- Pandemi Covid-19 telah membuat Liga 1 2020 ditangguhkan dan Presiden Persebaya, Azrul Ananda bersuara melalui sebuah tulisan.
- Presiden Persebaya mengatakan, Liga 1 2020 bisa jalan di tengah pandemi Covid-19 dengan berbagai syarat yang memang harus dipenuhi.
- Liga 1 2020 baru jalan tiga pekan dan sudah dihentikan karena wabah Covid-19 yang meluas di Indonesia.
SKOR.id - Liga 1 2020 tengah memilih libur kompetisi di tengah pandemi Covid-19 yang meluas saat ini di Tanah Air.
Penangguhan itu diputuskan mulai April, Mei, dan Juni 2020. Namun beberapa pihak tetap berharap Liga 1 bisa dilanjutkan.
Salah satunya Presiden Persebaya Azrul Ananda. Dalam artikelnya yang dia beri judul Corona Olahraga seri ke-2, Azrul secara menuliskan soal persoalan serius ajang olahraga seperti sepak bola di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Eks-Pilar Persebaya Buat Hat-trick di Kompetisi yang Jalan saat Pandemi Covid-19
Azrul menuliskan, liga bisbol terbesar, Major League Baseball (MLB), juga Liga Sepak Bola Amerika, MLS, seharusnya memulai musim 2020-nya minggu-minggu ini.
Semuapun mundur. Pihak MLB mengaku siap bertanding tanpa penonton. Yang penting ditayangkan televisi.
Menurut Azrul, kesediaan MLB ini bisa menjadi catatan penting lagi dari liga-liga yang mapan. Bahwa pemasukan utama klub bukan dari sponsor atau dari penonton.
Pemasukan utamanya dari hak tayang televisi (dan licensing dan lain-lain). Sebab, rata-rata liga olahraga terbesar di dunia, pemasukan utama klub memang dari liganya sendiri.
Diakui Azrul, Penonton itu bonus. Liga mendapatkan pemasukan dari hak tayang atau hak licensing (atau yang lain). Tetapi, itu berlaku pada liga yang mapan.
Jadi, tidak ada sponsor bukan masalah bagi mereka, karena pemasukan dari liga. Gaji pemain juga tidak khawatir meletus, karena ada regulasi ketat dari liga yang memastikan total gaji pemain tidak melewati batas kewajaran usaha.
Kalau business model-nya sudah jalan seperti ini, di tengah pandemi, mungkin masih bisa bikin pertandingan tanpa penonton. Yang penting ada tayangan televisi.
Baca Juga: Malaysia Masih Santai saat Thailand Dikabarkan Siap Mundur dari Piala AFF 2020
Namun, Azrul menegaskan pada tulisannya dengan kata-kata berikut: "Ingat, kalau business model-nya seperti itu dengan regulasi yang dikawal dengan baik."
Hanya saja, business model juga belum ada jaminan bakal aman 100 persen. Contohnya di Eropa, yang banyak organisasi olahraganya cenderung menggunakan model "how high can you go."
"Model bisnis ini khususnya terlaksana pada arena balap. Formula 1 selama ini dikenal paling kaya dan paling kebal kemiskinan. Ada tim bangkrut? No problem. Ada yang gantikan," tulis Azrul.
"Berantemnya dari dulu tentang pembatasan biaya, tidak pernah berhasil. Dan yang kaya akan berani jorjoran, menciptakan inflasi gaji."
"Bukan hanya dalam menggaji pembalap, tetapi juga menggaji insinyur dan mekanik."
Baca Juga: Wander Luiz Tetap Jalani Latihan Selama Karantina Mandiri
Putra dari Dahlan Iskan ini juga menuliskan, di tengah pandemi virus Covid-19 ini, organisasi-organisasi olahraga terbesar dunia sedang menghadapi tantangan terberatnya.
Bagaimana mereka menyelamatkan musim tahun ini, bagaimana menata untuk tahun-tahun selanjutnya.
"Pandemi ini memaksa semua ajang olahraga berhenti. Yang mundur pun belum 100 persen yakin bakal berlangsung," tutur Azrul dalam tulisannya.
"Ada yang berharap Agustus/September sudah kembali normal. Ada yang bilang batalkan sekalian tahun ini demi mengamankan tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya.
Baca Juga: Faktor Bayu Pradana Makin Padu dengan Barito Putera Pasca-cedera