- Rifat Sungkar meyakini industri otomotif kustomisasi dapat menjadi ladang pemasukan baru bagi negara.
- Bertemu Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, Rifat Sungkar ingin pemerintah menerapkan tax amnesty pada industri otomotif kustomisasi dan klasik.
- Rifat Sungkar bakal menggandeng IMI untuk membuat industri kustomisasi di Indonesia berkembang.
SKOR.id – Pereli Indonesia, Rifat Sungkar, senang dengan pandangan yang dimiliki Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, terhadap industri otomotif di bidang kustomisasi dan modifikasi di Tanah Air.
Bambang Soesatyo memang selalu mengungkapkan dukungannya terhadap para pelaku otomotif di industri kustomisasi.
Pasalnya, pelaku kustomisasi dan modifikasi otomotif tidak hanya dapat membantu menggerakkan perekonomian nasional, namun juga membawa nama Indonesia mendunia.
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya motor maupun mobil hasil kreasi builder dan modifikator Indonesia menjadi karya terbaik di beberapa event seperti di Italia, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Menurut Rifat Sungkar, pandangan Ketua MPR RI itu memberi angin segar bagi para pelaku industri kustomisasi dan modifikasi dalam menghasilkan karya-karya yang lebih baik lagi.
"Bangsa Indonesia sudah lama dikenal memiliki kreativitas tinggi dalam hal seni dan kerajinan tangan. Itu terlihat dari mahakarya yang ada di Indonesia. Bukti yang paling nyata adalah candi Borobudur," kata Rifat, dalam rilis yang diterima Skor.id, Kamis (30/7/2020).
Kreativitas bangsa Indonesia terus berkembang mengikuti zaman, termasuk mengiringi keberadaan industri otomotif nasional yang salah satunya adalah industri kustomisasi atau modifikasi otomotif.
"Karya builder dan modifikator Indonesia juga sudah diakui dunia. Banyak motor dan mobil hasil karya Tanah Air menjadi best custom atau best restoration di event internasional," ujar Rifat.
Rifat Sungkar juga mengatakan bahwa industri kustomisasi dan modifikasi otomotif Tanah Air mampu menggerakkan roda perekonomian.
Khususnya ekonomi kreatif dengan menyediakan lapangan kerja dan memberi sumber pendapatan pajak baru bagi negara.
"Mungkin karena skala ekonominya dianggap belum terlalu besar, maka belum mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah. Padahal industri kustomisasi ini sudah berkembang di semua provinsi di Indonesia," Rifat menjelaskan.
Meski begitu, Rifat Sungkar mengatakan bahwa industri kustomisasi di Indonesia masih memerlukan dukungan dan pembinaan yang lebih besar dari pemerintah.
Salah satu yang menjadi perhatian Rifat adalah Peraturan Pemerintah yang mengizinkan pengiriman motor dan mobil klasik yang ada di Indonesia ke luar negeri, dan sebaliknya melarang ekspor mobil klasik kecuali replika atau kit car.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan surga bagi motor dan mobil klasik. Itu karena pada era terdahulu, Indonesia bisa dikatakan negara paling maju di Asia sehingga produk-produk otomotifnya berkualitas.
"Aturan tersebut sebaiknya diubah menjadi kebalikannya. Boleh mendatangkan motor-mobil klasik dan melarang ekspor," kata Rifat.
"Kalau tidak dilarang, kita bakal kehilangan heritage produk otomotif yang ada di Indonesia. Di saat bersamaan, pemerintah mendorong ekspor hasil modifikasi kita ke luar negeri," lelaki berusia 41 tahun itu menambahkan.
Dalam rangka memajukan ekonomi kreatif nasional di bidang otomotif, khususnya kustomisasi dan modifikasi, Rifat juga memandang perlunya dukungan pemerintah dari sisi perpajakan.
Menurut Rifat, program tax amnesty yang pernah dijalankan pemerintah dapat juga diberlakukan untuk industri kustomisasi maupun modifikasi.
Selama ini mobil dan motor hasil kustomisasi maupun modifikasi termasuk mobil klasik sangat kesulitan dalam hal pajak dengan berbagai alasan seperti mesin hilang, nomor body karatan, dan surat-surat hilang.
"Jika ada tax amnesty versi otomotif bagi mobil dan motor kustomisasi, klasik, dan lainnya yang tidak ada identitasnya agar supaya diakui dan dibuat legal, maka itu merupakan potensi sumber pemasukan baru bagi negara," suami dari artis Sissy Priscillia itu menjelaskan.
Rifat Sungkar menyadari, gerakan memajukan industri kustomisasi dan modifikasi di Tanah Air perlu koordinasi dan dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai salah satu Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (IMI), Rifat Sungkar mengatakan bahwa PP IMI dapat menjadi jembatan komunikasi bagi semua stakeholder dalam memajukan industri kustomisasi dan modifikasi.
"PP IMI dapat merangkul semua yang berkepentingan agar industri kustomisasi dan modifikasi di Indonesia dapat berkembang," ucapnya.
"Tidak hanya memberi manfaat bagi pelakunya, namun juga dapat menyerap tenaga kerja sekaligus memberi nilai tambah bagi negara," Rifat Sungkar memungkasi.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Bos Dorna Sebut Peluang Marc Marquez Juara MotoGP 2020 Masih Terbukahttps://t.co/L2wg9yUaBK— SKOR Indonesia (@skorindonesia) July 30, 2020
Berita Otomotif Lainnya:
Jadwal Lengkap F1 GP Inggris 2020
Enam Pembalap MotoGP Ini Punya Doppelganger Penyanyi dan Aktor Hollywood