SKOR.id – Nihilnya wakil tuan rumah pada babak final Indonesia Open 2024 diakui fans bulu tangkis Tanah Air mengurangi sisi hiburan dari turnamen BWF Super 1000 tersebut.
Partai puncak Indonesia Open 2024 sendiri telah rampung digelar pada Minggu (9/6/2024) di Istora Senayan, Jakarta.
Skuad bulu tangkis Merah Putih gagal mengamankan gelar di kandang sendiri setelah raihan terbaik adalah mencapai semifinal melalui Sabar Karyaman Gutama/Moh. Reza Pahlevi Isfahani.
Ganda putra non-pelatnas itu terhenti di babak empat besar usai kalah dari Man Wei Chong/Kai Wun Tee (Malaysia).
Hal ini pun memengaruhi euforia fans bulu tangkis terhadap perhelatan Indonesia Open 2024. Seperti yang diutarakan Hidayat, salah satu Badminton Lover yang datang ke Istora untuk menyaksikan pertandingan.
Hidayat mengakui rangkaian pertandingan jadi kurang menarik lantaran tak ada wakil Indonesia yang tampil di partai final.
“Yang saya rasakan sekarang karena (wakil) Indonesia gak ada yang lolos, jadi ya sebenarnya kurang menarik lah,” ujar pria yang datang jauh-jauh dari Manokwari, Papua Barat.
Namun, Hidayat tetap antusias menyaksikan pertandingan karena ini merupakan pengalamannya pertama kali menyaksikan langsung turnamen BWF Super 1000.
“Saya sih nonton ini menambah wawasan ya terutama untuk turnamen Super 1000, yang saya rasa ternyata permainan para atletnya berbeda dengan turnamen yang kelas-kelas bawahnya,” ia menambahkan.
Penonton lainnya yang juga hadir di Istora, yakni Anastya turut menuturkan hal yang tidak jauh berbeda.
Kurang maksimalnya penampilan wakil-wakil tuan rumah di Indonesia Open 2024 turut mengurangi motivasi fans untuk datang langsung mendukung ke Istora.
“Jadi memang suasananya itu agak beda kan enggak ada yang jadi motivasi para Badminton Lovers untuk ke Istora. Pasti kan Badminton Lovers beli tiket nih ingin melihat wakil Indonesia tuh mencapai final,” kata Anastasya.
“Setidaknya kan sudah tiga tahun nih Indonesia nggak pernah juara lagi (Indonesia Open) di semua sektor. Pasti kan hal ini yang bikin kecewa para Badminton Lovers. Suasananya pun beda kok dari tahun ke tahun.”
Anastya juga mengeluhkan harga tiket turnamen yang tiap tahunnya naik. Perempuan asal Bangka Belitung itu merasa banderol tiket yang dijual tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan penonton.
“Harga tiketnya juga dari tahun ke tahun luar biasa untuk Badminton Lovers ya. Apalagi sekarang tuh, kurang worth it gitu karena harganya semakin mahal,” katanya.
“Sebaiknya ya harga tiketnya kalaupun memang mau dinaikan ada semacam hal yang unik ya benefit gimana gitu biar masyarakat tuh mau nonton walaupun harganya mahal.”
“Mungkin ada hal apa gitu yang menarik lainnya buat penonton di Istora,” Anastasya menjelaskan.
Pada Indonesia Open kali ini, Cina mendominasi turnamen dengan memborong empat gelar juara.
Shi Yu Qi keluar sebagai juara di sektor tunggal putra dengan mengalahkan Anders Antonsen (Denmark), 21-9, 12-21, 21-14.
Skuad Negeri Tirai Bambu juga mengamankan gelar juara tunggal putri melalui Chen Yu Fei yang menumbangkan An Se-young (Korea Selatan), 21-14, 14-21, 21-18.
Adapun Wang Chang/Liang Wei Keng menempati podium tertinggi ganda putra setelah menang atas Man Wei Chong/Tee Kai Wun (Malaysia), 19-21, 21-16, 21-12.
Gelar keempat Cina datang dari sektor ganda campuran melalui Jiang Zhen Bang/Wei Ya Xin melalui duel sesama wakil Tiongkok, Zheng/Si Wei Huang Ya Qiong, 21-11, 21-14.
Sedangkan satu-satunya gelar juara yang luput dari tim bulu tangkis Cina adalah sektor ganda putri yang direbut oleh wakil Korea Selatan, Baek Ha-na/Le So-hee.
Ganda putri peringkat dua dunia itu mengalahkan wakil Tiongkok sekaligus unggulan pertama, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di partai puncak dengan skor 21-17, 21-13.