SKOR.id - PT Liga Indonesia Baru (LIB) memberi kesempatan remedial bagi 10 klub peserta Liga 1 yang belum memenuhi standar lisensi.
Hal itu dilakukan agar 10 klub kasta tertinggi di sepak bola Indonesia yang masih belum memenuhi syarat ini bisa ikut berkompetisi pada Liga 1 2024-2025.
Sepuluh klub tersebut adalah PSM Makassar, Persita Tangerang, PSS Sleman, Barito Putera, Arema FC, Dewa United, Persis Solo, PSBS Biak, Malut United, dan Semen Padang FC.
"Soal klub lisensi, kita akan remedial memang tadi sudah disampaikan ke 10 klub yang belum memenuhi syarat ini," ujar Ferry Paulus usai RUPS PT LIB di Jakarta, Rabu (26/6/2024).
"Nah, seperti apa asistensi dan remidialnya, karena masing-masing klub ini ada kekurangan yang berbeda-beda, ada dari aspek finansial, sporting, legal, dan infrastruktur," jelasnya.
Dalam asistensi, PT LIB akan mendatangi klub yang belum memenuhi standar lisensi tersebut secara bergantian.
Ferry Paulus menjelaskan, pihaknya juga akan memberikan dispensasi terhadap aspek tertentu seperti dukungan infrastruktur stadion yang belum mampu dimiliki setiap klub.
Ia menegaskan, sistem reward akan diterapkan terhadap klub-klub yang lolos standar lisensi serta punishment terhadap mereka yang tidak lolos.
"Tentunya asistensi dan remidialnya terhadap semua aspek tadi. Ada juga hadiah bagi yang lolos lisensi, ada intensif, yang gak lolos kena sanksi, tetapi tetap kami mengharuskan semua tim lolos aspek-aspek tadi," kata Ferry.
Ferry menambahkan, untuk musim selanjutnya (Liga 1 2025-2026), pihaknya tidak akan pandang bulu. Mereka akan memberikan sanksi berupa tiga poin yakni hijau, kuning, dan merah.
"Penilaian ini akan kita tingkatkan musim berikutnya. Jika tidak lolos club licensing, ada tiga poin untuk memberikan hadiah dan hukuman. Tim lolos itu yang hijau, kemudian ada kuning dan merah," ungkap Ferry.
"Kuning dipotong poin satu jelang musim tuntas, sedangkan yang merah akan dipotong dua poin. Ini sebuah bentuk kepedulian kepada klub bahwa club licensing ini keharusan, karena kami ingin semua klub ini bisa progres sehingga Liga Indonesia ke depan bisa naik kelas," tambahnya.
Selain itu, dalam hasil RUPS, PT LIB juga memberikan peraturan terkait batas maksimal belanja pemain. Ini dilakukan agar operator liga bisa mengontrol keuangan peserta Liga 1 menjadi lebih baik.
"Kaitannya dengan regulasi lain adalah terkait dengan keharusan financial control, atau batasan klub menggunakan biaya atau belanja pemain maksinmal Rp50 miliar. Ini bukan salary cap, tapi batasan belanja," Ferry memungkasi.