- Persebaya setuju dengan pemotongan gaji sebesar 75 persen namun kurang puas.
- Presiden Persebaya, Azrul Ananda, berharap PSSI mulai mengkaji penerapan salary cap.
- Dalam kajian Azrul Ananda juga Persebaya, salary cap bisa membuat keungan klub stabil.
SKOR.id - Keputusan PSSI yang mengharuskan klub Liga 1 dan Liga 2 2020 hanya menggaji sebesar pemain dan pelatih sebesar 25 persen diapresiasi Persebaya.
Dengan keputusan ini klub bisa berhemat di masa sulit. Pada masa pandemi virus corona klub tak punya pemasukan dan itu sangat menguras kas klub.
Namun, rupanya kubu Bajul Ijo, julukan Persebaya, punya harapan lebih jauh. Harapannya yaitu agar ke depannya ada regulasi pembatasan gaji pemain.
Baca Juga: Gelandang Muda Persebaya Penasaran dengan Lapangan dan Wisma Karanggayam
Dalam kamus sepak bola, istilah pembatasn gaji ini disebut salary cap. Hal ini sempat mengemuka menjelang Liga 1 2017 namun tak diaplikasikan.
Ketika itu PSSI dan oerator kompetisi hanya menetapkan marquee player atau pemain dengan status spesial, sebagai bagian kompetisi.
"Ini bukan hal baru (dalam lingkung sepak bola). Dalam liga-liga terbesar dunia banyak melakukan hal ini," kata Presiden Persebaya, Azrul Ananda.
Menurut Azrul, paling baik kalau PSSI menetapkan berapa gaji maksimal pemain dalam berdasarkan sistem yang baik, yakni masa bermain, statistik, dan lain-lain.
"Sekarang ini di Indonesia masih tidak rasional, masih sangat how high can you go, dan itu tidak sehat sama sekali," Azrul menegaskan.
Anak mantan bos media terbesar di Jawa Timur ini menjelaskan, saat ini di atas 70 persen pengeluaran klub adalah gaji pemain.
"Ribuan penonton yang mungkin gajinya pas-pasan, mengeluarkan uang untuk menonton pertandingan, dan kebanyakan uangnya ke gaji pemain. Klub hanya jadi tempat lewat," kata Azrul.
Padahal, tegas ayah beranak tiga ini, kalau ada apa-apa, yang disalahkan justru klub. Jadi, wajar kalau bicara soal cost control, gaji pemain harus ada regulasi.
Baca Juga: Presiden Persebaya Bicara Kans Liga 1 Jalan di Tengah Pandemi Covid-19
"Tapi, tidak harus ekstrem menegaskan total gaji maksimal berapa. Misalnya bisa dengan melakukan beberapa pembatasan," Azrul memberi solusi.
"Misalnya, berapa jumlah pemain muda, berapa maksimal total jumlah anggota tim," Azrul memungkasi harapannya untuk federasi.