SKOR.id – Pembalap Red Bull Racing Sergio Perez merasa Formula 1 butuh perubahan terkait format sprint saat ini setelah dinilai tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Sprint di Sirkuit Interlagos, Sao Paulo, Brasil, adalah penutup balapan singkat F1 musim 2023, yang mulai diperkenalkan pada 2021 dan tahun ini ditambah menjadi enam kali dari sebelumnya hanya tiga.
Ini terjadi di tengah perubahan di mana sprint tak lagi berdampak pada urutan kualifikasi Grand Prix. Sesi tersebut berdiri sendiri usai F1 menambahkan sprint shootout untuk menentukan posisi start race singkat.
Namun, sambutan di kalangan pembalap tetap skeptis. Juara dunia Formula 1 Max Verstappen masih vokal tentang keinginannya agar kejuaraan mencoret sprint dari kalender dan kembali ke race weekend ‘normal’.
Keluhan mengenai sprint muncul lagi menyusul sprint F1 GP Sao Paulo Brasil yang memiliki sejumlah intrik di tengah persaingan perebutan posisi ketika degradasi ban mulai mengganggu pembalap di Interlagos.
F1 kini tengah menggodok rencana perombakan urutan sesi untuk musim 2024, dengan sprint shootout digeser ke hari Jumat. Tetapi Sergio Perez menyarankan FIA mengubah formatnya lebih jauh.
Ia telah menganjurkan supaya sprint diterapkan dengan grid terbalik (reverse grid). Menurutnya, ini dapat membuat race singkat F1 jadi menarik dan tentunya menciptakan lebih banyak peluang bagi pembalap.
“Saya pikir jika mereka tetap ingin mempertahankan format balapan sprint, itu harus diubah. Saya akan mengusulkan grid terbalik, sesuatu yang bisa membuatnya lebih menarik bagi fans karena saat ini tidak mencapai apa yang ingin kami tuju,” kata Checo, sapaan akrab Perez.
“Tidak ada yang benar-benar terjadi dalam balapan seperti ini. Saya kira (grid terbalik) akan mengacaukan segalanya dan menciptakan lebih banyak kesempatan, lebih banyak aksi menyalip.”
“Jika kami ingin mempertahankan format ini, (kami perlu) mencoba sesuatu yang berbeda, sebab menurut saya selama dua tahun terakhir event seperti ini tidak menghasilkan banyak balapan yang bagus.”
Salah satu kritik di kalangan pembalap setelah sprint di Sao Paulo adalah tingkat degradasi tinggi pada ban soft memaksa mereka melakukan manajemen ban sejak tahap awal sprint 24 lap itu.