SKOR.id – Entah terlalu percaya diri atau sekadar bercanda, musisi rap multitalenta Master P merasa dirinya memiliki kapasitas masuk dalam jajaran staf pelatih klub NBA.
Master P bahkan yakin tim NBA dari kampung halamannya, New Orleans Pelicans, akan menjadi juara NBA jika dia masuk dalam jajaran staf pelatih tim.
Dalam percakapan dengan TMZ Sports belum lama ini, rapper yang juga bos No Limit Records itu mendukung dirinya sendiri sebagai calon pelatih Pelicans.
Musisi bernama asli Percy Robert Miller ini mengaku prihatin setelah melihat tim kesayangannya tersingkir dari putaran pertama play-off NBA musim ini oleh Oklahoma City Thunder.
“Saya pikir kami mempunyai tim yang hebat, saya hanya berpikir mungkin kami harus menunggu beberapa tahun lagi,” kata Master P.
“Kalian semua harus menempatkan saya sebagai staf pelatih tahun depan, dan kami akan memenangi semuanya," pria 54 tahun itu menambahkan.
Ini bukan pertama kalinya Master P menyatakan keinginannya untuk menjadi pelatih New Orleans Pelicans.
Perlu dicatat bahwa Master P memiliki pengalaman melatih di level AAU (Liga Basket Amatir), serta karier bermain singkat dalam pentas NBA.
Ia tercatat pernah tampil dalam pertandingan ekshibisi bersama Charlotte Hornets dan Toronto Raptors pada tahun 1990-an.
Saat mengobrol dengan TMZ pada bulan Juni 2021, pesannya dalam lagu "Make 'Em Say Uhh!" yang dinyanyikannya menjelaskan mengapa Pelicans harus memberinya kesempatan sebagai pelatih.
“NBA adalah hiburan. Saya pikir inilah saatnya bagi saya untuk menjadi pelatih pertama NBA yang berasal dari musisi hip-hop,” kata Master P yang juga seorang aktor itu.
"Saya pernah bermain di NBA, saya telah melatih banyak pemain hebat yang ada di liga,” ia menambahkan.
“Saya telah membawa putra-putra saya dari atlet sekolah menengah hingga mungkin mereka akan menjadi atlet profesional besar di masa depan," Master P menegaskan.
Karier Basket Master P
Pada 1998, Master P alias Miller bergabung dengan tim basket Fort Wayne Fury dari kompetisi CBA (Continental Basketball Association) sebagai pemain guard cadangan.
Ia masuk setelah seorang karyawan No Limit meminta pelatih kepala Fury untuk memberikan uji coba kepada Miller.
Menurut sang pelatih, Miller dapat dilatih sebagai pebasket dan seorang pembelajar yang bersemangat, meski belum layak tampil di NBA.
Miller sempat berada di daftar kamp pelatihan Charlotte Hornets selama 10 hari pada bulan Januari 1999.
Ia diundang untuk berpartisipasi atas permintaan ayah dari pemain Hornets saat itu, Ricky Davis.
Miller mencetak 7 poin dalam permainan intrasquad dan bermain delapan menit dalam dua pertandingan ekshibisi sebelum dibebaskan pada 1 Februari 1999.
Miller mengklaim dia bermain bagus tapi terpaksa dikeluarkan dari tim karena lirik rapnya terlalu ofensif.
Musim gugur itu dia masuk dalam daftar kamp pelatihan Toronto Raptors. Dia mencetak delapan poin dalam satu pertandingan pramusim.
Namun ia lagi-lagi dikeluarkan sebelum musim dimulai. Dia mengeluh bahwa Raptors tidak memberinya kesempatan yang adil.
Pada November 1999, ia menandatangani kontrak dengan San Diego Stingrays dari kompetisi International Basketball League (IBL).
IBL saat itu dianggap sebagai sebuah "rumah bagi para pemain tanpa keterampilan NBA dan mereka yang sedang mengembangkannya."
Penampilannya saat itu mengecewakan dan Miller hanya bermain kurang dari satu musim.
Pada 2004, Miller bermain untuk Las Vegas Rattlers dan Long Beach Jam dalam kompetisi American Basketball Association (ABA).
Dia kemudian ikut uji coba di klub NBA Denver Nuggets di kamp pelatihan untuk liga musim panas pada tahun 2004 dan kesempatan yang sama untuk Sacramento Kings pada 2005.
Miller mengambil bagian dalam NBA All-Star Celebrity Game McDonald's 2008 dan mencetak 17 poin.
Sebagai pelatih, ia melatih tim AAU P. Miller Ballers. Beberapa alumninya pernah dan masih tampil di NBA.
Sebut saja Brandon Jennings (eks Milwaukee Bucks), Lance Stephenson (eks Indiana Pacers), dan DeMar DeRozan (Chicago Bulls).
DeRozan mengatakan saat dia dilatih oleh Miller bahwa, "Saya selamanya bersyukur pernah dilatih Miller dalam karier saya.”
“Dia mengajari kami tentang kehidupan, bagaimana memahami bisnis, bisnis bola basket. Dia, dalam arti tertentu, adalah seorang ayah," kata DeRozan.