Sejarah Hari Ini: Muhammad Ali Menang Angka Mutlak atas Pemerintah AS

I Gede Ardy Estrada

Editor:

  • Muhammad Ali berhadapan dengan pemerintah AS karena menolak berperang ke Vietnam pada 1967.
  • Sang petinju kehilangan lisensi dan gelar juara dunia kelas berat akibat penolakannya itu.
  • Muhammad Ali akhirnya mampu mengalahkan pemerintah AS di Mahkamah Agung, 28 Juni 1971.

SKOR.id – Tak ada yang meragukan kemampuan Muhammad Ali di dalam ring. Ia adalah legenda dan telah dianggap sebagai petinju kelas berat terbaik sepanjang masa.

Pengaruhnya pun tidak melulu hanya di dunia tinju, namun meliputi bidang olahraga lain. Banyak atlet lintas cabang yang menjadikannya anutan dan inspirasi.

Sepanjang karier profesionalnya, yang terbentang dari 1960 hingga 1981, Muhammad Ali telah meraih dua gelar utama tinju, juara kelas berat WBA dan WBC.

Baca Juga: Positif Covid-19, Kondisi Petinju Legendaris Roberto Duran Tidak Mengkhawatirkan

Dari 61 pertarungan yang dijalaninya, Ali meraih 56 kemenangan. Ia pernah menumbangkan nama-nama top seperti Sonny Liston, Joe Frazier, George Foreman, hingga Leon Spinks.

Namun mungkin belum banyak yang tahu bahwa petinju yang lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr ini juga pernah meraih kemenangan fenomenal di luar ring.

Momen tersebut terjadi hari ini, 49 tahun lalu. Tepatnya pada 28 Juni 1971 di Supreme Court (Mahkamah Agung) AS. Ali mengalahkan otoritas negaranya.

Ini terkait kasus pada 1967. Ketika itu, petinju berdarah Afrika tersebut menolak bergabung dengan Angkatan Bersenjata AS untuk nantinya dikirim berperang di Vietnam.

Namun Muhammad Ali tetap dipaksa mengikuti pelatihan di Houston, Texas pada 28 April 1967. Kendati demikian, ia tak kehabisan akal untuk melawan meski tahu risikonya.

Ali sengaja tidak menjawab ketika namanya disebut. Itu berlangsung tiga kali. Ia pun ditangkap dan terancam kurungan lima tahun karena dianggap melakukan tindak pidana.

Penangkapan Muhammad Ali pun diikuti dengan pencabutan lisensi tinjunya oleh Komisi Atletik Negara Bagian New York. Gelar WBA dan WBC miliknya juga ditanggalkan.

Komisi tinju negara-negara bagian AS lainnya kemudian ikut. Alli dilarang bertinju di seluruh wilayah Negeri Paman Sam selama tiga tahun atau hingga 1970.

Penolakan Muhammad Ali memiliki landasan kuat dan bersifat prinsipil. Sebagai seorang mualaf, yang baru memeluk Islam pada 1964, ia menentang peperangan.

Ali mempertanyakan kebijakan pemerintah AS yang memintanya mengenakan seragam dan pergi puluhan ribu mil dari rumah untuk mengacau di negara orang.

“Mengapa saya harus menjatuhkan bom dan peluru pada orang-orang kulit cokelat di Vietnam padahal warga kulit hitam di Louisville diperlakukan seperti binatang?” ujar Ali.

“Saya tak punya masalah dengan Viet Cong. Mereka tidak pernah memanggil saya ‘negro’. Di sini (AS) kami (orang kulit hitam) tidak mendapat hak asasi manusia paling sederhana.”

Pada 20 Juni 1967, kurang dari dua bulan setelah penolakannya bergabung dengan militer AS, juri Pengadilan Negeri menghukum Muhammad Ali karena menolak perintah negara.

Bahkan saat Pengadilan Banding menguatkan vonis bersalahnya, Ali tetap tak gentar dan menolak menyerah. Ia lalu mencoba naik banding ke Mahkamah Agung.

Selama paruh kedua 1970, sambal menunggu kasusnya digelar di Mahkamah Agung, The Greatest, julukan Muhammad Ali, kembali naik ring setelah sanksi tiga tahun selesai.

Ia sukses mengalahkan Jerry Quarry dan Oscar Bonavena untuk menghadapi “The Fight of Century” melawan juara dunia saat itu, Joe Frazier pada 8 Maret 1971.

Sayang, dalam upaya merebut kembali sabuk gelar kelas berat, Muhammad Ali justru takluk dari Frazier. Itu juga menandai kekalahan pertamanya sepanjang karier profesional.

Setelah duel dengan Joe Frazier, pertarungan berat lain telah menanti The Greatest. Sebuah duel “raksasa” yang diberi tajuk Clay v. United States (Ali vs AS).

Setelah sidang awal pada 19 April 1971, delapan hakim mulanya memberikan suara 5-3 untuk AS. Namun salah satu hakim, John Harlan, mengubah keputusannya.

Begitu mempelajari lebih lanjut soal kepercayaan Muslim, Harlan merasa Muhammad Ali memang tulus menyatakan penolakannya terlibat dalam perang yang tidak dipahaminya.

Kini dengan skor 4-4, para hakim Mahkamah Agung Kembali berunding dan akhirnya mendapati bahwa tuntutan pemerintah AS tidak memiliki dasar yang kuat.

Mereka juga dianggap gagal menjelaskan mengapa permohonan pembelaan Muhammad Ali pada persidangan banding ditolak, sehingga hukuman akhirnya dibatalkan.

Putusan final dijatuhkan pada 28 Jun 1971. Delapan hakim Mahkamah Agung sepakat memberikan suaranya kepada The Greatest. Ali menang angka mutlak 8-0 atas AS.

Bisa dibilang itu adalah salah satu kemenangan terbesar Muhammad Ali sepanjang hidupnya. Setelahnya, ia bebas melanjutkan karier tanpa syarat.

Baca Juga: Mencatat 6 Kekalahan, Ini 5 Petinju yang Berhasil Taklukkan Mike Tyson

Kemenangan fenomenal lalu mengikuti. The Greatest menjadi juara dunia lagi usai menumbangkan George Foreman dalam duel "Rumble in The Jungle" pada 1974.   

Sejak kemenangannya di Mahkamah Agung AS, banyak figur dari berbagai bidang mengamini bahwa Ali memiliki efek dan energi luar biasa bagi pergerakan kebebasan.

“Untuk seorang juara dunia tinju kelas berat, yang telah mencapai segalanya, Ali berani mengorbankan itu semua untuk keyakinannya,” ujar aktivis HAM Al Sharpton.

Istri Martin Luther King, Coretta Scott King, menyebut Muhammad Ali sebagai “seorang juara keadilan, perdamaian, dan persatuan.”   

Ikuti juga InstagramFacebookYouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.

 

Source: WikipediaMaps of World

RELATED STORIES

Khabib Nurmagomedov Merasa Tak Pantas Dibandingkan dengan Muhammad Ali

Khabib Nurmagomedov Merasa Tak Pantas Dibandingkan dengan Muhammad Ali

Banyak pihak menilai petarung UFC Khabib Nurmagomedov dan legenda tinju Muhammad Ali memiliki kesamaan.

Peran Besar Muhammad Ali di Balik Kelahiran Musik Hip Hop

Selain rekam jejak sebagai petinju legendaris, Muhammad Ali juga punya irisan penting dalam tumbuh kembang musik hip hop di Amerika Serikat.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Hasil Pro Futsal League 2024-2025, kompetisi futsal putra kasta tertinggi di Indonesia. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

Futsal

Black Steel dan Bintang Timur Pesta Gol, Cosmo JNE Dikalahkan Pangsuma FC

Rekap hasil lima laga pada hari pertama pekan ke-10 Pro Futsal League 2024-2025 di Jakarta, Sabtu (17/5/2025).

Taufani Rahmanda | 17 May, 12:42

Menpora RI, Dito Ariotedjo, menerima kunjungan Timnas Minifootball Indonesia. (Foto: Dok. FSMI/Grafis: Deni Sulaeman/Skor.id)

National

Menpora Dukung Timnas Minifootball Indonesia Main di Piala Dunia

Menpora RI, Dito Ariotedjo, mendukung penuh Timnas Minifootball Indonesia yang akan berlaga di Piala Dunia Minifootball 2025.

Rais Adnan | 17 May, 12:21

psbs biak vs arema fc

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming PSBS Biak vs Arema FC di Liga 1 2024-2025

PSBS Biak menjamu Arema FC di Stadion Lukas Enembe, Jayapura, pada pekan ke-33 Liga 1 2024-2025, Minggu (18/5/2025).

Teguh Kurniawan | 17 May, 11:57

Piala Dunia Futsal Wanita 2025 di Filipina. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Futsal

Update Daftar Tim yang Lolos Piala Dunia Futsal Wanita 2025

Daftar peserta Piala Dunia Futsal Wanita 2025 di Filipina dari berbagai konfederasi, yang terus diperbaharui hingga komplet.

Taufani Rahmanda | 17 May, 11:55

motogp 2025

MotoGP

MotoGP 2025: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Jadwal, hasil, dan klasemen MotoGP 2025 yang terus diperbarui seiring berjalannya musim.

Teguh Kurniawan | 17 May, 11:03

f1 2025

Formula 1

F1 2025: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Jadwal, hasil, dan klasemen F1 2025 yang terus diperbarui seiring berjalannya musim.

Teguh Kurniawan | 17 May, 11:03

Final Piala FA 2024-2025 mempertemukan Crystal Palace vs Manchester City. (Deni Sulaeman/Skor.id).

Liga Inggris

Jelang Final Piala FA 2024-2025, Crystal Palace dan Manchester City Punya Nasib yang Sama

Nasib serupa Manchester City dan Crystal Palace jelang final Piala FA 2024-2025, mereka pernah ditekuk Manchester United.

Pradipta Indra Kumara | 17 May, 10:57

Hasil pertandingan Liga 1 2024-2025. (Hendy Andika/Skor.id)

Liga 1

Madura United Rusak Perpisahan Teco dan Aman, PSM Bikin Barito Putera Semakin Terancam

Rekap hasil dua laga lanjutan pekan ke-33 Liga 1 2024-2025 yang digelar secara bersamaan pada Sabtu (17/5/2025) sore.

Taufani Rahmanda | 17 May, 10:41

Sandy Walsh (Yokohama F. Marinos). (Foto: Dok. Yokohama F. Marinos/Grafis: Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

National

Sandy Walsh Andalan, Yokohama F Marinos Dipermalukan dan Terpuruk di J1 League 2025

Bek Timnas Indonesia, Sandy Walsh, menjadi andalan Yokohama F Marinos pada J1 League 2025, Sabtu (17/5/2025).

Taufani Rahmanda | 17 May, 10:20

Borneo FC vs Persebaya Surabaya pada penutup pekan ke-33 Liga 1 2024-2025 di Staadion Segiri, Samarinda, 18 Mei 2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming Borneo FC vs Persebaya di Liga 1 2024-2025

Penutup pekan ke-33, Minggu (18/5/2025) malam, Borneo FC menjadi ujian berat bagi Persebaya Surabaya.

Taufani Rahmanda | 17 May, 05:28

Load More Articles