan bisnis dan aktivis Jerman.
Reinhard sebagian besar tinggal di India sejak tahun 2012, dan sebagian besar pekerjaannya berfokus pada pemberdayaan pemuda di daerah pedesaan.
Dia telah memikirkan gagasan membangun sekolah di pedesaan India.
Terinspirasi Skateistan, organisasi nirlaba internasional yang mempromosikan pendidikan dan kesetaraan gender melalui skateboard, Reinhard memutuskan membangun skatepark di Janwar.
“Itu adalah sebuah eksperimen,” kata Reinhard. “Saya pikir, bisakah skatepark memicu perubahan dalam komunitas yang kaku dan tradisional seperti ini?”
Untuk mengumpulkan uang bagi proyek tersebut, Reinhard menghubungi seniman di seluruh dunia untuk mengubah skateboard menjadi artboard yang kemudian dia lelang.
Ketika dia mendapat dana, dia mendorong para penggemar skating dari seluruh dunia untuk datang ke Janwar untuk membantu membangun taman tersebut.
Sekitar selusin orang datang dan membangun skatepark tersebut dengan bantuan para buruh di desa tersebut. Skatepark tersebut dibuka pada tahun 2015.
Hasil akhirnya adalah sesuatu yang belum pernah dilihat atau bahkan didengar oleh sebagian besar penduduk desa.
Gond mengatakan reaksi awalnya adalah "terlihat sangat aneh". Beberapa orang mengira itu adalah kolam renang, kata Reinhard.
“Anak-anak datang dengan cepat dan menganggap skatepark itu keren,” Reinhard menambahkan.
Namun beberapa orang dewasa meragukan niat Reinhard dan mulai menyebarkan rumor bahwa dia terlibat dalam perdagangan manusia. Ibu Asha Gond, Kamala, takut kepadanya.
“Orang-orang akan mengatakan (Reinhard) akan menjual putri Anda dan Anda tidak akan bisa melihatnya lagi selamanya,” kata Kamala Gond, yang kemudian datang untuk mendukung proyek tersebut.
Skate-aid nirlaba Jerman menyediakan gelombang pertama yang terdiri dari 20 skateboard.
Reinhard tidak tahu cara bermain skateboard, jadi dia menunjukkan video YouTube kepada anak-anak di tablet untuk memulainya.
“Pada awalnya, sulit untuk menjaga keseimbangan,” kata Gond.
"Skateboard itu akan bergerak maju ketika saya menginjaknya. Saya pikir saya akan terjatuh dan menghancurkan wajah saya."
Tapi begitu dia menguasainya, hanya itu yang terpikirkan oleh Gond.
“Saya akan berbaring di tempat tidur pada malam hari dan memikirkan cara menggerakkan skateboard untuk melakukan trik tertentu,” katanya.