SKOR.id - Presiden La Liga, Javier Tebas, memberikan pernyataan bernada pujian kepada FC Barcelona yang mulai memperbaiki kondisi keuangan mereka.
Dalam sesi virtual yang digelar pada Kamis (12/9/2024), orang nomor satu di lembaga La Liga ini melaporkan sejumlah hal, utamanya tentang salary caps dari para klub yang ada di divisi La Liga termasuk La Liga EA Sports (divisi satu).
"Barcelona semakin dekat dengan aturan 1:1, yang membuat mereka mendapatkan pendapatan dari revenue serta menekan dalam pengeluaran gaji," kata Javier Tebas, di acara tersebut.
Aturan 1:1 merupakan istilah untuk membelanjakan uang dalam pembelian pemain yang besarnya sebanding dengan pemasukan dari penjualan pemain.
Istilah ini dapat dikatakan, sebuah situasi yang tepat bagi klub tertentu yang tengah mengalami krisis keuangan. Dengan demikian, neraca keuangan mereka tetap seimbang.
Meski belum sepenuhnya sempurna, namun Javier Tebas menyatakan dia telah melihat kondisi keuangan Barcelona mengarah ke situasi yang lebih baik.
Tanda bahwa kondisi keuangan Barcelona mengarah ke situasi yang lebih baik disampaikan Javier Tebas dalam sesi tersebut terkait salary caps.
Salary caps merupakan batas jumlah yang dapat dikeluarkan sebuah klub dalam soal gaji pemain. Semakin besar atau tinggi jumlah batasnya, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan klub semakin baik.
Barcelona, menurut Javier Tebas, saat ini mulai menata keuangan mereka ke arah yang lebih baik sehingga didapat salary caps lebih besar dibandingkan sebelumnya.
"Lahun lalu, limit mereka adalah 204 juta euro (sekitar Rp3,484 triliun), tahun ini mencapai 426 juta (sekitar Rp7,274 triliun)," kata Javier Tebas.
"Mereka (Barcelona) telah melakukan kerja yang bagus karena mereka menekan jumlah gaji dan melakukan hal yang penting terkait hal itu," Javier Tebas menambahkan.
Barcelona dalam dua atau tiga tahun ini memang diguncang dengan krisis finansial, salah satu imbasnya dengan kepergian Lionel Messi. Sejumlah pemain juga sempat kecewa dengan pemotongan gaji yang dilakukan klub.
Semua itu dilakukan Barcelona, dalam hal ini Presiden Joan Laporta, demi menyelamatkan kondisi keuangan timnya. Namun demikian, Blaugrana juga tetap menjaga kualitas kekuatan tim mereka dalam bersaing.
"Pemahaman mereka tentang bagaimana financial fair play semakin meningkat, tapi mereka masih memiliki hal lainnya yang harus dibereskan," kata Javier Tebas.
"Tapi, sebuah klub dengan tingkat pendapatan seperti mereka, saat ini ada di trek yang benar jika mereka terus menekan pengeluaran," dia menegaskan.
Terkait salary caps, yang dikemukakan La Liga, terlihat Real Madrid merupakan tim yang paling baik dalam salary caps dan pembelian pemain.
Real Madrid mencapai 755 juta euro atau 328 juta euro lebih besar dibandingkan dengan Barcelona yang 426 juta euro itu.
Di posisi ketiga ada Atletico Madrid yang juga meningkat, mencapai 310 juta euro.
Javier Tebas memberikan pujian kepada Real Madrid yang berhasil mendatangkan bintang asal Prancis, Kylian Mbappe, dengan status bebas transfer.
Kehadiran Kylian Mbappe, di luar dari aspek ekonomi tersebut, memberikan penekanan bahwa kompetisi La Liga akan semakin berkualitas.
Sementara kegagalan Barcelona mendapatkan Nico Williams, Javier Tebas melihat situasi ini justru membuat persaingan antarklub semakin kompetitif, di mana sang pemain tetap bertahan di Athletic Bilbao.
"Barcelona sangat menginginkannya (Nico Williams), namun itu tidak mungkin terjadi," kata Javier Tebas mencoba mengaitkan rencana Blaugrana tersebut dengan kondisi keuangan mereka.
"Saya justru sangat bahagia bahwa Nico Williams tetap di Athletic Bilbao. Saya suka dia berada di tim yang bukan satu pun dari dua tim besar ini," dia menjelaskan.
Situasi tersebut juga memperlihatkan rasa memiliki di antara pemain dan klubnya saat ini.
"Nico Williams 'berutang' kepada Athletic Bilbao sehingga dia bisa menjadi pemain bintang seperti saat ini. Ini sebuah pelajaran tentang rasa memiliki," kata Javier Tebas.
Sedangkan terkait Ballon d'Or, Javier Tebas menilai bintang Real Madrid, Vinicius Junior, pantas mendapatkan penghargaan tersebut. Terlepas dari kontroversi terkait isu rasisme, Vinicius Junior pantas mendapatkan penghargaan tersebut.