- Prestasi Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dalam All England 2020 jadi bukti cepatnya regenerasi sektor ganda campuran.
- Indonesia terakhir kali menjuarai ganda campuran pada All England 2016.
- Richard Mainaky optimistis sektor ini mencatat prestasi membanggakan.
SKOR.id – Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti jadi penyelamat wajah Indonesia dalam BWF World Tour Super 1.000 All England di Birmingham Arena, Inggris, 11-15 Maret 2020.
Meloloskan dua wakil ke final, mereka jadi satu-satunya yang mampu membawa gelar dari turnamen bulu tangkis tertua di dunia tersebut.
Lebih dari itu, capaian Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dalam All England 2020 membuktikan cepatnya regenerasi ganda campuran.
Hal ini dikemukakan pelatih ganda campuran Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), Richard Mainaky saat dihubungi wartawan.
"Kami bersyukur karena prestasi dan regenerasi (ganda campuran) ada terus. Sekarang, sudah mulai terlihat lagi," ujarnya Richard Mainaky, Minggu (22/3/2020).
Khusus untuk ganda campuran, kemenangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dalam All England mengakhiri paceklik tiga tahun.
Kali terakhir sektor ini keluar sebagai juara adalah All England 2016. Kala itu, Praveen Jordan mengangkat trofi bersama Debby Susanto.
Richard Mainaky menuturkan, setelah Liliyana Natsir memutuskan pensiun pada 28 Januari 2019, prestasi ganda campuran sempat menurun.
Tak butuh waktu lama, melalui Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, sektor ini kembali menunjukkan prestasi membanggakan.
Baca Juga: Bulu Tangkis Denmark Berharap Olimpiade 2020 Tetap Digelar
"Saya pernah bilang bahwa kami potong jalur. Waktu Butet (sapaan Liliyana Natsir) mundur, Owi (Tontowi Ahmad) masih mencari pasangan," katanya.
"Tiba-tiba, Owi juga mundur. Harusnya, regenerasi Praveen/Debby, tetapi Debby menikah. Akhirnya putus regenerasi."
Selama fase itu, Richard Mainaky mengaku kerap mendengarkan suara sumbang. Praveen/Melati suka dibandingkan dengan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
"Satu tahun lebih, orang-orang selalu membandingkan kami dengan Owi/Butet. Banyak yang bilang (prestasi) kami (ganda campuran) tenggelam."
"Sebenarnya, tidak (tenggelam). Justru, cepat. Praveen/Melati satu sampai dua tahun sudah bisa duduk di peringkat kelima dunia."
Bukan tanpa alasan hal ini dikemukakan Richard Mainaky. Pasalnya, Melati tergolong muda soal pengalaman tampil dalam ajang-ajang besar.