- Cina, Indonesia, dan Korea Selatan adalah negara Asia yang dikenal sebagai kekuatan tradisional dalam peta persaingan bulu tangkis dunia.
- Belakangan, Jepang menjelma jadi kekuatan baru dan mampu bersaing di papan atas.
- Peta persaingan makin sengit menyusul kehadiran sejumlah negara yang sebelumnya kurang diperhitungkan tetapi mampu meraih prestasi luar biasa.
SKOR.id - Ada sejumlah negara dari Benua Asia yang saat ini meramaikan peta persaingan papan atas bulu tangkis dunia.
Selain Cina, Indonesia, dan Korea Selatan yang dikenal sebagai kekuatan tradisional bulu tangkis dunia, ada sejumlah negara Asia yang ikut mencuat ke permukaan.
Jepang yang belakangan menunjukkan perkembangan luar biasa kini menjelma jadi salah kekuatan bulu tangkis yang disegani dunia.
Persaingan pun makin sengit seiring dengan munculnya kekuatan baru seperti Taiwan, India, hingga Singapura atau Malaysia yang terus berupaya untuk bangkit.
Berikut adalah gambaran umum mengenai perkembangan sejumlah negara Asia dalam peta persaingan bulu tangkis dunia selama tiga dekade terakhir (sejak 1992).
Cina
Sejak awal 1990an, Cina sudah konsisten menempatkan atletnya di jajaran papan atas peta persaingan bulu tangkis dunia. Namun, dominasi mereka makin terasa pada awal 2000an.
Momentum emas Cina pada 2000an diawali dengan keberhasilan memenangi empat dari lima medali emas yang diperebutkan dalam Olimpiade Sydney 2000.
Dominasi Cina makin tak terbantahkan usai menjuarai Thomas Cup 2004. Keberhasilan Lin Dan beserta kolega saat itu mampu menyudahi penantian panjang selama 14 tahun.
Cina juga moncer di kategori perorangan. Regenerasi yang berjalan relatif mulus membuat mereka seolah tak pernah kehabisan pemain bertalenta dari masa ke masa.
Dominasi Cina terus berlanjut termasuk saat mengirim enam wakil pada lima partai final Olimpiade 2020 pada tahun lalu, meski akhirnya "hanya" pulang dengan dua medali emas.
Prestasi tersebut terasa luar biasa karena para pemain Cina jarang bertanding di pentas internasional sejak awal 2020 karena efek pandemi Covid-19.
Meski begitu, Zhang Jun selaku ketua asosiasi bulu tangkis Cina (CBA) menyebut pihaknya tengah dihadapkan dengan masalah penurunan prestasi.
Nomor tunggal dan ganda putra Cina jadi sorotan. Sedangkan tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran relatif lebih tidak mengkhawatirkan.
Asosiasi Bulu Tangkis Cina Akui Prestasi yang Merosot Tajam
Indonesia
Pada awal 1990an, Indonesia mendominasi persaingan bulu tangkis dunia dengan menjuarai berbagai ajang elite, mulai dari Olimpiade, Kejuaraan Dunia, hingga Thomas & Uber Cup.
Sayang, dominasi itu perlahan luntur. Sektor putri lebih dulu mengalami penurunan prestasi jelang memasuki milenium baru seiring dengan berakhirnya era Susy Susanti.
Sektor putra bernasib sedikit lebih baik. Meski dominasi di Thomas Cup (1994-2002) berakhir, Indonesia masih bisa berprestasi di kategori perorangan.
Taufik Hidayat sukses mempersembahkan medali emas Olimpiade 2004 dan Juara Dunia 2005. Sayang, prestasi tunggal putra Indonesia setelah itu ikut meredup.
Sementara itu, ganda putra dan campuran jadi nomor yang masih relatif stabil dalam mencetak prestasi untuk Indonesia pada pertengahan 2000an hingga 2010an.
Hendra Setiawan/Markis Kido (ganda putra) sukses meraih medali emas Olimpiade 2008 sedangkan Nova Widianto/Liliyana Natsir (ganda campuran) jadi juara dunia 2005 dan 2007.
Tren berlanjut kala Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan jadi juara dunia (2013, 2015, dan 2019) dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih medali emas Olimpiade 2016 dan dua kali juara dunia (2013 dan 2017).
Saat ini, perbaikan terus diupayakan PBSI. Selain coba menjaga stabilitas prestasi nomor ganda putra dan campuran, Indonesia juga berusaha meningkatkan prestasi tiga nomor lain.
Peta Persaingan Bulu Tangkis Asia, Indonesia belum ''Habis''
Korea Selatan
Korea Selatan adalah salah satu negara yang konsisten meramaikan persaingan papan atas bulu tangkis dunia dari masa ke masa, meski tak pernah sedominan Cina maupun Indonesia.
Saat badminton dipertandingkan di Olimpiade 1992, mereka dapat dua emas via Kim Moon-soo/Park Joo-bong (ganda putra) dan Chung So-young/Hwang Hye-young (ganda putri).
Empat tahun berselang, Korea Selatan kembali dapat dua medali emas pada Olimpiade 1996 lewat Bang Soo-hyun (tunggal putri) dan Kim Dong-moon/Gil Young-ah (ganda campuran).
Setelah itu, Korea Selatan sebenarnya masih punya sejumlah pebulu tangkis top yang sesekali menjadi juara di level elite dengan menembus dominasi Cina maupun Indonesia.
TRIBUTE TO LEGENDS ????
Bang Soo-hyun was a former badminton player from Korea who was one of the world’s leading women Singles players of the 1990s. She catapulted to the top after her victory in the 1996 Atlanta Olympics.#badminton #badmintonasia #badmintonlove pic.twitter.com/DQ6nRljAym— Badminton Asia (@Badminton_Asia) April 30, 2021
Dari ajang Olimpiade, ada Ha Tae-kwon/Kim Dong-moon yang menjuarai nomor ganda putra pada 2004 dan Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung yang meraih emas ganda campuran pada 2008.
Sedangkan dalam Kejuaraan Dunia, Korea Selatan tercatat punya lima gelar juara yang diraih sejak periode 1992 hingga saat ini. Sudirman Cup pun berhasil diraih pada 2003 dan 2017.
Saat ini, Korea Selatan punya sejumlah pebulu tangkis andalan untuk meraih prestasi. Dari nomor ganda putri, bahkan ada tiga pasang yang menduduki ranking top 10 BWF.
Sedangkan An Se-young yang menduduki peringkat empat dunia nomor tunggal putri diharapkan bisa jadi andalan untuk meraih prestasi dalam beberapa tahun ke depan.
Jepang
Pada awal 1990an, Jepang bukanlah negara yang terlalu diperhitungkan dalam peta persaingan bulu tangkis dunia.
Negeri Sakura baru menunjukkan geliatnya saat Seiko Yamada/Shizuka Yamamoto meraih perunggu Kejuaraan Dunia 2003. Sejak saat itu, mereka terus menunjukkan progres.
Memasuki era 2010an, upaya Jepang mendobrak papan atas mulai membuahkan hasil. Gelar juara Thomas Cup 2014 jadi salah satu penanda kesuksesan awal mereka.
Dua tahun berselang, sejarah lain terukir kala Jepang meraih medali emas Olimpiade perdananya dari cabor bulu tangkis lewat Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (ganda putri).
Double vision! ????????
The flawless teamwork of Misaki Matsutomo and Ayaka Takahashi sealed gold for Japan in the women's badminton final at Rio 2016! ????????????#StrongerTogether pic.twitter.com/GBWsTafbiE— The Olympic Games (@Olympics) July 18, 2021
Sejak saat itu, Jepang mulai rutin berprestasi di level dunia. Uber Cup berhasil diraih pada 2018 sementara tujuh gelar juara dunia berhasil dimenangi dalam empat tahun terakhir.
Punya "generasi emas", Jepang diprediksi bakal panen prestasi saat menghelat Olimpiade 2020. Namun, skenario itu urung terwujud usai mereka hanya meraih satu perunggu.
Medali untuk tuan rumah itu dipersembahkan Yuta Watanabe/Arisa Higashino (ganda campuran). Sedangkan unggulan Jepang lainnya gagal memenuhi ekspektasi.
Setelah kegagalan itu, Jepang tengah membangun ulang kekuatan dengan memanfaatkan "generasi emas" yang tersisa dan sejumlah pemain muda yang dipromosikan.
Sabet 3 Gelar All England 2022, Jepang Juara Umum 3 Edisi Beruntun
Negara Asia Lainnya
Selain yang disebutkan di atas, ada sejumlah negara yang meramaikan peta persaingan bulu tangkis dunia. Mereka adalah Thailand, Taiwan, India, Malaysia, hingga Singapura.
Thailand sebelumnya "hanya" diperhitungkan di level bulu tangkis Asia. Namun, mereka mulai menggebrak pada 2010an lewat medali perunggu Uber Cup 2012.
Setahun berselang, Ratchanok Intanon membuat kejutan yang lebih besar dengan meraih gelar juara dunia tunggal putri 2013.
Terbaru, Thailand kembali menunjukkan taji lewat Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai yang jadi juara dunia 2021 dan ganda campuran nomor satu.
Kisah yang kurang lebih sama dialami Taiwan. Mereka mulai menggeliat pada pertengahan 2000an sebelum menggebrak dunia pada pertengahan 2010an.
Negeri Formosa punya Chou Tien Chen yang kompetitif di nomor tunggal putra sedangkan Tai Tzu Ying mencetak rekor sebagai tunggal putri paling lama jadi nomor satu dunia.
Akan tetapi, prestasi "sesungguhnya" di level dunia untuk Taiwan justru datang dari Lee Yang/Wang Chi-Lin yang meraih medali emas ganda putra Olimpiade 2020.
Sementara itu, India mulai menggebrak peta persaingan dunia pada pertengahan 2010an di mana nomor tunggal putri jadi motor utama lewat Saina Nehwal dan Pusarla Sindhu.
Momen yang dinantikan India tiba pada 2019 saat Pusarla Sindhu jadi juara dunia tunggal putri. Pencapaian itu diraih tiga tahun usai dirinya meraih perak Olimpiade 2016.
Selain tunggal putri, India juga punya kekuatan yang cukup diperhitungkan dari nomor tunggal maupun ganda putra meski belum berprestasi seperti Pusarla Sindhu.
Dalam daftar ini juga ada Malaysia. Sebelumnya, negara tetangga Indonesia itu pernah diperhitungkan dalam peta persaingan bulu tangkis dan sempat juara Thomas Cup 1992.
Setelah itu, mereka seperti mengalami penurunan prestasi. Bahkan, Lee Chong Wei sebagai tunggal putra terbaik dunia asal Malaysia "mentok" dengan enam medali perak Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.
Saat ini, Malaysia terus berupaya merengkuh kejayaan. Negeri Jiran punya Lee Zii Jia (tunggal putra) dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (ganda putra) yang menduduki top 10 dunia.
Negara terakhir yang masuk dalam daftar ini adalah Singapura. Mereka tengah membuka jalan untuk menembus peta persaingan bulu tangkis dunia.
Baru-baru ini, Negeri Singa mencuri perhatian lewat sosok Loh Kean Yew yang sukses jadi juara dunia tunggal putra pada 2021.
Akan tetapi, Singapura baru menapaki langkah pertama. Konsistensi mereka masih harus diuji, termasuk Loh Kean Yew yang jadi andalan.
Berita Bulu Tangkis Lainnya:
Lee Chong Wei Debut Melatih di Luar Malaysia, BAM Angkat Bicara
Ng Ka Long Angus Tertarik Gabung Padepokan Viktor Axelsen di Dubai