Peran Besar Muhammad Ali di Balik Kelahiran Musik Hip Hop

I Gede Ardy Estrada

Editor:

  • Muhammad Ali dianggap inspirator dan landasan dalam perkembangan awal musik hip hop di Amerika Serikat (AS).
  • Menurut Chuck D, petinju legendaris itu tak hanya piawai merangkai kalimat namun juga manifestasi perlawanan.
  • Muhammad Ali menelurkan album berjudul I Am The Greatest, enam bulan sebelum menjadi juara dunia kelas berat.

SKOR.id – Bagi para petinju, Muhammad Ali merupakan mitos. Sangat sulit, jika tidak ingin mengatakan mustahil, menyamai pencapaiannya di dalam maupun luar ring.

Untuk banyak orang, Muhammad Ali adalah petinju terbaik sepanjang masa. Sedangkan buat musisi hip hop, ia inspirator sekaligus sosok penting dalam lahirnya aliran musik tersebut.

Faktanya, Ali salah satu petinju terbesar yang pernah hadir dalam peradaban manusia. Tetapi, mungkin, belum banyak yang mengetahui irisan The Greatest dengan musik hip hop.

Cara penyampaian, gaya bicara, hingga pilihan diksi membuat Muhammad Ali jadi tonggak penting dan landasan dalam perkembangan awal genre musik ini di Amerika Serikat (AS).

The Greatest piawai membangun skema kata berima untuk diejawantahkan ke dalam kalimat puitis. Baik yang diucapkannya saat trash-talker sebagai petinju atau ketika berorasi menjadi martir pergerakan kaum kulit hitam.

Berikut beberapa contoh pemilihan silabel Muhammad Ali yang jika diperhatikan lebih mirip syair atau larik berima yang lazim ditemukan dalam lagu-lagu hip hop atau rap:

“Float like a butterfly, sting like a bee.”

“There are no pleasures in a fight but some of my fights have been a pleasure to win.”

 “Wars of nations are fought to change maps. But wars of poverty are fought to map change.”

“Sonny Liston is nothing. The man can't talk. The man can't fight. The man needs talking lessons. The man needs boxing lessons. And since he's gonna fight me, he needs falling lessons.”

Istilah hip hop belum ada di era awal kemunculan sang legenda pada 1960-an. Menurut Chuck D, kala itu, term "Black Mustard" dipakai untuk merujuk kalimat puitis Ali.

“Saya lahir pada 1960, tahun di mana Muhammad Ali meraih medali emas Olimpiade Roma, dan dia sering muncul di sepanjang garis waktu hidup saya,” ungkap Chuck D kepada Theundefeated.com, 2016 lalu.

“Tumbuh melihat seorang kulit hitam rutin muncul di TV dan bicara blak-blakan, tak hanya sebagai petinju tapi juga aktivis dengan tutur kalimat yang ritmis, sangat mencengangkan.”

Chuck D, seperti anak kulit hitam kebanyakan saat itu, sontak terpesona dengan karisma sang petinju. Mereka tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap Muhammad Ali.

“Tanpa disadari, dia melakukan teknik rap yang kemudian dikenal saat ini, dari gaya tutur, pemilihan silabel dan kalimat yang mengalir ritmis,” kata pendiri grup hip hop legendaris Public Enemy tersebut.

Manifestasi Perlawanan

Bila ditelusuri, hip hop atau rap lahir dari kreativitas kaum kulit hitam keturunan Afrika di wilayah Bronx, New York, AS, awal 1970-an. Musik ini adalah sarana ekspresi melawan ketidakadilan yang terjadi saat itu.

Pada perkembangannya, hip hop bergeser menjadi musik glamor dengan berbagai kemewahan yang menyertainya. Chuck D tak menampik. Namun ia menegaskan esensi hip hop adalah perlawanan.

Dari gaya berpakaian, penulisan lirik, hingga aransemen musik. Kebebasan berekspresi dan kreativitas dalam ranah seni dan budaya menjadi elemen penting hip hop.

Dan Muhammad Ali adalah manifestasi dari perlawanan dan kebebasan berekspresi yang menjadi marwah utama aliran musik ini. Pengaruhnya tak lagi sekadar syair-syair berima.

“Itu fakta umum, namun ucapannya yang selaras dengan sikapnya mempertegas bahwa Muhammad Ali tahu dan paham apa yang dibicarakannya, bukan omong kosong,” ucap Chuck D.

“Muhammad Ali melakukan hal-hal berani yang mungkin tidak terpikirkan banyak orang di masanya, seperti bergabung dengan Nation of Islam atau mengganti namanya,” imbuh Chuck D.

Ya, hikayat perubahan nama sang petinju adalah rahasia umum. Ia mengganti namanya dari Cassius Clay menjadi Muhammad Ali pada 1964 sebagai bentuk perlawanan terhadap rasisme.

The Greatest beranggapan Cassius Clay adalah nama yang menegasikannya sebagai budak. Ia tak ingin menanggung beban sebagai pancasona rasisme dan sejarah kelam AS.

Meskipun ayah Ali memberikan nama tersebut sebagai penghormatan kepada pria kulit putih yang menentang perbudakan. Namun sang pemegang rekor tinju 56 kemenangan dan lima kekalahan bergeming dengan pendiriannya.

“Saya tidak memilih dan tak menginginkan (nama Cassius Clay) itu. Mengapa saya harus memakai nama ‘majikan’ kulit putih dan mengabaikan nenek moyang saya yang berkulit hitam?” tegas Ali.

Di lain hari, pada 1967, Muhammad Ali menyulut api dengan militer AS. Ia menolak bergabung dengan Angkatan Bersenjata Negeri Paman Sam untuk nantinya dikirim berperang di Vietnam.  

Akibatnya, ia ditangkap dan terancam kurungan lima tahun karena dianggap melakukan tindak pidana. Lalu lisensi tinjunya juga dicabut, gelar juara dunia WBA dan WBC miliknya ditanggalkan.

Ali tak gentar meski harus menjalani perjuangan panjang. Akhirnya, ia menang di tingkat Mahkamah Agung pada 1971. Petinju keturunan Afrika itu dibebaskan dari segala tuduhan.

“Dengan keteguhannya, dia seolah mengatakan, ‘Saya tidak bisa dan tak ingin diatur siapa pun karena saya bertanggung jawab atas hidup saya sendiri.’ Itu sangat hip hop,” jelas Chuck D.

Album Monumental

Tak heran singgungan Ali dengan dunia rap lekat karena juara dunia tiga kali kelas berat tersebut turut memberi pengaruh besar bagi musisi kulit hitam legendaris AS, Gil Scott-Heron.

Scott-Heron melahirkan album monumental, Revolution Will Not Be Televised dan White on The Moon, yang kemudian menjadi penanda penting dari apa yang nantinya dikenal sebagai musik hip hop.

Mendiang Gil Scott-Heron mengakui pengaruh besar The Greatest dalam esai yang ditulisnya untuk menjadi bagian dari buku Muhammad Ali: Through The Eyes of The World.

“Saya meyakini bahwa percobaan Ali dalam melakukan rap adalah bagian dari semangat persaudaraan yang selalu dijunjungnya,” tulis Scott-Heron.

Percobaan yang dimaksud Gil Scott-Heron salah satunya adalah album perdana yang ditelurkan Muhammad Ali dengan nama lamanya, Cassius Clay, I Am The Greatest.

Album ini dirilis pada Agustus 1963 atau enam bulan sebelum Ali menjadi juara dunia tinju kelas berat. Komposisi I Am The Greatest terdiri dari monolog dan puisi.

“Ini adalah (album) komedi romantis, sebuah drama puitis. Ini adalah kumpulan puisi,” ujar penyair dan pemenang Penghargaan Pulitzer, Marianne Moore, mengomentari I Am The Greatest.

Besarnya pengaruh Muhammad Ali membuat rapper LL Cool J berani mengatakan bahwa tanpa sang legenda, hip hop akan berbeda, bahkan tidak pernah ada.

Grup legendaris seperti Public Enemy, NWA, Wu-Tang Clan, hingga Beastie Boys mungkin tak muncul dan melanjutkan legasi penting Ali selain tinju tentunya.

“Tanpa Muhammad Ali, tidak akan ada (lagu) Mama Said Knock You Out dan istilah GOAT (Greatest of All Time) tak bakal pernah tercipta,” kata LL Cool J seperti dilansir Rolling Stone.  

Floyd Mayweather Jr boleh saja mengklaim dirinya sebagai petinju terbaik sepanjang masa, melebihi Ali. Namun, pengaruhnya di luar ring tidak ada seujung kuku The Greatest.

Ikuti juga InstagramFacebookYouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Entertainment Lainnya:

Lewis Hamilton Pamer Lagu Buatannya tentang Patah Hati dan Kehidupan ''Liar''

Ketika El Pibe de Oro Hanya Ingin Menjadi Pahlawan Anak-anak Miskin di Napoli

 

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

korea open 25

Badminton

Jojo dan Fajar/Fikri ke Final, Indonesia Berpeluang Raih 2 Gelar di Korea Open 2025

Tunggal putra Jonatan Christie dan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri adalah dua wakil Indonesia di final Korea Open 2025.

Teguh Kurniawan | 27 Sep, 12:11

Link live streaming Super League 2025-2026. (Kevin Bagus Prinusa/Skor.id)

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming Super League 2025-2026: 2 Laga Pekan 7, 28 September 2025

Dua laga pekan ketujuh Super League 2025-2026 tersaji pada Minggu (28/5/2025), termasuk Borneo FC versus Persija Jakarta.

Teguh Kurniawan | 27 Sep, 11:35

Film Him. (Kevin Bagus Prinusa/Skor.id)

Films

Him, Saat Film Olahraga Bertemu dengan Horor

Film olahraga bertemu dengan genre horor? Itulah yang doba ditampilkan dalam film "Him".

Thoriq Az Zuhri | 27 Sep, 09:10

korea open 25

Badminton

Terakhir Kali Wakil Indonesia Juara di Korea Open

Dalam sejarah Korea Open, kapan terakhir kali wakil Indonesia jadi juara di masing-masing nomor?

Thoriq Az Zuhri | 27 Sep, 08:25

Julian Alvarez, penyerang Atletico Madrid. (Foto: LaLiga, Grafis: Kevin Bagus Prinusa/Skor.id).

La Liga

Bermodalkan Hat-trick, Julian Alvarez Siap Panaskan Derbi Madrid

Julian Alvarez catatkan hat-trick di La Liga sebelum menghadapi Real Madrid di Derbi Madrid.

Pradipta Indra Kumara | 27 Sep, 05:44

rafael struick cover

Timnas Indonesia

Rapornya Kontras, Begini Kabar Dua Pemain Timnas Indonesia dari Pelatih Dewa United

Pelatih Dewa United FC, Jan Olde Riekerink, menjelaskan soal Ricky Kambuaya dan Rafael Struick.

Taufani Rahmanda | 27 Sep, 05:00

Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.

Timnas Indonesia

Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026: Jadwal, Hasil, dan Klasemen Lengkap

Berikut jadwal, hasil, dan klasemen putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Rais Adnan | 27 Sep, 04:55

Identitas baru dari kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia atau Liga 1 di musim ini, Super League 2025-2026. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Liga 1

Super League 2025-2026: Jadwal, Hasil, Klasemen dan Profil Klub Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Super League 2025-2026 yang terus diperbarui seiring bergulirnya kompetisi, plus profil tim peserta.

Taufani Rahmanda | 27 Sep, 03:59

Kompetisi sepak bola kasta kedua di Indonesia atau identitas baru dari Liga 2 musim terbaru, Championship 2025-2026. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Liga 2

Championship 2025-2026: Jadwal, Hasil dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Liga 2 atau Championship 2025-2026 yang terus diperbarui seiring bergulirnya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 27 Sep, 03:58

Merek pakaian olahraga, Ergonomic Sporty Outfit atau Erspo. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Culture

Pertama di Luar Jawa, Suporter Timnas Indonesia Dimanjakan Erspo Concept Store Makassar

Founder Erspo, Muhammad Sadad, mengungkapkan pentingnya membuka Concept Store di Makassar.

Taufani Rahmanda | 27 Sep, 03:57

Load More Articles