SKOR.id – Setelah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 dari 2017 hingga 2021, Donald John Trump akhirnya terpilih sebagai Presiden AS ke-47.
Pada Kamis (7/11/2024) WIB, pria berusia 78 tahun yang juga pebisnis, presenter acara realitas, dan politisi Partai Republik itu sudah mengoleksi 295 suara elektoral (72.641.564 suara atau 50,9%).
Trump jauh meninggalkan kandidat dari Partai Demokrat Kamala Harris yang hanya mengumpulkan 226 electoral votes (67.957.895 suara atau 47,6%).
Banyak yang meyakini, Trump akan melanjutkan kebijakan yang belum sempat dijalankannya pada periode pertamanya sebagai Presiden AS, termasuk di bidang olahraga.
Bagaimana sejatinya hubungan Trump dengan para pelaku dan otoritas olahraga di Negara Paman Sam? Apa saja rencana pria eksentrik itu untuk memajukan olahraga AS?
Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Donald Trump selama ini dikenal sebagai salah satu tokoh di AS yang sangat dekat dengan olahraga. Saat masih duduk di New York Military Academy (NYMA) – college-preparatory school, sekolah yang mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi – Trump bahkan menjadi atlet di tiga cabang olahraga sekaligus.
Seperti pernah diungkapkan mantan rekan sekelasnya di NYMA Ted Levine kepada Business Insider, Trump bukan sekadar atlet bagus namun olahragawan hebat.
“Ia sangat mungkin menjadi atlet pro (sofbol maupun bisbol) sebagai pitcher. Bisakah ia bermain (American) football? Sepak bola? Trump mampu memainkan apa pun yang ia mau. Ia memiliki fisik dan mentalitas alami yang bagus,” kata Levine.
Rasa nasionalisme yang sangat tinggi juga memengaruhi pandangan Trump saat dirinya terjun ke politik bersama Partai Republik. Ketika kembali dijagokan Partai Republik untuk bertarung dalam pemilihan Presiden AS 2024, Trump pun berniat untuk menggabungkan politik dengan olahraga, seperti yang biasa dilakukan para tokoh sayap kanan di Eropa serta Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Berbagai ajang olahraga, mulai dari kompetisi nasional hingga Olimpiade, membantu meningkatkan kebanggaan regional dan nasional serta menyediakan platform yang kuat untuk pernyataan budaya dan politik.
Itulah mengapa Trump mengecam salah satu acara pembukaan Olimpiade Paris 2024 lalu, yang diyakini plesetan dari Perjamuan Terakhir dengan menyebutnya sebagai aib nan spektakuler.
Selain event internasional, liga dan berbagai kejuaraan olahraga domestik di AS juga sangat melekat dalam identitas nasional negara adi daya tersebut.
Komersialisasi liga-liga olahraga khas AS: American football (NFL), bisbol (MLB), bola basket (NBA), serta yang terbaru dan tengah berkembang, yakni sepak bola (MLS), telah menjadi bisnis bernilai miliaran dolar.
Didukung penuh oleh media terkait, periklanan, perjudian, dan industri lainnya, bisnis olahraga di AS tidak hanya meningkatkan skalanya namun juga menambah tekanan untuk menghindari kontroversi yang mengancam pendapatan.
Koneksitas Trump dengan Olahraga di AS
Hubungan Trump dengan liga-liga olahraga dan hiburan utama AS secara historis melibatkan kepentingan finansial. Namun belum lama ini, seiring kariernya yang mentereng dalam sistem pemerintahan AS, Trump juga menggunakan olahraga untuk manuver politiknya.
Trump berusaha untuk menyelaraskan atau menantang liga-liga olahraga Amerika yang sudah mapan demi keuntungan ekonomi dan politik.
Tetapi dengan melakukan hal tersebut, Trump telah mengganggu stabilitas dunia olahraga dalam negeri AS, mengganggu keseimbangan tradisional “roti dan sirkus” (misal liga maupun kejuaraan lain) di negara tersebut.
Saat tim Olimpiade AS berkompetisi di Paris lalu, misalnya. Konflik apa pun dengan Trump dapat meningkatkan ketegangan dengan beberapa liga domestik—yang dapat berdampak lebih besar saat ia kembali menjadi Presiden AS.
Kontroversi dengan NBA
Pembawa bendera Tim AS di Olimpiade Paris, LeBron James, langsung berselisih dengan Trump tak lama setelah ia masuk Gedung Putih pada periode pertamanya. Bintang bola basket NBA itu bertukar komentar di media dan media sosial dengan Trump. Ujungnya, banyak orang di NBA yang menggemakan sentimen James.
Keengganan Golden State Warriors untuk menerima undangan Trump ke Gedung Putih setelah memenangi gelar NBA 2016-2017 membuat Trump mengkritik tim tersebut dan membatalkan undangan itu. Di sisi lain, Trump justru akrab dengan pemilik Dallas Mavericks, Mark Cuban, sepanjang masa jabatannya di periode pertama (2017-2021).
Pada tahun 2019, Trump memanfaatkan kesempatan untuk mengkritik NBA dan mengaitkan sayap kiri politik di AS dengan kurangnya patriotisme. Tahun itu, Daryl Morey selaku Manajer Umum Houston Rockets menulis di Tweeter (kini X) untuk mendukung protes pro-demokrasi Hong Kong, yang memicu reaksi balik di Cina.
NBA berusaha untuk meremehkan masalah ini demi menyelamatkan wajah mereka karena Cina masih menjadi pasar yang sangat besar. Trump mengkritik liga tersebut dan komisarisnya Adam Silver karena menjadi kaki tangan Beijing.
Sebagai dampaknya, pertandingan ekshibisi NBA di Cina saat itu dibatalkan. Tidak sedikit sponsor yang menghentikan kesepakatan. Belum lagi siaran ditangguhkan.
Menyusul pembunuhan pria Afro-Amerika, George Floyd, oleh beberapa oknum polisi di Minneapolis, Minnesota, pada akhir Mei 2020, Trump mengkritik para pebasket dan NBA karena mengizinkan pemain berlutut saat menyanyikan lagu kebangsaan AS dan mengenakan pesan keadilan sosial di kaus mereka.
Trump menuduh liga bola basket terbaik di dunia itu mengasingkan penggemarnya untuk memberikan tekanan pada NBA, yang kembali terlibat dalam kontroversi mengenai lagu kebangsaan.
Konfrontasi dengan NFL
Trump juga pernah melakukan konfrontasi serupa dengan NFL, Liga Americaf football AS. Pada saat Trump mulai menjabat pada tahun 2017, NFL berusaha untuk mengatasi dampak buruk terhadap Colin Kaepernick, yang mulai berlutut saat lagu kebangsaan dinyanyikan untuk memprotes ketidakadilan rasial dan kebrutalan polisi pada musim sebelumnya.
Dia kemudian tidak menandatangani kontrak sebagai agen bebas (free agent), dengan banyak yang berspekulasi bahwa sikap politiknya adalah salah satu alasannya.
Trump mengeksploitasi situasi tersebut dengan mengkritik Kaepernick dan tanggapan NFL terhadap pemain lain yang mengikuti jejaknya.
Penanaman simbolisme militer dan patriotik di liga, jauh lebih banyak dibandingkan dengan liga lainnya, membuatnya sangat rentan terhadap protes Kaepernick. Dampaknya adalah penurunan rating, kehadiran, dan penjualan, serta tuntutan hukum senilai 1 juta dolar AS yang melibatkan Kaepernick.
Meskipun kompromi telah dibuat pada tahun 2018, yang memungkinkan para pemain untuk tetap berada di ruang ganti sambil mendengarkan lagu kebangsaan, kontroversi tersebut kembali berkobar pada tahun 2020 setelah pembunuhan George Floyd, sebelum mereda di bawah pemerintahan Presiden AS Joe Biden.
Ketegangan Trump dengan NFL sebelumnya pernah terjadi pada era tahun 1980-an. Di tengah beberapa diskusi tentang pembelian tim NFL, Trump membeli New Jersey Generals pada tahun 1983, sebuah tim di Liga Sepak Bola Amerika Serikat (United States Football League/USFL) yang baru dibentuk.
Trump mendorong USFL, yang dimainkan pada musim semi dan musim panas, untuk beralih ke jadwal musim gugur agar dapat bersaing langsung dengan NFL.
USFL kemudian mengajukan gugatan antimonopoli terhadap NFL pada tahun 1986 karena memonopoli hak siar TV dan mencegah USFL mendapatkan kontrak dan sewa stadion.
Meskipun kemudian memenangi gugatan antimonopoli, USFL hanya mendapat ganti rugi simbolis sebesar 1 dolar AS, yang mempercepat keruntuhan USFL pada akhir tahun itu.
Kendati begitu, USFL telah memberikan pemain NFL lebih banyak pengaruh dalam negosiasi, dan pembubarannya membantu memicu pemogokan pemain NFL pada tahun 1987, menodai citra liga dan mengganggu musimnya.
NFL telah mencapai kesuksesan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menjadikan dirinya sebagai liga domestik yang paling banyak ditonton dan salah satu liga olahraga paling kuat di dunia. Menghadapi hal ini, Trump terus mempromosikan alternatif selama bertahun-tahun.
Trump juga sering menghadiri pertandingan sepak bola perguruan tinggi, khususnya di Selatan. Pada tahun 2020, XFL, sebuah liga saingan, didirikan oleh sekutu lama Trump, Vince McMahon, bergabung dengan USFL yang bereinkarnasi pada tahun 2023 untuk membentuk United Football League (UFL), yang didukung Trump.
UFL belum memberikan dampak yang signifikan. Di sisi lain, Trump juga belum menyatakan dukungannya terhadap alternatif NBA apa pun. Sebaliknya, melemahkan stabilitas dan reputasi NBA dapat menjadi strategi untuk mengikis dominasi globalnya melawan EuroLeague dan Asosiasi Bola Basket Cina yang semakin kompetitif.
MLB Lebih “Jinak”, Trump Bersikap Netral pada NHL
Liga Besar Bisbol (Major League Baseball/MLB) kadang-kadang memancing kemarahan Trump, meski lebih jinak dibandingkan dengan NBA atau NFL. Meskipun diundang dan menyatakan minatnya untuk melakukan lemparan pertama pada pertandingan Yankees, Trump tiba-tiba mengingkari keputusannya pada tahun 2020.
Tak lama setelah meninggalkan jabatannya, Trump menyerukan boikot terhadap MLB setelah liga tersebut memindahkan All-Star Game dari Georgia karena undang-undang pemungutan suara di negara bagian tersebut. Sementara Trump mengambil sikap lebih netral terhadap National Hockey League (NHL).
Pengaruh Trump di Golf Dunia
Di luar empat liga olahraga besar domestik AS – American football (NFL), bola basket (NBA), bisbol (MLB), dan hoki es (NHL) – Trump telah aktif di bidang lain selama beberapa dekade. Sejak akhir era tahun 1990-an, Trump telah membeli dan berinvestasi di lapangan golf terkenal dan menjalin persahabatan dengan pegolf besar seperti Tiger Woods.
Awalnya, Trump membina hubungan dengan Asosiasi Pegolf Profesional (PGA), serta Asosiasi Golf Amerika Serikat (USGA) yang lebih kecil dan PGA Amerika, yang menyebabkan beberapa turnamen diselenggarakan di lapangan golfnya.
Namun, hubungan ini menjadi lebih rumit setelah ia menjadi presiden, dan sebagian besar hubungan terputus setelah pemberontakan tahun 2021. Trump sejak itu memberikan dukungannya pada LIV Golf, liga baru yang diluncurkan pada tahun 2021 dan didukung oleh pendanaan dari Arab Saudi, dalam upaya untuk mempertahankan pengaruhnya dalam olahraga tersebut.
Itulah mengapa salah satu pegolf top dunia, Rory McIlroy, berharap kembalinya Trump ke Gedung Putih dapat membawa perdamaian antara PGA Tour dan LIV Circuit demi masa depan golf dunia, khususnya bagi pegolf profesional putra.
Pegolf nomor tiga dunia asal Irlandia Utara itu berharap negosiasi berlarut-larut antara tiga tur di AS – bagian dari enam turnamen PGA Tour – dengan Dana Investasi Publik Saudi (PIF) yang bertujuan untuk memulihkan perpecahan dalam golf profesional putra ini bisa tuntas karena saat ini banyak bintang terkemuka masih dilarang mengikuti PGA Tour.
Kesepakatan yang diusulkan, yang pertama kali diumumkan pada bulan Juni 2023, kemungkinan besar akan mendapat tentangan dari Departemen Kehakiman Amerika (DOJ), yang khawatir bahwa kesepakatan tersebut berpotensi mengarah pada pelanggaran undang-undang anti-persaingan.
“Mengingat apa yang terjadi, saya pikir hal itu sedikit membuka jalan,” kata McIlroy kepada wartawan setelah Trump mengklaim kemenangan dalam pemilihan Presiden AS pada 2024.
McIlroy, yang sebelumnya menyatakan bahwa DOJ adalah batu sandungan besar bagi ratifikasi kesepakatan antara PIF dan PGA dan DP World Tours, berharap Trump dan sekutu pemilunya, Elon Musk, dapat memecahkan kebuntuan yang ada saat ini.
“Lihat saja nanti. Trump mungkin bisa. Dia memiliki Elon Musk, yang menurut saya adalah orang terpintar di dunia, di sampingnya,” ujar pegolf berusia 35 tahun itu.
“Kami mungkin bisa melakukan sesuatu jika kami bisa melibatkan Musk juga. Saya pikir dari luar, jika dilihat ke dalam, mungkin ini tidak terlalu rumit dibandingkan dengan yang sebenarnya.
“Trump punya hubungan baik dengan Arab Saudi. Dia punya hubungan baik dengan golf. Dia pencinta golf. Jadi, mungkin. Siapa yang tahu?
“Tetapi saya pikir sebagai presiden Amerika Serikat, dia mungkin mempunyai hal-hal yang lebih besar untuk menjadi fokus daripada golf.”
Tinju Dunia
Tinju juga menjadi bidang utama keterlibatan Trump dalam olahraga. Pada era tahun 1980-an, banyak pertarungan tinju terkenal dunia digelar di kasino maupun properti milik Trump. Trump mengembangkan hubungan yang kuat dengan entitas seperti Dewan Tinju Dunia (WBC) dan tokoh-tokoh seperti mantan juara dunia kelas berat termuda Mike Tyson dan promotor Don King.
Namun, seiring menurunnya popularitas olahraga ini dan Trump menghadapi kerugian finansial yang besar pada tahun 1990-an, hubungannya dengan olahraga tersebut pun berkurang – meskipun Trump masih terlibat sejak meninggalkan jabatannya pada 2021.
NASCAR serta Dukungan Besar dari WWE dan UFC
Trump juga melakukan upaya untuk menarik perhatian penonton ajang balap mobil National Association for Stock Car Auto Racing (NASCAR) selama masa jabatannya. Terakhir, pada Mei 2024 ia tampil di Charlotte Motor Speedway untuk NASCAR Cup Series Coca-Cola 600.
Namun di World Wrestling Entertainment (WWE; sebelumnya World Wrestling Federation/WWF) dan Ultimate Fighting Championship (UFC) Trump secara konsisten mendapat dukungan paling banyak. Pada Konvensi Nasional Partai Republik 2024 pada bulan Juli lalu, Trump diperkenalkan oleh bintang WWE Hulk Hogan dan kemudian Kepala Eksekutif UFC Dana White.
Keduanya adalah sekutu penting Trump. Keterhubungan Trump dengan gulat sudah terkenal sejak tahun 1980-an. Sementara Dana White menceritakan persahabatan mereka selama 25 tahun dalam pidatonya di RNC. Pada tahun 2023, TKO Group Holdings didirikan setelah kedua organisasi bergabung.
Meskipun Trump telah lama menganggap WWE sebagai mitra bisnis dan publisitas, kebangkitan UFC yang meroket dalam beberapa tahun terakhir telah menjadikannya sekutu yang lebih berharga.
Memiliki sekutu seperti Dana White sebagai pemimpin akan sangat membantu, dan selain Konvensi RNC 2024, Dana White juga berbicara di konvensi tahun 2016 dan 2020 untuk mendukung Trump.
Trump sering berinteraksi dengan Dana White dan tokoh-tokoh UFC lainnya selama masa kepresidenannya, sehingga meningkatkan status liga dan menjaga popularitas Trump.
Sejak kalah dalam pemilu, Trump sering menghadiri acara-acara besar UFC. Salah satu penampilan publik besar pertamanya setelah meninggalkan jabatannya pada tahun 2021 terjadi pada bulan Juli tahun itu di UFC 264 di hadapan penonton yang antusias di Las Vegas.
Pada Juni 2023, dia dan Dana White keluar bersama Mike Tyson di UFC 287 dan mendapat tepuk tangan meriah, hal serupa terulang lagi di UFC 302 pada Juli 2024 di Newark, New Jersey.
Menanti Akan seperti Apa Olahraga AS di Periode Kedua Trump
Hanya beberapa saat usai memastikan kemenangannya dalam pemilihan Presiden AS 2024, Trump langsung menegaskan tidak akan ada lagi LGBT, transgender, dan semacamnya, dalam olahraga di AS.
Dalam beberapa tahun terakhir, bukan rahasia lagi jika tim olahraga besar menjadi pembelian yang semakin populer di kalangan miliarder karena mereka tertarik dengan keuntungan yang besar.
Namun demikian, banyak pemilik dan liga menarik napas lega ketika Trump meninggalkan jabatannya pada 2021. Pun begitu, harus diakui bila dalam pemilihan Presiden AS 2024 ini, atlet maupun pemilik tim di Amerika terbagi dua sama rata antara yang mendukung Trump dan yang menentangnya.
Kini, Trump terpilih lagi. Menarik untuk melihat kemungkinan akan terjadinya lonjakan politisasi olahraga komersial lagi.
Trump kemungkinan akan berusaha untuk mengkooptasi liga, tim, dan individu olahraga domestik yang bersahabat untuk memperkuat platform dan posisi keuangannya, dengan UFC siap memainkan peran penting dalam potensi masa jabatan kedua.
Sebaliknya, dengan mengagitasi entitas olahraga yang tidak bersahabat, Trump berupaya melemahkan kemampuan mereka yang berniat untuk melawannya.
Melalui pengaruh politiknya dan kemampuannya untuk mempengaruhi keuntungan mereka, membentuk kembali liga olahraga AS tampaknya menjadi proyek besar bagi Trump. Meskipun interaksi Trump dengan liga-liga olahraga besar bersifat sangat politis, interaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh pertimbangan finansial.
Meskipun memiliki sejarah kontroversial dengan liga-liga olahraga besar, Trump dikenal karena kemampuan beradaptasinya. Selama pandemi Covid-19, ia tentu saja mencari sekutu berpengaruh seperti Vince McMahon, Dana White, serta Jerry Jones dan Robert Kraft dari NFL untuk membantu upayanya membuka kembali negara tersebut.
Selain itu, pendekatan “Opening Up America Again” juga melibatkan Komisaris NBA Adam Silver dan Mark Cuban. Namun, keyakinan Trump terhadap kekuatan pengaruh finansial untuk membentuk olahraga Amerika hanya akan diuji lebih lanjut pada masa jabatan keduanya sebagai Presiden Amerika Serikat.